Mubadalah.id – Ratu Kalinyamat adalah sosok wanita yang istimewa dalam sejarah Indonesia karena keberanian, kekuatan kepemimpinan, dan pengaruhnya yang luas di abad ke-16. Ia memiliki nama asli Retna Kencana dan merupakan putri Sultan Trenggana dari Kesultanan Demak.
Ratu Kalinyamat menjadi penguasa setelah suaminya yaitu Pangeran Hadirin, meninggal akibat konflik politik dalam keluarga Kesultanan Demak. Setelah itu, ia berhasil membawa Jepara ke puncak kejayaannya.
Namun, Ratu Kalinyamat baru pemerintah akui sebagai pahlawan nasional pada Jumat, 10 November 2023 silam. Penganugrahan tersebut Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta terima dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, di Istana Negara.
Gelar Pahlawan Nasional Indonesia adalah penghargaan tertinggi yang pemerintah Republik Indonesia berikan kepada individu yang telah melakukan tindakan luar biasa atau berkontribusi secara signifikan bagi bangsa dan negara.
Tindakan ini harus heroik karena mencakup perbuatan nyata yang layak menjadi teladan sepanjang masa bagi masyarakat Indonesia. Gelar ini bukan sekadar penghargaan, tetapi juga sebuah pengakuan atas jasa-jasa yang luar biasa demi kepentingan bangsa.
Untuk memperoleh gelar Pahlawan Nasional, seseorang harus memenuhi persyaratan tertentu yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan.
Undang-undang ini mengatur kriteria, proses pengajuan, serta mekanisme penilaian yang harus terpenuhi untuk memastikan bahwa gelar tersebut hanya kita beri kepada mereka yang benar-benar berkontribusi secara nyata dan luar biasa bagi kemajuan Indonesia.
Bukan Tokoh Fiktif
Selama ini banyak yang beranggapan bahwa Ratu Kalinyamat merupakan sebuah tokoh fiktif. Masyarakat luar Jepara hanya mengenalnya sebagai tokoh cerita rakyat saja. Namun, menurut prof. Dr. Alamsyah, seorang peneliti tentang Ratu Kalinyamat, mengungkapkan bahwa ia bukanlah tokoh fiktif tetapi tokoh historis.
Menurutnya, memang di dalam sumber primer secara eksplisit tidak disebutkan tentang Ratu Kalinyamat, yang disebutkan adalah Ratu dari Jepara. Namun, jika kita berbicara mengenai Demak sekitar tahun 1500-1570 an maka hal itu sesuai pada periode catatan Portugis. Kemudian dapat kita simpulkan bahwa Ratu Kalinyamat bukanlah seorang tokoh fiktif akan tetapi sebuah tokoh yang nyata.
Sebagai pemimpin, ia terkenal karena keberaniannya dalam melawan Portugis yang bercokol di Malaka. Ratu Kalinyamat pernah mengirim ekspedisi militer besar-besaran ke Malaka pada tahun 1551 dan 1574 untuk mengusir Portugis.
Meskipun ekspedisi tersebut mengalami kegagalan, upayanya tersebut menunjukkan ketangguhan dalam mempertahnkan kedaulatan Nusantara. Oleh karena itu Diego de Couto, penulis Portugis, sampai menggambarkannya sebagai “Rainha de Japara, senhora poderosa e rica” yang berarti “Ratu Jepara, seorang wanita kaya dan sangat berkuasa.”
Ratu Kalinyamat juga berjasa mengembangkan ekonomi Jepara melalui perdagangan internasional. Serta membangun kota ini sebagai pusat perdagangan penting di pesisir utara Jawa. Selain itu, ia memperkenalkan seni ukir khas Jepara yang menjadi salah satu kontribusi budaya dan ekonomi penting bagi Jepara dan Indonesia hingga saat ini.
Kepemimpinan Perempuan
Ratu Kalinyamat menunjukkan keberaniannya ketika memutuskan untuk melawan Portugis yang berusaha menguasai Malaka. Ia tidak gentar menghadapi tantangan besar, termasuk saat harus memimpin ekspedisi militer demi menjaga martabat dan kedaulatan wilayah Nusantara.
Keberaniannya ini menjadi simbol perlawanan terhadap penindasan dan memperlihatkan bahwa kedaulatan adalah sesuatu yang harus diperjuangkan, bahkan dengan risiko besar.
Sebagai pemimpin perempuan yang sukses, Ratu Kalinyamat mendobrak batas-batas tradisional tentang peran perempuan. Di era yang masih sangat patriarkal, ia menunjukkan bahwa perempuan juga bisa memimpin dengan bijaksana, kuat, dan tegas.
Kisah ini menginspirasi kita untuk melihat bahwa peran kepemimpinan tidak terbatas oleh gender dan bahwa perempuan memiliki potensi yang sama besar untuk menjadi pemimpin yang berhasil.
Di bawah kepemimpinan Ratu Kalinyamat, Jepara berhasil menjadi pusat perdagangan yang ramai. Ia fokus pada pengembangan ekonomi dan membangun pelabuhan yang membuka akses perdagangan internasional.
Hal ini mengajarkan pentingnya strategi ekonomi yang bijak sebagai fondasi kekuatan politik suatu wilayah. Jepara menjadi kaya dan berkembang, memberi dampak positif yang luas bagi masyarakat. Pelajaran ini relevan hingga kini bahwa stabilitas ekonomi sering menjadi kunci keberhasilan pemerintahan.
Peninggalan Budaya yang Berkelanjutan
Selain di bidang politik dan ekonomi, Ratu Kalinyamat berperan dalam mengembangkan seni ukir yang menjadi ciri khas Jepara hingga sekarang. Dengan mendukung seni ukir, ia memberi nilai tambah bagi masyarakat dan memastikan bahwa budaya lokal dapat bertahan dan berkembang.
Dari sini, kita belajar pentingnya melestarikan dan mendukung budaya lokal sebagai warisan yang bisa memberikan identitas dan kebanggaan bagi generasi mendatang.
Kisah Ratu Kalinyamat mencerminkan bagaimana seorang pemimpin yang tangguh, berani, dan bijaksana mampu mengatasi tantangan besar dan memberikan dampak luas bagi masyarakat.
Ia menjadi inspirasi bahwa kekuatan seorang pemimpin terletak pada keteguhan hati, keberanian dalam menghadapi tantangan, serta kemampuannya untuk merangkul dan memajukan masyarakatnya. Hal ini bisa menjadi pelajaran buat kita untuk tidak takut dalam berbuat sesuatu khususnya dalam membela tanah air. []