• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Memperebutkan Makna Gus Dur

Ketika pikiran-pikiran Gus Dur ditulis sebagai babad, sejarah hidupnya didongengkan kepada anak-anak, dan pesan-pesannya dipahat di mana-mana, serta ketika puisi-puisinya disenandungkan di surau-surau, ia sangat mungkin menjadi Sang Legenda.

KH. Husein Muhammad KH. Husein Muhammad
10/12/2022
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Gus Dur
371
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Gus Dur, nama yang akan dikenang rakyat Indonesia berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, dan untuk rentang waktu yang panjang.

Boleh jadi, Gus Dur akan menjadi legenda dalam sejarah bangsa Indonesia, bangsa Muslim terbesar di dunia.

Beberapa orang meramalkan Gus Dur untuk satu atau dua abad kemudian akan berubah menjadi pribadi yang dimitoskan. Kuburannya akan dikunjungi banyak orang setiap hari, seperti para Wali Sanga.

Mungkin, hal itu oleh sebagian orang yang kami anggap sebagai pandangan yang berlebihan bagi manusia yang hidup hari ini.

Tetapi, masa depan yang panjang adalah kemungkinan-kemungkinan yang tak terpikirkan. Manusia tak pernah tahu hari esok. Hanya Tuhan yang mengetahuinya.

Baca Juga:

Makna Wuquf di Arafah

Membaca Ulang Makna Aurat dalam Al-Qur’an

Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

Ketika pikiran-pikiran Gus Dur aku tulis sebagai babad, sejarah hidupnya aku dongengkan kepada anak-anak, dan pesan-pesannya terpahat di mana-mana, serta ketika puisi-puisinya bersenandung di surau-surau, ia sangat mungkin menjadi Sang Legenda.

Ramalan itu bukan tanpa alasan. Tanda-tandanya telah tampak di mana-mana. Lihatlah hari ketika Gus Dur wafat.

Puji-pujian dan kekaguman-kekaguman kepadanya mengalir begitu deras dari berbagai sudut, pojok, pusat lingkaran dan pinggir sosial yang tak terjamah oleh tangan kekuasaan.

Mereka yang di pasar-pasar, di sawah-sawah, dan di kebun-kebun membicarakannya, dan merasa ada hilang dari Gus Dur, meski tak mengenalnya dari dekat.

Bunga warna-warni yang wangi dan tertata rapi menyebar dan berhamburan ke dan di setiap jalan yang ia lalui, menumpuk bagai di taman bunga, lalu sebagian dari padanya menebar di atas tanah, pusara, tempat istirahatnya yang terakhir dan abadi.

Sangatlah terasa dan terlihat dengan kasat mata, betapa besar pujian dan kekaguman yang orang-orang sampaikan ketika Gus Dur berpulang, tak terbayangkan dan melampaui kematian orang besar siapa pun di negeri ini.

Kepergiaan Gus Dur

Ribuan orang di berbagai kota dan desa menangis tersedu-sedu pada hari saat Gus Dur meninggalkannya dan hari-hari sesudahnya.

Mereka berduka sambil komat-kamit memanjatkan doa ampunan dan rahmat baginya.

Lihatlah, ribuan para peziarah, perempuan dan laki-laki, tua, muda dan anak-anak, dari berbagai desa dan kota, datang ke tempat peristirahatan terakhirnya di Tebuireng.

Latar pesantren dan masjid di sana tak lagi menampungnya. Sekitar 40.000 orang hadir di sana.

Masjid-masjid di seluruh pelosok negeri segera menyelenggarakan shalat ghaib, membaca ayat-ayat suci al-Qur’an, QS. Yaasiin, dan tahlil.

Mereka berdoa agar Tuhan memaafkan kesalahan dan dosa Gus Dur, serta memohon agar ia mendapatkan tempat di pangkuan-Nya dalam dekapan kasih yang menghangatkan dan mengalirkan kedamaian.

Pahala bacaan-bacaan suci itu kami hadiahkan atau mohonkan kepada Tuhan untuknya. Tuhan Maha Mendengar, Maha Kasih, dan Maha Mengabulkan permohonan hamba-hamba-Nya.

Doa Keberagaman

Gereja-gereja mendentangkan loncengnya untuk menyelenggarakan ritual dan doa khusus bagi Gus Dur. Boleh jadi, mereka juga membaca Kitab Suci Injil (Bible).

Lalu kuil-kuil, sinagog-sinagog, vihara-vihara, pure-pure, klenteng-klenteng, dan tempat-tempat penyembahan kepada Tuhan yang lain, apa pun namanya, juga menyelenggarakan ritual, mantra, dan doa untuknya. Kata mereka, Gus Dur adalah orang suci, Sang Santo.

Ketika kaum Kristiani, umat Budha, umat Hindu, jamaah Ahmadiyah, atau berbagai aliran kepercayaan lainnya mengenal tentang Gus Dur, mereka mungkin akan mengatakan,

“Apa yang Gus Dur katakan dan jalani, itulah yang Yesus firmankan, Moses ajarkan. Lalu Sang Budha tuturkan, Baghawad Gita sabdakan, tertulis dalam Tripitaka, dan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad ceramahkan.”

“Melalui Gus Dur, kata-kata Yesus, Moses, Budha Gautama, Gita, dan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad hidup kembali.” []

Tags: gus durKepergianmaknaMemperebutkan
KH. Husein Muhammad

KH. Husein Muhammad

KH Husein Muhammad adalah kyai yang aktif memperjuangkan keadilan gender dalam perspektif Islam dan salah satu pengasuh PP Dar al Tauhid Arjawinangun Cirebon.

Terkait Posts

Kursi Lipat

Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas

8 Juni 2025
Anda Korban KDRT

7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT

7 Juni 2025
KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Kritik Asma Barlas

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jam Masuk Sekolah

    Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Siti Hajar dan Kritik atas Sejarah yang Meminggirkan Perempuan
  • Kursi Lipat dan Martabat Disabilitas
  • Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah
  • 7 Langkah yang Dapat Dilakukan Ketika Anda Menjadi Korban KDRT
  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID