“Anak-anak akan mewarisi genetik orang tuanya.”
Mubadalah.id – kalimat sederhana itu seringkali membuat diri ini semakin berpikir, “bagaimana jika genetik ku tidak baik, apakah akan zalim kepada anak-anak ku kelak?”. Tentang genetik itu sendiri sebenarnya cukup kompleks, tak hanya ciri fisik yang akan kita turunkan, tapi juga sifat, kepribadian, bahkan penyakit tertentu.
Jika genetik orang tuanya baik, maka kemungkinan besar akan baik pula genetik keturunanya. Lalu timbul juga pertanyaan lain, “adilkah jika anak-anak yang tak tahu apa-apa tiba-tiba harus mewarisi itu semua?”.
Belakangan ini juga makin sering terdengar berita perselingkuhan para publik figur yang pada awalnya terlihat baik-baik saja dengan anak-anak yang sehat dan menggemaskan. Fenomena itu lagi-lagi membuat diri ini semakin berpikir, “adilkah anak-anaknya yang tidak tahu apa-apa membawa semua luka yang tiba-tiba ada?”
Menjadi orang tua memang bukanlah hal yang sederhana. Selama ini yang akrab terdengar adalah tentang anak yang durhaka terhadap orang tua. Padahal di lain sisi, tanpa kita sadari ada banyak juga orang tua yang zalim kepada anaknya. Dalam hubungan anak-orang tua ada kewajiban dan hak masing-masing.
Maka, menjadi dosa jika anak durhaka kepada orang tua. Demikian juga sebaliknya ketika orang tua zalim kepada anaknya. Kembali lagi tentang masalah genetik tadi misalnya, sederhananya gen yang ada dalam tubuh akan terjaga kualitasnya dengan makan makanan yang sehat dan seimbang, olah raga teratur, dan istirahat yang cukup.
Lalu, ketika semakin sering mengonsumsi makanan cepat saji, jarang ber-olahraga, dan kerap begadang, secara tidak langsung dan tidak sadar bisa jadi sudah zalim karena akan menurunkan kualitas genetik yang akan diwariskan kepada anak cucu nanti.
Pentingnya memilih pasangan yang tidak asal-asalan
Seorang perempuan bisa memilih laki-laki mana yang akan menjadi suami dan ayah dari anak-anaknya. Demikian pula sebaliknya, seorang laki-laki bisa memilih perempuan mana yang akan menjadi istri dan ibu bagi anak-anaknya. Sedangkan seorang anak tidak bisa memilih akan lahir dari orang tua yang mana.
Maka, memilih pasangan adalah tantangan yang tidak mudah, karena jika sekali kita salah akan menjadi bentuk kezaliman orang tua kepada anak. Barangkali itu pula yang menjadi alasan kenapa anak mewarisi genetik orang tuanya. Yakni supaya orang tuanya berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, tidak sembarangan begitu saja.
Di zaman sekarang, banyak yang lalai hanya perkara ‘atas nama cinta’, lalu abai perihal agama, ilmu, dan kesiapan-kesiapan lainnya sebelum menjadi orang tua.
Belum lagi ketika ternyata dampak dari salah memilih pasangan ini adalah adanya perselingkuhan yang sampai pada kasus perzinaan dan perceraian. Lagi-lagi anak yang menjadi korbannya, baik dari segi kesehatan mental maupun masa depan.
Sebagaimana jawaban Imam Syafi’i ketika ditanya tentang dosa zina, “zina adalah dosa yang bala (besar risikonya). Akibatnya akan mengenai keluarganya, tetangganya, keturunannya hingga tikus dirumahnya dan semut di liang sekitar rumahnya”.
Belum cukup sampai di sana, Imam Syafi’i pun menambahkan, “Sebab ketahuilah oleh kalian bahwa sesungguhnya zina adalah hutang. Dan sungguh hutang tetaplah hutang. Salah seorang dalam nasab/keturunan pelakunya pasti harus membayarnya.”
Salah pengasuhan
Hal lain yang dapat menjadi kezaliman orang tua kepada anak adalah tentang pengasuhan yang tidak tepat. Dalam Islam tentunya kita tahu bahwa anak adalah titipan/amanah dari Allah, sehingga sebagai orang tua punya kewajiban dan tanggung jawab untuk mendidik anak menjadi seseorang yang kenal dengan penciptanya dan ber-akhlak mulia.
Memang tidak ada orang tua yang sempurna, namun alangkah baiknya jika sudah membekali diri dengan cukup ilmu sebelum menikah dan memutuskan untuk memiliki anak sembari terus belajar dalam prosesnya.
Memilih pasangan yang tepat juga berpengaruh terhadap pola pengasuhan anak. Anak akan tumbuh kembang secara maksimal ketika mendapat perhatian yang seimbang dari ibu dan ayahnya. Selama ini banyak masyarakat yang masih menganggap bahwa anak hanyalah tanggung jawab perempuan sebagai ibunya.
Padahal sudah banyak penelitian yang menunjukkan pentingnya keterlibatan laki-laki sebagai ayah dalam proses tumbuh kembang anak. Laki-laki yang cukup ilmu tidak akan bersikap patriarki dan akan sadar tanggung jawab tersebut.
Disadari atau tidak, barangkali ternyata masih banyak orang tua yang zalim terhadap anaknya. Menjadi orang tua memang bukanlah hal yang sederhana, bukan pula hal yang mudah, semoga dengan menyadari itu membuat kita mampu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya tanpa tergesa-gesa. []