• Login
  • Register
Rabu, 29 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Nikah Muda?, No Baper!

Nurul Annisa Ladjadji Nurul Annisa Ladjadji
04/03/2020
in Personal
0
82
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Saat ini, di Indonesia nikah muda seakan dianggap menjadi sebuah trend. Di sosial media misalkan ada banyak cerita tentang nikah muda. Mereka membagikan kebahagiaannya dengan mengenggam tangan maupun pelukan sederhana seolah berkata, “Kita sudah Halal”.

Dan tak sedikit pula akun yang me-repost postingan mereka. Sesuatu yang membuat followers mereka memimpikan hal yang sama mungkin bias terjadi di kehidupan nyata mereka. Parahnya lagi muncul komentar dari akun media social lain, yang mengejek para jomblo maupun para remaja yang masih cinta-cinta monyet, dengan menggunakan foto maupun video dari pasutri muda tersebut, dengan dibumbui caption, misal “Yuk nikah muda”, “Indahnya nikah muda” dan kata-kata lainnya yang mengajak nikah muda.

Ternyata, apa yang terjadi di media daring berdampak pada kehidupan nyata. Teman-teman saya jadi berharap agar dapat menikah muda. Penyebabnya sangat sederhana, karena lelah untuk kuliah. Sesuatu yang cukup menghentak kesadaran saya.

Namun, persoalan nikah muda ini tidak sesederhana itu, misal di sekitar saya saja, nikah muda bukan lagi hal yang baru, sering dijumpai bahkan keluarga saya sendiri. Beberapa saudara saya menikah di usia belasan tahun. Padahal sejatinya pernikahan adalah suatu hal yang sakral di kehidupan manusia.

Kita seakan melihat menikah bukanlah perkara yang kecil, menikah perkara yang tidak mudah memutuskannya. Apalagi menikah di usia yang terbilang masih cukup muda, usia dibawah 20 tahun maupun awal 20 tahun.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

Baca Juga:

Islam Pada Awalnya Asing

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

Bahkan ada yang nekat menikah di usia belasan. Padahal dari segi mental, remaja belum sepenuhnya siap untuk menjalani rumah tangga. Dari sisi fisik pun, sistem reproduksi remaja perempuan belum sepenuhnya matang, ketika menikah di usia dini, resiko kelahiran prematur, angka kematian ibu dan bayi pun tinggi.

Syukurlah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia mengesahkan revisi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, terkait usia minimal perkawinan yang semula 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki-laki, menjadi 19 tahun untuk perempuan dan laki-laki.

Bahkan, pernikahan dalam Islam sebagai penyempurna separuh agama. Namun, terdapat hal yang saya takutkan adalah jika pasangan yang menikah semata-mata hanya karena baper, iri atau bahkan hanya karena lelah hidup sendirian, dan capek kuliah. Tanpa mempersiapkan finansial dan mental.

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah! Sedangkan barangsiapa yang belum mampu, hendaknya dia berpuasa, sesungguhnya yang demikian itu akan menjadi benteng baginya.” (HR. Bukhari, no 4677)

Coba tanyakan lagi kepada dirimu sendiri: Apa alasan kamu menikah? Apa karena calon pasanganmu? Atau karena cinta? Jika dua pilihan itu adalah alasanmu, lantas bagaimana jika pasanganmu kelak mengkhianatimu atau bahkan kamu dan pasanganmu kelak sudah tidak cinta lagi.

Bukan tidak mungkin, perceraian bisa terjadi kan. Anggapan bahwa keputusan besar menikah muda pasti berujung bahagia, seperti yang kita saksikan di media sosial dan sebagainya. Justru menjadi boomerang bagi diri kita sendiri.

Barangkali, nasihat paling bijaksana yang bisa saya sampaikan melalui tulisan ini untuk kalian pembaca dan teruntuk diri saya sendiri adalah: selagi masih muda, ayo luangkan waktu untuk meraih mimpi, mengejar cita-cita, untuk belajar, menuntut ilmu yang bukan hanya ilmu umum tapi juga memperdalam ilmu agama, perbanyak ibadah sebagai bekal menuju akhirat.

Karena kita tidak pernah tahu, penyesalan seperti apa yang akan kita temui tiga, lima, tujuh, sepuluh tahun lagi – jika saja hari ini kita masih menyibukkan diri larut dalam hal-hal yang tidak bermanfaat. []

Nurul Annisa Ladjadji

Nurul Annisa Ladjadji

Terkait Posts

Pengasuhan Anak

Jalan Tengah Pengasuhan Anak

28 Maret 2023
Sittin al-‘Adliyah

Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental

27 Maret 2023
Profil Gender

Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja

27 Maret 2023
Target Ibadah Ramadan

3 Tips Jika Target Ibadah Ramadan Berhenti di Tengah Jalan

25 Maret 2023
Memilih Childfree

Salahkah Memilih Childfree?

24 Maret 2023
Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui

Rukhsah bagi Ibu Hamil dan Menyusui Saat Ramadan

23 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Sittin al-‘Adliyah

    Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menggali Nilai-nilai Tradisi di Bulan Ramadan yang Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Pada Awalnya Asing

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Islam Pada Awalnya Asing
  • Jalan Tengah Pengasuhan Anak
  • Imam Malik: Sosok yang Mengapresiasi Tradisi Lokal
  • Mengapa Menjadi Bapak Rumah Tangga Dianggap Rendah?
  • Kitab Sittin Al-‘Adliyah: Prinsip Kasih Sayang Itu Timbal Balik

Komentar Terbaru

  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist