Mubadalah.id – Rabu malam (3/9/2025), ratusan jaringan ulama perempuan KUPI dari berbagai penjuru tanah air berkumpul di ruang virtual Zoom Meeting. Mereka menghadiri acara “Doa Keselamatan Bangsa dan Maklumat Ulama Perempuan Indonesia” yang digelar oleh Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI).
Acara yang berlangsung pukul 19.00–21.00 WIB itu dipimpin langsung oleh Ketua Majelis Musyawarah Keagamaan KUPI, Nyai Hj. Badriyah Fayumi. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa doa bukan sekadar ritual, melainkan kekuatan spiritual yang mampu menjaga optimisme rakyat dan meneguhkan langkah para pemimpin bangsa.
“Bangsa Indonesia—baik masyarakat maupun pemimpinnya—adalah orang-orang beriman kepada Tuhan. Maka selain amar ma’ruf dan nahi mungkar dalam kehidupan sosial, kita juga perlu menengadahkan tangan, memohon kepada Allah yang menguasai bumi dan langit. Doa agar para pemimpin diberi hidayah, taufik, dan inayah, sehingga mampu mengemban amanah sesuai harapan rakyat,” ujar Nyai Badriyah.
Doa Sebagai Ikhtiar Spiritual dan Moral
Dalam pandangan KUPI, doa bukan hanya hubungan vertikal dengan Sang Pencipta, tetapi juga pernyataan moral secara horizontal kepada masyarakat. Doa menjadi pengingat bahwa kekuatan bangsa tidak hanya terletak pada aspek politik, ekonomi, dan sosial. Melainkan juga pada spiritualitas yang kokoh.
“Doa adalah kekuatan rakyat agar tidak berhenti menyalakan optimisme di tengah lautan masalah. Berdoa juga menjadi penjaga dan menguatkan pemimpin yang amanah agar tetap tegak lurus, meski jalannya penuh tantangan. Bahkan doa juga membawa suara mereka yang terzalimi hingga menembus langit dan menggerakkan semesta untuk memberi hukuman kepada mereka yang khianat, melampaui batas, dan lupa diri,” jelasnya.
Namun, Nyai Badriyah juga menegaskan bahwa doa dan maklumat ini tidak cukup untuk menghadirkan perubahan besar dalam waktu singkat.
“Setidaknya, ini menjadi penanda komitmen bersama untuk terus melakukan langkah-langkah perbaikan semaksimal yang kita mampu—sekarang, seterusnya, dan selamanya, Insya Allah,” tambahnya.
Dalam momentum tersebut, KUPI menyampaikan maklumat sebagai seruan moral bagi bangsa Indonesia. Seruan itu menegaskan pentingnya menjaga nilai keadilan, kejujuran, serta amanah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai gerakan keagamaan yang berakar pada pengalaman perempuan, KUPI menegaskan bahwa kepedulian terhadap kondisi bangsa adalah bagian dari tanggung jawab keimanan. Ulama perempuan tidak ingin menjadi penonton dalam situasi krisis sosial, politik, maupun ekonomi yang masih jauh dari cita-cita keadilan.
“KUPI menyadari bahwa keprihatinan kita bersama juga adalah keprihatinan saudara-saudara sebangsa dan setanah air. Karena itu, dalam ruang virtual malam ini, kami mempersilakan saudara-saudara berdoa sesuai keyakinannya masing-masing,” kata Nyai Badriyah, menekankan pentingnya toleransi dalam Bhinneka Tunggal Ika.
Harapan untuk Masa Depan
Doa, istighasah, dan maklumat yang disampaikan ulama perempuan Indonesia malam itu diharapkan menjadi penguat moral bangsa. Sebagai bangsa yang tengah menghadapi berbagai tantangan—dari krisis kepemimpinan, ketimpangan sosial. Hingga masalah keadilan ekonomi—suara ulama perempuan dapat memberi arah baru bagi perjuangan bersama.
“Semoga doa-doa kita, maklumat, dan seruan moral ini menjadi penguat bagi kita semua. Semoga kita istiqamah, sabar, dan optimis memperjuangkan peradaban yang berkeadilan hakiki dengan cara yang ma’ruf, dalam relasi mubadalah—yakni saling menghargai dan menyalingkan antarsesama manusia,” pungkas Nyai Badriyah.
Bagi KUPI, doa bukanlah akhir dari sebuah ikhtiar, melainkan awal untuk terus berjuang. Mereka yakin, suara bumi yang menembus langit pada akhirnya akan Allah SWT, Penguasa langit dan bumi kabulkan. []