Mubadalah.id – Metode Mubadalah membuka kemungkinan untuk melakukan pemaknaan terhadap dua kelompok Hadis di atas. Kelompok yang mengandung kata rajul dan yang mengandung kata marah. Bahwa keduanya sangat mungkin untuk dikaji dan digali maknanya yang bersifat umum, untuk mencakup kedua belah pihak laki-laki dan perempuan.
Karena pada prinsipnya, pesan Islam yang terkandung di dalam teks tersebut berlaku umum untuk laki-laki dan perempuan. Langkah yang metode mubadalah usulkan bisa kita gunakan untuk melakukan kajian dan penggalian makna-makna ini.
Misalnya pada teks Hadis mahram bagi perempuan jika bepergian (Shahih al-Bukhari, no. 1893). Jika kita bisa memaknai bahwa kata “perempuan” di sini adalah orang yang lemah atau rentan, dan “laki-laki” yang mendampingi artinya orang yang kuat dan mampu, maka ia bisa berlaku umum.
Yang perlu kita dampingi tidak hanya perempuan. Tetapi siapa pun yang secara fisik atau sosial memerlukan pendampingan, bisa laki-laki dan bisa perempuan. Begitu pun yang mendampingi juga siapa pun yang memiliki kekuatan dan kemampuan, secara fisik atau secara sosial, bisa laki-laki maupun perempuan.
Seorang anak laki-laki yang masih dalam usia rentan atau orang dewasa yang sudah uzur dari sisi usia, atau memiliki keterbatasan fisik atau mental. Tentu membutuhkan pendampingan ketika harus melakukan perjalanan. Yang mendampingi bisa kerabat laki-laki dan bisa juga kerabat perempuan, tergantung siapa yang lebih mampu, siap, dan memiliki kesempatan.
Perjalanan Aman
Begitu pun bisa sebaliknya, yang membutuhkan pendampingan adalah perempuan usia anak atau usia dewasa tetapi uzur, sakit, atau memiliki keterbatasan fisik atau mental tertentu. Dan yang mendampingi mereka bisa siapa saja, tanpa harus jenis kelamin laki-laki. Pendampingan ini kita perlukan agar perjalanan seseorang aman, nyaman, dan hasil maksud.
Metode Mubadalah ini mungkin bisa dipraktikkan untuk semua teks-teks Hadis yang mengandung rajul dan marah. Selanjutnya, jika ada rumusan-rumusan untuk pembatasan, bisa diusulkan yang lebih integratif dengan konsep keadilan hakiki yang dikenalkan Nur Rofiah, dosen ilmu al-Qur’an Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Jakarta dan penulis Nalar Kritis Muslimah (Afkaruna.id, 2020).
Integrasi ini tidak hanya memungkinkan perempuan menjadi subjek utuh dalam pemaknaan Hadis. Tetapi juga memastikan agar mereka tidak mengalami keburukan karena jati diri mereka sebagai perempuan. Baik dalam peran reproduksi biologis maupun peran sosial. []