Senin, 10 November 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Soeharto

    Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto

    Pahlawan Soeharto

    Ketua PBNU hingga Sejarawan Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Dosanya Besar bagi NU dan Masyarakat

    Disabilitas

    Di UNIK Cipasung, Zahra Amin: Jadikan Media Digital Ruang Advokasi bagi Penyandang Disabilitas

    Bagi Disabilitas

    Rektor Abdul Chobir: Kampus Harus Berani Melahirkan Gagasan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

    Fiqh al-Murunah yang

    Fiqh Al-Murunah: Fiqh yang Lentur, Partisipatif, dan Memberdayakan

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah, Gagasan Baru yang Terinspirasi dari Dua Tokoh NU dan Muhammadiyah

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Menempatkan Penyandang Disabilitas sebagai Subjek Penuh (Fā‘il Kāmil)

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Eco-Waqaf

    Eco-Waqaf dan Masa Depan Hijau: Sinergi Iman, Ekonomi, dan Lingkungan

    Soeharto Pahlawan

    Menolak Soeharto Jadi Pahlawan: Sejarah Kelam Tak Boleh Dilupakan

    Pesta Pernikahan

    Tadarus Subuh: Merayakan Pesta Pernikahan Tanpa Membebani

    Presiden Meksiko Dilecehkan

    Ketika Presiden Meksiko Dilecehkan: Membaca Kekerasan Seksual dari Perspektif Mubadalah

    ASI yang

    Pentingnya Peran Ayah dalam Mendukung Pemberian ASI

    Budaya Bullying

    Budaya Bullying dan Hilangnya Rasa Aman Pelajar

    Menyusui

    Menyusui dan Politik Tubuh Perempuan

    Kesetaraan Disabilitas

    Gen Z Membangun Kesetaraan Disabilitas Di Era Digital

    Menyusui

    Menyusui dan Rekonstruksi Fikih Perempuan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Soeharto

    Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto

    Pahlawan Soeharto

    Ketua PBNU hingga Sejarawan Tolak Gelar Pahlawan Soeharto, Dosanya Besar bagi NU dan Masyarakat

    Disabilitas

    Di UNIK Cipasung, Zahra Amin: Jadikan Media Digital Ruang Advokasi bagi Penyandang Disabilitas

    Bagi Disabilitas

    Rektor Abdul Chobir: Kampus Harus Berani Melahirkan Gagasan Inklusif bagi Penyandang Disabilitas

    Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    4 Fondasi Utama Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah bagi

    Fiqh al-Murunah: Menakar Azimah dan Rukhsah dari Pengalaman Difabel

    Fiqh al-Murunah yang

    Fiqh Al-Murunah: Fiqh yang Lentur, Partisipatif, dan Memberdayakan

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah, Gagasan Baru yang Terinspirasi dari Dua Tokoh NU dan Muhammadiyah

    Fiqh al-Murunah

    Fiqh al-Murunah: Menempatkan Penyandang Disabilitas sebagai Subjek Penuh (Fā‘il Kāmil)

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Eco-Waqaf

    Eco-Waqaf dan Masa Depan Hijau: Sinergi Iman, Ekonomi, dan Lingkungan

    Soeharto Pahlawan

    Menolak Soeharto Jadi Pahlawan: Sejarah Kelam Tak Boleh Dilupakan

    Pesta Pernikahan

    Tadarus Subuh: Merayakan Pesta Pernikahan Tanpa Membebani

    Presiden Meksiko Dilecehkan

    Ketika Presiden Meksiko Dilecehkan: Membaca Kekerasan Seksual dari Perspektif Mubadalah

    ASI yang

    Pentingnya Peran Ayah dalam Mendukung Pemberian ASI

    Budaya Bullying

    Budaya Bullying dan Hilangnya Rasa Aman Pelajar

    Menyusui

    Menyusui dan Politik Tubuh Perempuan

    Kesetaraan Disabilitas

    Gen Z Membangun Kesetaraan Disabilitas Di Era Digital

    Menyusui

    Menyusui dan Rekonstruksi Fikih Perempuan

  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    Surga

    Ketika Surga Direduksi Jadi Ruang Syahwat Laki-Laki

    Perempuan Lebih Rendah

    Ketakwaan Perempuan Tidak Lebih Rendah dari Laki-laki

    Keterbukaan Rumah Tangga

    Keterbukaan Adalah Kunci Utama Keharmonisan Rumah Tangga

    Keterbukaan

    Pentingnya Sikap Saling Keterbukaan dalam Rumah Tangga

    Rumah Tangga dalam

    Mencegah Konflik Kecil Rumah Tangga dengan Sikap Saling Terbuka dan Komunikasi

  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Lalu Mengapa Jika Aku Seorang Perempuan?

Bagiku pribadi, menjadi perempuan mandiri dan berdaya adalah bentuk dari saling bertumbuh dalam suatu keluarga maupun dalam relasi rumah tangga nantinya

Nuraini Chaniago Nuraini Chaniago
2 Oktober 2022
in Personal, Rekomendasi
0
Seorang Perempuan

Seorang Perempuan

526
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Menjadi perempuan yang hidup di tengah-tengah budaya patriarki itu memang tak mudah. Seringkali laku dan tindakan perempuan yang mencoba merubah kebiasaan dari berbagai sisi kehidupan hari ini, menjadi perbincangan banyak kalangan. Tak hanya dari masyarakat sekitar ia tinggal, bahkan tantangan itu datang dari keluarga sendiri. Lalu mengapa jika aku seorang perempuan?

Saat perempuan masih berada dalam keluarga yang masih menjunjung tinggi budaya patriarki, maka ia akan dianggap sebagai perempuan yang pembangkang. Karena memilih mendobrak  bias atau berbeda dari kebiasaan sebelumnya.

Saya sebagai perempuan yang hari ini mencoba untuk keluar dari belenggu budaya patriarki dalam keluarga sendiri. Merasa seringkali mendapatkan stigma dan tuduhan-tuduhan yang tidak mengenakan, dianggap sebagai perempuan yang lupa bagaimana menjadi perempuan yang baik. Perempuan yang terlalu berambisi, perempuan yang lupa kodratnya sebagai calon ibu dan istri. Di mana tidak kaum laki-laki sukai dan sebagainya.

Kata-kata “Kamu kan Perempuan” seolah menjadi senjata ampuh bagi jamak orang untuk mengintimidasi dan mendiskriminasi kaum perempuan dalam menentukan pilihan hidupnya. Ketika perempuan hari ini memilih untuk belum menikah di usia yang sesuai standar masyarakat.

Maka ia akan dianggap perempuan yang tidak laku, egois, mementingkan diri sendiri, terlalu pemilih, dan banyak lagi tuduhan-tuduhan lainnya, Bahkan seringkali kita menemui pernyataan-pernyataan “kamu kan perempuan” untuk melegitimasi sikap ketidakadilannya terhadap perempuan.

Pendidikan dan Karir Perempuan

Ketika perempuan memilih untuk berpendidikan dan berkarir dalam hidupnya, maka juga akan mendapatkan kecaman-kecaman yang serupa, “kamu kan perempuan.” Jangan sekolah terus yang kamu pikirkan, nanti laki-laki takut denganmu. Jangan terlalu mandiri sekalilah jadi perempuan, nanti tidak ada laki-laki yang mau menikah denganmu.

Seolah perempuan hidup di dunia ini hanya memikirkan begaimana penilaian laki-laki terhadapnya, dari pada membangun kesadaran diri setiap individu, bahwa laki-laki dan perempuan harus menjadi manusia yang berdaya sesuai versinya masing-masing.

Seolah terlahir menjadi seorang perempuan itu adalah mimpi buruk. Hidup menjadi perempuan harus siap-siap dengan berbagai represi akan otoritas hidupnya. Harus siap dengan berbagai bentuk objektifikasi yang terlontarkan kepadanya, harus siap menjadi makhluk inferior yang selalu dinomor duakan oleh masyarakat dan lingkungan. Menjadi perempuan, seolah hidupnya, tak hanya milik dia. Melainkan milik sosial yang harus memenuhi tuntutan ini itu agar dianggap perempuan baik yang sesuai standar masyarakat.

Menjadi Perempuan Mandiri dan Berdaya

Bagiku pribadi, menjadi perempuan mandiri dan berdaya adalah bentuk dari saling bertumbuh dalam suatu keluarga maupun dalam relasi rumah tangga nantinya. Sebagai seorang anak yang lahir dari seorang single parent, kehidupan ibuku memenuhi kebutuhan anak-anaknya seorang diri. Ibu adalah contoh yang membuatku semakin yakin bahwa, apapun dan bagaimanapun perekonomian keluargamu, maka tetaplah menjadi sosok yang mandiri.

Ibuku selalu berpesan bahwa, seberapa kayan suamimu kelak, maka tetaplah kamu menjadi perempuan yang mampu mandiri dan membantu pemasukan keluarga. Karena kita tidak akan pernah tahu persis, bagaimana kehidupan di masa depan, apakah kamu akan berpisah dengan pasanganmu karena perceraian ataupun kematian. Walaupun kita tentu tidak ingin mendoakan hal-hal buruk tersebut terjadi dalam kehidupan, tapi sebagai manusia, kita memang harus siap dengan kondisi terburuk sekalipun, bukan?

Sering sekali saya melihat fenomena-fenomena di lingkungan sekitar, ketika mereka memilih menikah muda, rumah tangganya kerap sekali diwarnai cekcok yang pada akhirnya berujung dengan perceraian dini. Ada juga seorang istri yang ketika memutuskan menikah, memilih menjadi ibu rumah tangga tanpa ikut mencari nafkah memenuhi kebutuhan keluarganya.

Namun pada akhirnya ketika suaminya meninggalkannya, ia hidup tanpa arah, bahkan harus mengais sedikit demi sedikit rezeki kerja serabutan untuk bertahan hidup dengan anak-anaknya. Miris bukan?

Laki-laki dan Perempuan Setara

Hal-hal di atas membuat saya semakin yakin bahwa setiap individu yang dewasa harus mandiri, terlepas dari ia perempuan ataupun laki-laki, menikah ataupun belum menikah. Maka, menjadi perempuan mandiri dan berdaya bukan berarti ia adalah sosok yang sok-sokan, egois, mementingkan diri sendiri.

Apalagi ada anggapan sebagai perempuan pembangkang dan menyaingi laki-laki, tidak sama sekali. Mandiri, sejatinya adalah mengajarkan kita menjadi manusia yang siap dengan berbagai bentuk kemungkinan kehidupan di masa depan. Sehingga, ada ataupun tidak ada pasangan nantinya, harapannya perempuan akan mampu memenuhi kehidupannya dengan layak.

Jadi, jangan selalu mengkambing hitamkan kata-kata “kamu kan perempuan” untuk membelenggunya menjadi manusia yang lebih berdaya dan merdeka. Biarkan seorang perempuan melakukan hal-hal baik yang menjadi pilihan hidupnya dengan rasa tanggung jawab. Selagi ia tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama dalam menentukan pilihan hidupnya. Yang penting ia sadar dengan setiap keputusan yang ia ambil. []

Tags: bias genderBudaya PatriarkiGenderkeadilanKesetaraanperempuan
Nuraini Chaniago

Nuraini Chaniago

Writer/Duta Damai Sumatera Barat

Terkait Posts

Menyusui
Keluarga

Menyusui dan Politik Tubuh Perempuan

8 November 2025
Menyusui
Keluarga

Menyusui dan Rekonstruksi Fikih Perempuan

8 November 2025
istihadhah yang
Keluarga

Istihadhah: Saat Fiqh Perlu Lebih Empatik pada Perempuan

7 November 2025
Haid yang
Keluarga

Fiqh Haid yang Kehilangan Empati terhadap Perempuan

7 November 2025
Haid yang
Keluarga

Fiqh Haid: Rumitnya Hukum yang Tak Terjangkau Perempuan

7 November 2025
Fiqh Haid
Keluarga

Fiqh Haid: Membebaskan Tubuh Perempuan dari Stigma Najis

6 November 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Soeharto

    Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menolak Soeharto Jadi Pahlawan: Sejarah Kelam Tak Boleh Dilupakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Pangku: Menangkap Realita Kehidupan Di Pantura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Eco-Waqaf dan Masa Depan Hijau: Sinergi Iman, Ekonomi, dan Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Kebahagiaan Lewat Filosofi Mulur Mungkret Ki Ageng Suryomentaram

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Eco-Waqaf dan Masa Depan Hijau: Sinergi Iman, Ekonomi, dan Lingkungan
  • Menolak Gelar Pahlawan: Catatan Hijroatul Maghfiroh atas Dosa Ekologis Soeharto
  • Film Pangku: Menangkap Realita Kehidupan Di Pantura
  • Menolak Soeharto Jadi Pahlawan: Sejarah Kelam Tak Boleh Dilupakan
  • Tadarus Subuh: Merayakan Pesta Pernikahan Tanpa Membebani

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID