Cinta tak bisa ditaksir
Cinta tak bisa diusir
Cinta tak terbatas oleh pikir
Karena cinta adalah takdirCinta pada Allah, cinta yang sejati
Cinta pada Allah, cinta yang hakiki
Kuatkan niat, ikhlaskan hati
Menggapai cinta ilahi robbi
Mubadalah.id- Sahabat salingers!! Tentu kita mengenal sosok Rabiah Al-adawiyah, sang sufi perempuan yang eksis dan monumental dalam sejarah cinta hingga akhir masa.
Rabiah Al-adawiyah merupakan ulama perempuan zuhud yang meninggalkan kesenangan-kesenangan duniawi demi merayu tuhan melalui konsep mahabbah. Nama lengkapnya Rabiah binti Ismail Al-adawiyah Al-Basriyah. Ia lahir sekitar tahun 713-714 Masehi atau 94-95 Hijriyah, ada pendapat juga yang mengatakan tahun 99 H. Rabiah terlahir di kota Basrah, Irak. Adapun di antara murid dan partner diskusi pada masa hayatnya antara lain Dzun nun al-misri, Hasan Al-bashri, Ibnu Faridh dan selainnya.
Bagaimana Islam Menempatkan Ulama Perempuan?
Islam tidak hanya memiliki ulama-ulama klasik laki-laki yang bisa menjadi figur dalam membangun relasi pada Tuhan. Namun ternyata figur perempuan mampu menggembleng dunia dengan penyematan julukan the Mother of the Grand Master kepada sosok sufistik Rabiah Al- adawiyah dalam khazanah keislaman dengan cinta luar biasa pada Tuhannya.
Di mana darinya kita bisa belajar dan mengambil ibrah bahwa perempuan memiliki peluang besar untuk bisa menjadi sosok roll model, atau contoh dalam kehidupan di masa sekarang hingga akhir zaman. Semoga dengan kehadiran sosok Rabiah Al- Adawiyah mampu menjadikannya sebagai tauladan bagi perempuan-perempuan dalam mengolah cinta dan rasa dalam nuansa ilahiyyah.
Akankah Ekspresi Cinta Setiap Jiwa Bisa Sama?
Kasih sayang dan cinta merupakan nilai-nilai yang sangat penting dalam agama Islam. Al-Qur’an sebagai sumber petunjuk utama bagi umat Muslim dan mengandung sebagian ayat-ayat tentang cinta dan kasih sayang.
Menggenai ekspresi cinta setiap insan tentu berbeda. Ada kalanya pengekspresian cinta dengan manisnya kata-kata. Terkadang pula dengan tingkah dan laku nan sungguh mempesona bak raja dan permaisuri istana. Kadang kala ekspresi mencinta dengan membatasi sang pujaan jiwa, karena tak ingin ada jarak diantara mereka.
Uniknya, dalam mencinta segala menjadi istimewa. Walau sederhana namun kesan tersirat tak kunjung tertuang dalam diksi dan prosa. Terlebih ketika berbunga bagai taman nan berwarna.
Kata cinta tak kan ada ujung dan akhirnya.
Jika manusia bisa mencinta sebegitu besarnya,, lantas kemana cinta harus berlabuh. Kemana hati harus mengayuh?
Apakah pada mereka yang pada saatnya akan sirna, atau pada dunia yang sejatinya fatamorgana, atau mungkin kepada sosok yang senantiasa ada namun tak lama menghilang jua??
Cinta pada Allah Cinta yang Hakiki
Mencintai Allah berarti mencintai-Nya lebih dari apapun dan cinta tersebut juga mampu melahirkan rasa cinta terhadap sesama muslim dan seluruh manusia pada umumnya. Hingga kehadiran sosok Rabiah Al-adawiyah menjawab segala yang menjadi tanya setiap hati yang gundah gulana tentang cinta.
Dalam setiap syair yang terungkap, Rabiah Al-adawiyah menyatakan bahwa cinta tidak lain tidak bukan ialah bentuk pengabdian pencinta kepada sosok yang dicinta. Sebagaimana dalam syair gubahnnya
“Jika aku menyembah-Mu, karena takut api neraka-Mu bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga-Mu haramkanlah aku dari padanya Namun jika aku menyembah-Mu karena kecintaanku kepada-Mu jangan palingkan wajah-Mu dariku.
Tuhanku, tenggelamkan aku dalam cinta-Mu hingga tak ada satu pun yang menggangguku dalam menjumpai-Mu. Bintang gemintang berkelip-kelip manusia terlena dalam buai tidur lelap pintu-pintu istana pun telah rapat.
Tuhanku, malam telah berlalu dan siang segera menampakkan diri, aku gelisah apakah amalanku Engkau terima sehingga aku merasa bahagia ataukah Engkau tolak sehingga aku merasa bersedih”.
Dalam Qur’an surah Ar-Ra’d ayat 28 Allah Swt berfirman :
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.”
Problema Anak Muda dalam Memahami Cinta
Bahkan problema terbesar anak muda zaman sekarang banyak yang terlena dan terbuang golden age-nya dengan cinta tanpa kejelasan dan dusta belaka. Dengan minimnya potensi peningkatan kapasita diri. Bahkan mereka dikalahkan jika berdalih dengan cinta dan sejenisnya.
Banyaknya lika liku serta retorika yang ada. Jarang yang mengartikan bahwa cinta memiliki konsep nan abadi, kekal, tanpa batasan waktu dan usia. Pun kita juga sering terdoktrin oleh perspektif cinta semu nan remuk redam penuh rayu. Seperti ketika Iblis merayu Nabi Adam dan siti Hawa dengan alasan cinta lalu pergi tanpa aba-aba.
Apakah itu cinta??? May be that is not cinta.
Sebab efek cinta mesti sebaliknya. Yang dengan kehadiran cinta harusnya mampu menambah semangat juang ummat manusia dalam segala aktivitas dan niat baik. Pun juga dengan cinta mampu menambah ketaatan dalam patuh kepada objek yang dicinta. Maka sejatinya cinta sejati ialah mencinta kepada sang Maha Cinta.
Dalam Proses mencinta, sosok Rabiah Al- adawiyah tidak perlu ada keraguan tentang kecintaannya pada Allah Al- Khaliq. Jika merujuk pada konsep kesalingan hal ini menunjukkan betapa mahabbah di antara hamba dengan khalik ataupun hamba dengan hamba lainnya merupakan sebuah keharusan (hablum minallah wa hablum minannas).
So, kita tidak hanya menjadikan hubungan kesalingan dalam ranah sempit saja. Namun hubungan kesalingan dan ikatan dengan sang maha kuasa merupakan kesalingan primer yang sesungguhnya. []