Mubadalah.id – Sebagai manusia, laki-laki dan perempuan sama-sama mengemban amanah sebagai khalifah fil ardh. Misinya adalah mewujudkan kemaslahatan seluasnya di muka bumi, Ajaran ini juga mengandung konsekuensi revolusioner pada sistem patriarki.
Amanah kekhalifahan menghendaki laki-laki dan perempuan sama-sama aktif bekerja sama wujudkan kemaslahatan dalam sistem kehidupan.
Dua-duanya adalah subjek penuh sistem kehidupan sehingga sama-sama wajib ikhtiar mewujudkan kemaslahatan sekaligus sama-sama berhak menikmatinya, baik dalam perkawinan, keluarga, masyarakat, negara, dan dunia.
Apa arti amanah kekhalifahan manusia dalam sistem patriarki? Dalam sistem al-abawi, laki-laki aktif bersabda, sedangkan perempuan secara pasif menaatinya. Amanah khalifah fil ardh menghendaki keduanya aktif dalam mewujudkan kemaslahatan dan mengatasi kemafsadahan.
Sebaliknya, sama-sama pasif untuk tidak tergerak lakukan kemafsadahan. Laki-laki dan perempuan adalah mitra dalam kemaslahatan di rumah, masyarakat, negara, bahkan dunia.
Status dan amanah melekat manusia di atas berarti laki-laki dan perempuan mesti memperlakukan diri sendiri dan orang lain secara manusiawi. Keduanya dilarang berbuat zalim kepada diri sendiri maupun orang lain.
Dalam masyarakat patriarki, tauhid dan amanah kekhalifahan manusia berarti perintah untuk memanusiakan perempuan, baik sebagai bayi sehingga Islam melarang keras mengubur bayi perempuan hidup-hidup, sebagai saudara sedarah laki-laki.
Sehingga Islam melarang hubungan seksual inses, sebagai istri sehingga menegaskan bahwa istri-suami adalah berpasangan (zawaj), sebagai ibu sehingga menegaskan bahwa ibu orangtua juga. Memuliakan ibu dengan demikian hanyalah sebagian dari memuliakan perempuan, bukan satu-satunya. []