Mubadalah.id – Gus Achmad Dhofir Zuhry menjelaskan bahwa dalam redaksi Al-Quran, kata Ibu dimaknai dalam berbagai perspektif. Pertama, dalam Al-Qur’an disebutkan waummuhu shiddiqah (karakter yang konsisten dan jujur) yang artinya Ibu adalah sosok yang jujur dan konsisten meskipun hidup diterpa oleh godaan.
Gus Achmad Dhofir Zuhry merupakan ulama muda asal Jawa Timur pengasuh pondok pesantren Baitul Hikmah Malang. Gus Dhofir, sapaan akrabnya, aktif mengampu kajian tafsir tematik NU Online. Beliau juga terkenal luas melalui karya-karyanya. Di antara yang best seller adalah buku Peradaban Sarung.
Gus Dhofir menjelaskan bahwa “Al-Ummu Madrasah” (ibu adalah sekolah) adalah benar adanya. Sekolah ini tak mengenal waktu, yang sangat berpengaruh dalam membentuk karakter seorang anak
Sayangnya, keberadaan makna ibu seringkali terlupakan dalam catatan sejarah saat anak mencapai kesuksesan. Saat ini, kesuksesan anak biasanya lebih dihubungkan dengan sekolah formalnya.
Makna Ibu dalam Kultur Arab dan Indonesia
Menurut Ibn Faris, ibu atau dalam bahasa Arab ummi (أمّ) dapat memiliki makna lain yang lebih luas, seperti tempat kembali, kelompok atau agama. Contohnya penggunaan redaksi ummu pada Surah Al-Qari’ah ayat 9 yang bermakna tempat perpulangan terakhir di akhirat kelak:
وَاَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗۙ ٨ فَاُمُّهٗ هَاوِيَةٌ ۗ ٩
“Adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)-nya, tempat kembalinya adalah (neraka) Hawiyah..
Tak Banyak Mengungkap
Sejarah kesuksesan kepahlawanan para Nabi dan salafussalih masa lalu pun tak banyak mengungkap sumbangsih ibu. Kesuksesan dan kepahlawanan lebih kitta kaitkan dengan keberhasilan tokoh menghadapi lawan dengan keteguhan iman. Peran sahabat dan pendukung jauh lebih menonjol daripada peran ibu
Inilah fakta penulisan sejarah (historiografi) yang kita terima saat ini. Historiografi yang kurang memberi ruang bagi keberadaan dan sumbangsih ibu dalam mengantarkan anaknya menjadi tokoh besar.
Penjelasan sumbangsih ibu sangat penting dalam pengungkapan sejarah sukses seorang anak. Selain karena sumbangsih itu nyata adanya. Pengungkapannya akan menghadirkan nilai-nilai luhur yang bisa menjadi inspirasi umat manusia yang selalu mencari sandaran nilai dalam hidupnya.
Kemudian, bagi para ibu, pengungkapan itu akan menjadi inspirasi dan mauidhah hasanah. Bagi para anak pengungkapan itu menjadi pengingat jasa ibu dan pendorong untuk berbakti.
Dari sejarah masa lalu, Hajar, Aisyah dan Yuhanidz, serta Maryam adalah sedikit contoh yang bisa kita angkat. Keberadaan mereka betul-betul berarti bagi kelangsungan hidup dan keberadaan para Nabi yang telah mengalami proses penggemblengan luar biasa sejak bayi.
Melahirkan Kehidupan Baru
Ibu adalah seseorang yang melahirkan kehidupan. Bagaimana mungkin kita tidak bisa berlaku demikian? Berbagi kesempatan dan menghadiahkan kebahagiaan kepada orang lain adalah contoh kecil dari perilaku seorang ibu. Hal tersebut akan sulit dilakukan oleh orang-orang yang dengan mudahnya merampas kesejahteraan orang lain bahkan lebih memilih untuk mensejahterakan dirinya sendiri beserta keluarganya.
Mendidik generasi, bukan hanya tugas perempuan melainkan juga laki-laki. Suatu kewajiban harus kita sandarkan kepada semua jenis kelamin tanpa membedakan apapun sesuai dengan kapasitas yang kita miliki. Kepedulian terhadap tumbuh kembang dan keberhasilan suatu generasi menjadi tanggung jawab perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu, penting bagi setiap manusia menghadirkan nilai-nilai keibuan dalam diri.
Itulah sedikit kedangkalan saya dalam memaknai kata dan cinta ibu. Teruslah gali lebih dalam diri kamu dan temukan sifat keibuan dalam lahir maupun batinmu. Berlaku adilah dalam memberikan kasih sayang. Tuluslah dalam membantu orang lain. Tidak peduli apa ras, agama, dan jenis kelaminmu, jika kamu memiliki sifat-sifat keibuan maka predikat ibu pantas melekat dalam dirimu.[]