Mubadalah.id – Fenomena ‘teman tapi menikah’ tak sedikit terjadi di sekitar kita. Terlebih setelah kisah romansa bertajuk demikian semakin ramai diangkat ke layar kaca. Sebagai makhluk sosial, sejatinya berteman merupakan suatu kebutuhan dalam hidup manusia. Kehadiran teman yang baik kerapkali membantu meringankan beban dari berbagai masalah kehidupan.
Sewaktu kecil, kita bebas berteman dengan siapa saja, baik dengan sesama jenis maupun dengan teman lawan jenis. Namun seiring semakin dewasa, pertemanan beda jenis ini kerapkali menimbulkan dugaan dan prasangka dalam masyarakat. Sering kita mendengar bahwa laki-laki dan perempuan tidak bisa berteman ketika sudah dewasa tanpa ada yang melibatkan perasaan, benarkah demikian?
Barangkali banyak di antara kita yang mempunyai teman lawan jenis sejak kecil. Lalu pertemanan tersebut terus berlanjut hingga masing-masing beranjak dewasa karena memang ada kecocokan yang belum atau tidak kita temukan pada teman yang lainnya. Anggapan-anggapan bahwa laki-laki dan perempuan tidak bisa berteman ini kadangkala mengganggu hubungan pertemanan yang sudah berjalan baik selama bertahun-tahun.
Meskipun sebenarnya anggapan demikian juga tidak salah sepenuhnya. Sebagaimana hasil dari sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Social and Personal Relationships menemukan bahwa ada beberapa kebenaran mengenai laki-laki dan perempuan yang tak bisa menjadi sekadar teman.
Analisis Pertemanan
Penelitian tersebut menganalisis pertemanan dari 88 pasang laki-laki dan perempuan yang terlibat dalam hubungan pertemanan. Yakni untuk mengetahui seberapa besar mereka menganggap lawan jenisnya murni hanya sebagai teman. Partisipan kemudian diminta mengatakan sejujurnya saat diberi berbagai pertanyaan mengenai hubungan mereka. Bahkan meminta mereka untuk tidak membicarakan apa pun yang terjadi selama penelitian.
Ternyata mendapatkan hasil, bahwa laki-laki cenderung memiliki ketertarikan atau perasaan suka kepada teman perempuannya daripada sebaliknya. Laki-laki juga cenderung mengira teman perempuannya memiliki perasaan yang sama atau tertarik pada mereka, dibandingkan sekadar teman saja. Berbeda dengan para perempuan yang cenderung bisa membedakan mana pertemanan dan mana rasa tertarik terhadap lawan jenisnya.
Faktanya, namun ada juga yang berhasil menjalin hubungan pertemanan antara laki-laki dan perempuan secara sehat, atau yang biasa kita sebut platonic relationship. Platonic relationship merupakan istilah untuk menggambarkan hubungan antara dua orang dengan ikatan emosi dan komunikasi yang mendalam. Yakni tanpa adanya keinginan untuk berhubungan seksual atau tidak kita ikuti dengan nuansa romansa.
Istilah platonic relationship pertama kali Plato kemukakan. Dia adalah seorang filsuf kuno. Plato meyakini bahwa setiap individu bisa menjalin pertemanan yang erat tanpa adanya hasrat seksual apalagi romansa.
Individu yang terlibat dalam platonic relationship otomatis akan saling mendukung, mengerti dan memahami, baik saat senang maupun sedih. Dukungan ini tidak hanya membuat seorang teman menjadi lebih kuat, tetapi juga bisa memulihkan diri dari peristiwa traumatis.
Islam Memperbolehkan Persahabatan Laki-laki dan Perempuan
Hubungan pertemanan antara laki-laki dan perempuan ini juga telah Islam atur. Tidak terlarang asalkan menjaga batasan-batasan yang telah menjadi ketetapan. Allah memang menciptakan manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan, sebagaimana tertulis dalam QS.Al-Hujurat ayat 13:
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.”
Maksud dari saling mengenal ini kemudian Mahmut Saltuth jelaskan bahwasanya dalam urusan bekerjasama demi kepentingan sosial dan mendatangkan maslahat di dunia maupun akhirat.
Menurut Habib Umar bin Hafidz, kebolehan persahabatan untuk laki-laki dan perempuan adalah persahabatan yang kita lakukan untuk tujuan saling menguntungkan. Yakni memberi manfaat, dan terbangun untuk saling mengasihi karena Allah. Tanpa perlu saling berjabat tangan, berduaan satu sama lain, atau saling pandang satu dengan lainnya dengan cara yang tidak diizinkan. Sebagaimana hadist Rasulullah:
“Janganlah salah seorang di antara kalian berdua-duaan dengan perempuan kecuali ada mahram yang menyertainya (HR. Bukhari no: 5233).
Pada intinya, Islam memperbolehkan hubungan persahabatan antara laki-laki dan perempuan selama hal tersebut menguntungkan dalam hal kemanfaatan, tidak mencederai, dan tidak merusak kehormatan satu sama lain.
Namun, apabila pertemanan itu mengajak pada kemaksiatan, seperti berdua-duaan, saling memandang dengan tatapan syahwat, maka hal tersebut jelas tidak diperbolehkan. []