Mubadalah.id – Siapa yang tak kenal dengan Tokopedia? Salah satu platform terbesar di Indonesia. Di balik kesuksesan platform anak bangsa ini, ternyata ada kisah menarik. Diamnya sang istri si perintis platform, ternyata menjadi kunci dari suksesnya kisah ini.
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat melihat podcast “Close the Door” yang dikomandoi oleh Deddy Corbuzier. Acara tersebut mengundang William Tanuwijaya sebagai bintang tamu.
Dalam podcast tersebut keduanya membahas mengenai tema bahwa untuk menjadi kaya ternyata ada skemanya. Ada yang menarik hati saya saat obrolan podcast tengah berlangsung.
William mengatakan “Ia sangat besyukur memiliki istri yang diam”. Arti diam di sini bukan diam pasif bak patung, namun diam yang bermakna bahwa dengan dukungan istri sangat memahami kondisi William sebagai suami.
Kisah di Awal Merintis Usaha
Di awal-awal merintis platform Tokopedia atau sering kita sebut Tokped, istri William benar-benar memposisikan diri sebagai partner. Meskipun ia merintis usaha tersebut dengan sahabatnya, numun secara pribadi istrinya memiliki peran yang tak kalah penting.
Istri William memang tidak ikut campur dalam pembuatan platform tersebut. Namun peran istri sebagai pendamping suami sangat nampak hasilnya.
William juga mengatakan “ia tidak bisa membayangkan kala awal-awal ia merintis kemudian istrinya adalah seorang perempuan yang rewel.” Dia bersyukur, istrinya adalah orang yang sangat memahaminya. Ia tidak pernah mempermasalahkan dan malah memberi kepercayaan penuh serta merelakan waktu suaminya yang tersita untuk fokus pada cita-citanya, yakni berhasil membuat platform Tokopedia.
Rasanya memang tidak bisa dipungkiri. Saat seseorang sedang merintis suatu usaha, tentu banyak waktu, tenaga, pikiran bahkan materi yang tersita untuk menggapainya. Namun hal tersebut disikapi dengan bijak oleh sang istri.
Sosok Istri yang Menjadi Kunci
Dukungan Istri William selalu mendorong suaminya untuk mencapai tujuannya. Sangat menarik untuk dicermati, bahwa perempuan memiliki peranan yang luar biasa dalam setiap kesuksesan suami.
Gambaran tersebut sejalan dengan konsep Mubadalah dengan kesalingan relasi. Meskipun perempuan tidak turut campur secara langsung, namun perannya sebagai istri yang bisa memberikan ketenangan pada suami saja sudah cukup.
Melalui pekerjaan domestik yang totalitas seperti mengurus rumah dan anak sudah sangat membantu suami. Bayangkan jika suami masih dalam posisi merintis, sedangkan istri adalah perempuan yang tidak mandiri serta bergantung pada suami.
Dalam hal-hal sepele, misalnya mengantar atau menjemput anak sekolah. Ketika istri adalah orang yang mandiri, tentu hal ini akan sangat mudah ia kerjakan dan akan memperingan kerja suami.
Akan sangat berbeda ketika istri adalah perempuan yang tidak independen. Hal demikian akan membingungkan suami dalam memprioritaskan sesuatu. Fokus serta waktu suami akan terpilah-pilah, sehingga kemungkinan mencapai tujuannya akan lebih lambat dan bisa jadi malah tidak akan sampai sama sekali.
Dua poin Penting dari Kisah Ini
Ada dua poin penting yang menjadi catatan dalam kisah ini. Pertama, Jika kamu sebagai suami, berterimakasihlah pada istrimu.
Meskipun ia hanya mengerjakan pekerjaan domestik di rumah, namun perannya sangat mempermudah bahkan mempercepat kamu untuk mencapai tujuan dan cita-citamu. Terlebih apabila si istri tidak hanya membantu mengerjakan pekerjaan domestik, namun juga mau membantumu secara finansial dengan bekerja di ruang-ruang publik.
Kedua, Jika kamu seorang istri. Berterimakasihlah pada suamimu. Perempuan juga harus berterimakasih kepada suami yang memiliki penghormatan dan penghargaan kepada istri, terlebih pada suami yang menghargai setiap pekerjaan domestik istri di rumah.
Sekadar ucapan terimakasih terhadap suami yang tidak memiliki pemikiran patriarkis dogmatik saja sudah sangat berarti untuk keharmonisan rumah tangga. []