• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Dangal ; Gadis Kecil dan Kesempatan Meraih Impian

Dyah Murwaningrum Dyah Murwaningrum
04/03/2020
in Pernak-pernik
0
(sumber foto : wikipedia.id)

(sumber foto : wikipedia.id)

109
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Tidak setiap gadis kecil atau remaja perempuan di sebuah negeri bisa bermanja-manja pada ayahnya, di mana kakak laki-lakinya diperlakukan bak princess di kerajaan. Pernikahan dini, pernikahan paksa, pemerkosaan yang terjadi terus-menerus, angka kematian perempuan melahirkan yang tinggi menjadi momok bagi setiap gadis kecil di negara-negara berkembang.

Salah satu negara berkembang, India tercatat memiliki 34.000 kasus pemerkosaan tiap tahunnya. Catatan ini dihimpun pada 2018 dan angka ini, tidak jauh dari statistik pemerkosaan di tahun-tahun sebelumnya. Artinya, angka pemerkosaan selalu tinggi tiap tahunnya, kira-kira dalam 15 menit ada satu perempuan diperkosa di India.

Rentannya hidup sebagai seorang gadis seringkali diperparah oleh lingkungan keluarga, yang justru menenggelamkan kembali mimpi para gadis kecil itu untuk ‘mentas’ dari derita yang seolah turun-temurun. Jangankan mencoba menepis ketidakmungkinan, gadis-gadis kecil di perkampungan miskin India bahkan seperti sudah mampu meramal takdir mereka sendiri.

Citra perkampungan kumuh di India dapat kita tangkap dari industri film India yang cukup kritis dalam mengangkat drama sosial di negerinya. Salah satu film yang cukup menyumbangkan kesadaran dan inspirasi bagi penonton dunia yaitu “Dangal”.

Film yang menceritakan bagaimana seorang gadis kecil yang berhasil keluar dari lingkaran penderitaan sebagaimana teman-teman sebayanya. Kebebasan dua gadis ini sangat dipengaruhi oleh perjuangan dan keterbukaan ayahnya “Mahavir Singh Phogat”, untuk memperlakukan anak-anak perempuannya.

Baca Juga:

Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim

Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

Mahavir Singh Phogat, pegulat nasional yang kisahnya diangkat dalam film Dangal, dikisahkan sebagai seorang ayah, yang ingin mewariskan bakat pada anak-anak laki-lakinya. Namun semua keempat anaknya adalah perempuan. Awalnya ia kecewa luar biasa karena anak-anak perempuan yang sangat ia sayangi dianggap tidak mampu mewujudkan mimpinya itu.

Putri pertama Mahavir Phogat, Geeta Phogat adalah perempuan India pertama yang mampu meraih emas dalam Commonewealth Games 2010, dan menjadi satu-satunya pegulat perempuan India pertama yang memenuhi persyaratan untuk Olimpiade Musim Panas. Sedangkan Babita Kumari Phogat adalah putri kedua Mahavir Phogat dengan prestasi yang lebih menonjol ketimbang kakaknya. Keduanya adalah hasil didikan dan keterbukaan ayahnya.

Dangal mengisahkan bagaimana Mahavir Singh Phogat mendapat intimidasi dari tetangga, kawan-kawannya dalam lingkungan olahraga gulat dan keluarga. Ditambah lagi dengan beban kemiskinan yang mau tak mau menjadi kendala besar pada pemenuhan gizi anak-anaknya sebagai pegulat. Bukan hanya Mahavir, namun kedua anaknya pun harus kebal pada pandangan jijik dan cibiran teman di sekolah serta tetangga.

Mahavir mendidik fisik anak-anaknya agar kuat seperti gajah. Mereka dididik sebagaimana anak laki-laki dididik. Putri-putri Mahavir dan istrinya pun awalnya tidak setuju dengan cara-cara Mahavir. Sampai pada akhirnya istri dan kedua putri Mahavir menghadiri sebuah pesta pernikahan dini teman Geeta.

Dari temannya itu, Geeta disadarkan bahwa di India gadis-gadis kecil menunggu hari dimana ia harus diputus dari sekolahnya dan dikawinkan dengan pria-pria dewasa. Sebelum para gadis kecil ini memahami apa arti cinta, ia sudah harus siap untuk menyusui dan menggendong bayinya.

Geeta dan Babita baru mengerti bahwa ayahnya sangat memikirkan nasib anak-anaknya. Dan mereka bersyukur memiliki ayah yang memberi ruang untuk anak-anaknya tumbuh dan menjaga anak-anaknya dari tekanan fisik dan mental yang ‘biasa’ terjadi di masyarakat

Dari sebuah desa kecil dan miskin di India, Babita dan Geeta dibawa keluar oleh ayahnya untuk bertanding dengan para pegulat junior laki-laki karena tentu saja sulit mencari lawan gulat perempuan di sebuah desa. Sampai mengantarkan mereka pada kejuaraan nasional dan internasional.

Keterbukaan Keluarga Diperlukan

Dangal, film yang diproduksi oleh Walt Disney Pictures, Aamir Khan Production dan UTV Motion Picture, yang dirilis Desember tahun 2016 ini bukan hanya menginspirasi untuk berjuang keras atas mimpi-mimpi kita.

Namun, film ini juga memberi pesan bahwa kerja keras saja belum cukup, jika orang-orang di sekitar kita tidak memiliki sikap terbuka. Mahavir Phogat dari kalangan atlit, bukan dari kalangan akademis atau keluarga kelas atas yang berlimpah harta, telah mampu memperlakukan anak-anaknya sebagai manusia bahkan mengantarkannya pada kesuksesan. Memberi kesempatan yang sama, tidak tentang siapa laki-laki atau perempuan.

Berbagai fenomena sosial yang muncul di film ini, bisa jadi adalah gambaran dari banyak sudut di seluruh dunia. Aroma patriarki masih sangat kental berhembus, bahkan di lingkungan kita sekalipun. Bagaimana tanpa sadar telah mengecilkan kemampuan anak-anak perempuan, yang sering tidak disadari dan sudah biasa muncul dalam keluarga.

Ada banyak hal nyata yang bisa dilakukan, salah satunya membebaskan anak-anak perempuan di sekitar kita untuk memiliki cita-cita dan kita juga bisa secara memberi dukungan, yang bisa dimulai dari sahabat, keluarga, guru, dosen, teman bermain, tetangga, dan puncaknya adalah pemerintah.

Jika rintangan dan tantangan yang dilalui anak-anak terlalu berat serta banyak, namun tidak ada dukungan penuh, maka pastinya siapapun dia akan mudah menyerah, menerima pasrah dan merasa kalah. Jadi, berilah dukungan, sekecil apapun itu, akan memberi makna di setiap langkah anak-anak perempuan di manapun ia berada. []

Dyah Murwaningrum

Dyah Murwaningrum

Dosen dan Aktif di Serat Pena Bandung.

Terkait Posts

Obituari

Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim

23 Mei 2025
KB perempuan

Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

23 Mei 2025
KB dan Politik

KB dan Politik Negara

22 Mei 2025
KB Modern

5 Jenis KB Modern

22 Mei 2025
Kontrasepsi

Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

22 Mei 2025
Azl menurut Fiqh

KB dalam Pandangan Fiqh

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version