Mubadalah.id – Pendiri Maarif Institute, Ahmad Syafii Maarif mengatakan, agama hadir untuk membangun peradaban, bukan kebiadaban. Untuk itu, manusia harus memenangkan akal sehat dan hati nurani untuk menghadapi gejala ini.
“Yang terjadi belakangan ini adalah ada(nya) orang-orang yang mengedepankan kebiadaban dan mengaku atas nama agama. Inilah ironi manusia itu,” kata Buya Syafii dikutip Mubadalahnews dari facebook Gomar Gultom, Kamis, 11 April 2019.
Senada, Istri almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menyatakan, apabila ada orang yang menolak keberagaman. Maka hal itu sama dengan menolak anugerah dari Allah SWT.
“Menolak keberagaman dan menghancurkan rasa persaudaraan merupakan pengingkaran terhadap nikmat Ilahi dan nilai-nilai agama serta dasar negara kita,” kata Ibu Shinta, panggilan akrabnya.
Sementara itu, puteri sulung Gus Dur, Alissa Wahid mengingatkan, 22 tahun yang lalu, Gus Dur sudah menyatakan bahwa Tuhan itu tidak perlu dibela, karena Tuhan itu serba maha. Sebab, belakangan ini ada yang merasa lebih perkasa dari Tuhan dan seolah-olah Tuhan itu memerlukan pembelaannya.
“Bela-lah mereka yang lemah dan tersingkirkan,” ucap Mbak Alissa.
Aktivis dan Cendekiawan Muda, Yudi Latif menambahkan, deklarasi forum titik temu ini sebenarnya sedang berbicara tentang Indonesia. “Dalam deklarasi ini menegaskan bahwa kemanusiaan warga Indonesia disatukan atas dasar perbedaan,” tandasnya.
Berita sebelumnya, Nurcholis Madjid Society, Ma’arif Institute, Wahid Foundation, Jaringan Gusdurian dan Yayasan Terang Surabaya menggelar forum titik temu. Forum tersebut dihadiri 200-an peserta di salah satu hotel Jakarta, Rabu, 10 April 2019.
Dalam forum bertajuk persaudaraan insani, hidup damai dan hidup berdampingan itu, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, MA membacakan dokumen persaudaraan manusia. Dokumen tersebut merupakan hasil kesepakatan Imam Besar Al Azhar, Sayyed Ahmed al Thayeb dengan Pemimpin Gereja Dunia, Paus Fransiskus di Abu Dhabi awal Februari lalu.
Inti dokumen itu menegaskan umat manusia di seluruh dunia agar senantiasa membina persahabatan, menjalin persaudaraan, dan saling menghormati. Serta tidak mempolitisasi agama untuk kepentingan politik praktis, sehingga memecah belah persaudaraan seluruh umat manusia, sebangsa dan setanah air. (RUL)