Kemarin aku bertemu anak muda ganteng, cerdas, santun. Dia sengaja datang untuk berkunjung ke tempat aku biasa nongkrong. Fahmina Institute di Cirebon. Dia rupanya tertarik dengan gerakan perdamaian dan cinta yang kami lakukan selama lebih dari 15 tahun ini. Kami berbincang panjang tentang situasi negeri ini hari ini yang terus menciptakan kecemasan-demi kecemasan. Hoax yang berhamburan. Kemarahan yang meledak-ledak. Caci maki yang tak karu-karuan.
Lalu kami juga berdiskusi tentang apa yang harus atau sebaiknya dilakukan bersama. Ada satu kata yang dia ucapkan. Kata ini sangat krusial dan menarik. Ialah “paranoid”. Apakah maknanya? Dia menjelaskan:
Paranoid adalah pikiran dan perasaan seolah-olah anda terancam dan dalam bahaya, meskipun tidak ada bukti mengenai bahaya dan ancaman itu. Dia merasa seolah-olah ada hantu di mana-mana.
Penderita gangguan ini meyakini hal-hal yang tidak nyata atau tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya. Walau sudah terbukti bahwa apa yang diyakini penderita berbeda dengan kenyataan, penderita paranoid tetap berpegang teguh pada pemikirannya. Sudah dibilang di sini tidak ada hantu atau genderowo, dia bilang ada dan berkeliaran.
Indikator yang dapat dilihat pada orang-orang yang menderita paranoid ini antara lain adalah mudah menyalahkan dan menuduh orang lain sebagai penyebab penderitaannya. Dia selalu curiga kepada orang lain yang tidak sejalan dengan dirinya. Bila dia membenci seseorang, maka segala hal yang membuat dirinya menderita atau bahkan adanya bencana/malapetaka yg terjadi di sekitarnya akan dituduhkan kepada orang yang dibencinya itu.
Teman itu bilang juga sambil mengutip pandangan psikolog bahwa individu dengan gangguan ini mempunyai sifat mementingkan diri sendiri secara berlebihan dan mudah membenci orang lain tanpa alasan yang masuk akal. Ia juga sangat sensitif atas kritikan.
Cepat marah dan cenderung bersifat memusuhi orang lain. Keras kepala, ngeyel dan selalu menganggap bahwa dirinya benar. Orang paranoid sesungguhnya orang yang hari-harinya sangat menderita. Hatinya menyimpan lara, karena ulah dirinya sendiri. “Hari ini tampaknya makin banyak orang yang menderita paranoid, ya?” kataku. Dia tertawa, dan Kami tertawa-tawa bersama.
Salah seorang bertanya : apa bahasa Arabnya Paranoid?. Aku bertanya, mengapa perlu bahasa Arab nya? Dia bilang sambil tersenyum : supaya terkesan Islami. Hehe.. Aku bilang “madz’ur”ۧ terjemahannya؛ ketakutan, kecemasan, kepanikan, kengerian. Mungkin “Maradh alؒ-Nafs kada an yakuna majnun”. He he he. []