Kali ketiga mengaji di WLC El Shavia (Asrama yang mengkaji kajian gender dan pemberdayaan perempuan di Kota Malang) membedah buku Karya Prof. Mufidah yang sekaligus pengasuh di asrama. Jika biasanya kami bergiliran membedah artikel di Jurnal Perempuan. Malam Jumat lalu, kembali Buku “Psikologi Keluarga dalam Islam” yang dibedah dan dikaji bersama langsung dengan penulisnya. Dengan sub pembahasan terkait Konflik dan Resolusi dalam Keluarga
Mendengar istilah konflik, secara otomatis mungkin kita berpikiran bahwa konflik adalah hal yang harus dihindari, jangan sampai terjadi, dan merupakan perbuatan tidak baik. Jika anggapan kita masih seperti itu, itu berarti kita belum tuntas dengan pemahaman terkait konflik itu sendiri. Jadi, apakah ada dampak positif dari terjadinya suatu konflik? Dan apakah setiap konflik dalam keluarga akan berakhir pada perceraian atau putusnya suatu hubungan?
Konflik sendiri merupakan suatu kondisi yang muncul sebab adanya ketidakcocokan antar individu atau kelompok, yang dibangun sebab adanya pemikiran yang berbeda-beda atau berlawanan. Ada tiga penyebab utama konflik yang sering terjadi, baik secara umum maupun di dalam keluarga. Mulai dari ketimpangan sumber daya, perbedaan nilai dan identitas, serta terjadinya komunikasi yang salah.
Ketiga hal di atas, kerap kali memicu timbulnya konflik, terlebih ketika pola komunikasi yang dibangun antara individu atau suami-istri tidak baik. Selain itu, mengakarnya sistem patriarki di masyarakat membuat status sosial dan juga struktur di keluarga terlihat terkadang tidak ramah perempuan, disebabkan ketimpangan sumber daya yang ada. Sehingga, posisi laki-laki yang belum paham akan kesetaraan, merasa memiliki hak kekuasaan di dalam rumah tangga.
Konflik di dalam rumah tangga biasanya dipicu oleh beberapa hal, mulai dari perbedaan kultur dan budaya yang melatar belakangi setiap pribadi. Perbedaan nilai yang dipegang, berbeda orientasi hidup serta kebutuhan dalam hidup. Berbeda pemahaman terkait peran dan nilai peran dalam keluarga itu sendiri.
Lalu, memiliki perbedaan dalam menguasai sumber daya, sehingga jenis kelamin yang berbeda menyebabkan adanya relasi yang tidak setara. Dari beberapa hal ini sangat memungkinkan untuk menimbulkan konflik antar pasangan suami istri di dalam rumah tangga.
Padahal jika kita mau memahami lebih jauh terkait konflik sebagai suatu bentuk pendewasaan dalam berumah tangga. Tentunya konflik yang timbul akan memberikan dampak positif dalam suatu hubungan. Ada beberapa dampak positif dari munculnya suatu konflik dalam relasi hubungan manusia secara umum, ataupun dalam keluarga. Mari kita telaah bersama lima dampak positif dari adanya konflik.
Yang pertama konflik dapat meragsang pemikiran inovatif, hal ini tentu dapat terjadi ketika kita mampu memaknai konflik atau masalah sebagai suatu hal pembelajaran yang harus dicari solusi penyelesaiannya dengan saling berkomunikasi dengan pasangan. Dalam kondisi ini tentunya setiap konflik yang ada memiliki proses penyelesaian yang berbeda pula, hal ini yang kemudian berdampak memunculkan pemikiran yang inovatif pada setiap orang.
Kemudian, kedua konflik juga memiliki peran dalam promosi perubahan sosial, dengan adanya konflik dapat menimbulkan suatu perubahan entah pada arah negatif atau positif tergantung pada bagaimana kita memaknai konflik itu sendiri.
Yang ketiga, konflik mampu menguatkan hubungan kelompok. Pada saat terjadi konflik secara otomatis suatu kelompok atau dua individu yang memiliki hubungan akan lebih intens dalam berinteraksi ketika mereka memiliki niatan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi, dari sinilah akan berdampak pada semakin menguatnya hubungan antar mereka.
Dengan terjadinya konflik akan berpengaruh banyak dalam membentuk identitas pribadi seseorang, terlebih ketika seseorang mengalami konflik batin. Konfik dapat membentuk mereka untuk berfikir dua sampai tiga langkah kedepan bagaimana cara menyelesaikan konflik tersebut. Sehingga merangsang setiap individu untuk berfikir, dan pemikirannya di sini mempengaruhi pembentukan identitas pribadi mereka masing-masing.
Yang terakhir, dampak positif konflik akan membuat kita memahami bahwa perbedaan itu pasti ada bahkan dalam lingkup hubungan kecil sebuah rumah tangga. Perbedaan dalam suatu hubungan atau kelompok merupakan suatu keniscayaan yang harus kita syukuri dan dioptimalkan untuk melengkapi suatu hubungan.
Dengan mengoptimalkan perbedaan yang ada setiap peran dalam keluarga akan saling melengkapi dan diisi sehingga tidak lagi mempermasalahkan siapa yang bekerja dan siapa mengurus rumah, namun semua bergerak sesuai peran dan kemampuan yang dimiliki untuk saling melengkapi.
Berbagai konflik atau permasalahan yang timbul dalam suatu hubungan, tentunya memiliki beberapa langkah pengelolaan konfliknya. Mulai dari saling memahami perasaan orang lain, saling memegangi norma dan komitmen, saling memiliki strategi komunikasi yang tepat, serta saling mengenali perbedaan yang pasti terjadi dalam hubungan antar pribadi. Artinya di sini resolusi konflik dalam hubungan berkeluarga kembali lagi pada konsep keSALINGan atau mubaadalah, untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan membahagiakan. []