Mubadalah.id – Mubadalah adalah satu gagasan yang dipopulerkan oleh Kiai Faqihuddin Abdul Kodir. Mubadalah berarti suatu kesalingan antara dua pihak atau lebih dalam mewujudkan kebaikan bersama. Dalam perkembangannya, Mubadalah tidak hanya hadir dan kita kenal sebagai suatu ide atau gagasan. Tetapi juga bisa memenuhi dan kita terapkan dalam ruang dimensi yang lain.
Di antara yang saya ketahui hingga saat ini ada beberapa istilah sebagai perwujudan sekaligus pengembangan dari gagasan mubadalah itu sendiri. Yaitu : kesadaran mubadalah, metodologi pendekatan mubadalah, interpretasi teks mubadalah, hingga gerakan mubadalah.
Dalam tulisan ini, saya ingin menuliskan apa yang saya dapatkan dari beliau, KH. Faqihuddin Abdul Kodir tentang kesadaran mubadalah dalam empat relasinya yang beliau sampaikan saat mengisi tadarus ke 3 Pendidikan Pengaderan Ulama Perempuan (PUP) muda angkatan 1 Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Kesadaran mubadalah berarti meyakini dan menyadari bahwa manusia lahir tidak dalam ruang hampa. Ia hadir sebagai suatu realitas dan meniscayakan adanya suatu relasi dengan realitas yang lain. Menyadari adanya relasi tersebut. Kemudian sama-sama mengupayakan kebaikan bersama dalam relasinya itulah yang kita sebut sebagai kesadaran mubadalah.
4 Relasi Mubadalah
Relasi itu ada 4 : intrapersonal, interpersonal, antarpersonal, dan sosial.
Intrapersonal
Intrapersonal berarti adanya suatu relasi antara diri sendiri dengan diri yang lain di dalam diri kita. Misal, saat kita dihadapkan pada beberapa pilihan sehingga kita itu perlu waktu sejenak untuk berpikir, mempertimbangkan, dan akhirnya menentukan sebuah pilihan.
Nah, pada saat itu kita sadari atau tidak kita telah melakukan sebuah relasi antara diri senidiri dengan diri kita yang lain. Itulah yang saya maksud relasi intrapersonal.
Interpersonal
Relasi yang kedua yaitu interpersonal yaitu adanya relasi antara satu orang dengan satu orang yang lain. Tentu relasi ini lebih mudah dipahami. Yaitu saat kita melakukan komunikasi, kontak fisik, atau membangun suatu hubungan dengan satu orang selain diri kita itu adalah relasi interpersonal.
Contohnya tentu banyak, misal hubungan antara kita dengan pasangan, teman, guru, ayah atau ibu, dan lainnya. Itu semua adalah bentuk relasi interpersonal.
Antarpersonal
Antarpersonal berarti relasi antara seseorang dengan lebih dari satu orang dalam satu komunitas atau masyarakatnya. Misal, kita sebagai anak dalam keluarga, siswa dalam sekolah, santri di pondok pesantren, atau bahkan pegawai di salah satu perusahaan.
Dalam perjalanannya tentu kita berelasi dengan lebih dari satu orang dalam suatu komunitas tersebut. Relasi itulah yang dinamakan relasi antarpersonal.
Sosial
Terakhir, relasi sosial yaitu saat seseorang mewakili suatu komunitasnya dan melakukan suatu hubungan dengan komunitas lain. Misal, seorang kepala daerah sebagai reinterpretasi dari masyarakat di daerahnya, seorang pelajar yang mewakili sekolahnya dalam salah satu kegiatan, atau bahkan anggota DPR yang mewakili rakyat di komisinya masing-masing, dan lain-lain. Itu semua berarti seseorang sedang melakukan suatu relasi sosial.
Kesadaran Mubadalah
Nah, empat relasi tersebut harus berjalan dan kita lakukan dengan adanya kesadaran mubadalah. Yakni kesadaran yang sama-sama mengupayakan terwujudnya kebaikan bersama dalam tiap tingkatan relasinya masing-masing.
Misal, dalam relasi intrapersonal kita harus memahami dan mempertimbangkan hak setiap anggota badan kita. Dalam relasi interpersonal kita juga sudah sepatutnya tidak boleh egois dengan hanya memahami kebutuhan diri kita sendiri tetapi tidak mau memahami bahkan mengabaikan kebutuhan seseorang selain kita.
Begitu juga dalam relasi antarpersonal kita harus sebisa mungkin membicarakan, menyepakati, dan mengupayakan kemaslahatan bersama dengan memahami dan mempertimbangkan kebutuhan setiap orang dalam komunitas tersebut.
Sementara dalam relasi sosial kita harus menyadari bahwa kehadiran kita dalam relasi tersebut sebagai reinterpretasi atau cerminan dari komunitas kita. Sehingga sudah seyogyanya perilaku dan pembawaan kita tidak mencederai komunitas kita sendiri. Bahkan sebisa mungkin mengupayakan untuk mewujudkan kebaikan bersama dalam relasi sosial tersebut.
Mari sadari relasi kita masing-masing dengan kesadaran mubadalah secara penuh, dan menjalankannya secara utuh. []