• Login
  • Register
Minggu, 1 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Menilik Perjuangan Ulama Perempuan di Komunitas

Melihat lebih dekat perjuangan ulama perempuan di komunitas seperti Ibu Nyai Rahmi Kusbandiyah, kami mendapatkan banyak cerita dan insipirasi

Zahra Amin Zahra Amin
16/11/2023
in Pernak-pernik
0
Perjuangan Ulama Perempuan

Perjuangan Ulama Perempuan

925
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Ahlan wa sahlan binnabi, ahlan wa sahlan binnabi..” lantunan selawat menyambut saya dan teman-teman redaksi Mubadalah.id di latar Pondok Pesantren Naga Darul Hikmah Narmada Lombok Barat Nusa Tenggara Barat pada Selasa, 14 November 2023. Dalam kunjungan ini, kami melihat secara langsung perjuangan ulama perempuan di komunitas.

Sebelumnya kami memang sudah berkomunikasi dengan Ibu Nyai Rahmi Kusbandiyah, salah satu jaringan ulama perempuan di Lombok melalui pesan singkat. “Mbak nanti malam sehabis Isya nanti kami jemput ya.” Begitu yang beliau sampaikan ketika kami sedang berkegiatan Mubadalah Goes To Community di UIN Mataram.

Ibu Nyai Rahmi menunggu kami di samping masjid, satu persatu kami keluar dari mobil, dan bersalaman dengan beliau. Ketika sudah berada di depan masjid itu, saya merasa terkejut, lantunan selawat oleh tim hadrah pesantren sengaja beliau hadirkan untuk menyambut kedatangan kami. Serasa terharu, begitu rupa anak-anak santri menerima kehadiran kami.

Santri Jangan takut Bermimpi

Hujan tipis mengiringi kedatangan kami saat Ibu Nyai Rahmi mengajak saya dan teman-teman menemui para santri di dalam masjid. Di sana sudah duduk ratusan santri putra dan putri yang terbagi menjadi dua kelompok. Sementara penabuh hadrah dan pelantun selawat duduk di sisi depan sebelah kiri. Ibu Nyai langsung mempersilahkan kami untuk duduk di depan.

Mulanya saya dan teman-teman bingung apa yang mau disampaikan pada anak-anak santri yang masih belia ini? Dalam sambutannya Ibu Nyai Rahmi bercerita tentang pesantren Naga Darul Hikmah Narmada Lombok ini, di mana para santri yang mukim mayoritas usia SMP dan SMA. Ibu Nyai juga memperkenalkan kami sebagai bagian dari jaringan Kongres Ulama Perempuan Indonesia.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Selanjutnya ketika saya diberi kesempatan untuk bicara menambahkan tentang Media Mubadalah.id dan apa saja yang kami lakukan selama ini. Saya mengajak anak-anak  santri untuk bersemangat belajar dan mengaji, serta meminta mereka agar jangan takut bermimpi.

Usai ramah tamah dengan para santri, karena waktu semakin beranjak malam, Ibu Nyai mempersilahkan mereka untuk beristirahat. Kami agak terkejut ketika anak-anak santri bersalaman dengan membolak-balikkan tangan kami, sambil mengecup dan mengangkat tangan kami ke atas kepala mereka.

Mendirikan Pesantren Sebagai Upaya untuk Cegah Kawin Anak

Melihat lebih dekat perjuangan ulama perempuan di komunitas seperti Ibu Nyai Rahmi Kusbandiyah, kami mendapatkan banyak cerita dan insipirasi. Terutama terkait latar belakang pendirian pondok pesantren yang ternyata awal mulanya karena keinginan untuk mencegah perkawinan anak di desanya.

Obrolan hangat kami bersama Ibu Nyai Rahmi berlangsung setelah memastikan anak-anak santri kembali ke kamar. Saya sendiri mendengarkan dengan rasa pilu yang tak mampu terbahasakan, ketika Ibu Nyai bercerita tentang banyaknya kasuk kawin anak yang ia dan suaminya temui. Karena kebetulan beliau dan suaminya sama-sama bekerja di KUA setempat.

Tingginya angka perkawinan anak menjadi perhatian tersendiri bagi Bu Nyai Rahmi dan suami sekitar 2017 silam. Ia merasa harus bergerak untuk menyelamatkan masa depan anak-anak ini, sehingga ketika ia menemui satu kasus seorang anak perempuan yang diantarkan pacarnya untuk memeriksakan diri ke Puskesmas Pembantu, tidak menyadari jika anak perempuan tersebut tengah hamil hingga melahirkan di tempat. Akibat peristiwa itu, sepasang anak muda yang usianya masih belasan tahun akhirnya dinikahkan.

Atas dukungan suami, dan keluarganya ia memberanikan diri untuk membebaskan sepetak tanah untuk dibangun pondok pesantren sederhana. Ibu Nyai Rahmi mengajak anak-anak perempuan di sekitar rumahnya untuk belajar mengaji dan mondok. Ia tawarkan tanpa dipungut biaya besar. Lalu perlahan banyak anak-anak laki-laki maupun perempuan menjadi santri.

Kiprah dan Karya Ulama Perempuan

Tanpa tersadari, kata Ibu Nyai Rahmi anak-anak yang telah mondok sejak generasi awal pesantren berdiri itu, kini telah menjadi sarjana. Artinya ia telah berhasil mencegah perkawinan anak, terutama bagi anak-anak perempuan di sekitarnya. Meski pernah suatu kali ia merasa putus asa, karena telah banyak cara ia lakukan namun seakan tak ada perubahan.

“Saya merasa senang dengan adanya KUPI, dan berbagai produk musyawarah keagaman yang telah KUPI hasilkan. Saya merasa mendapatkan kekuatan kembali.” Tuturnya pada saya, teman-teman redaksi Mubadalah.id dan Suci Wulandari, alumni Akademi Mubadalah Muda 2023 yang berkenan menemani kami bersilaturahmi ke kediaman beliau.

Bersamaan dengan kedatangan kami ke kediaman beliau itu, secara kebetulan Ibu Nyai Rahmi juga sedang bertugas menjadi juri MTQ Kota Mataram. Tetapi beliau menyempatkan diri untuk mempertemukan kami dengan anak-anak santri di pesantren. Yang membuat kami semakin terharu ketika menyerahkan buku kompilasi artikel Mubadalah.id, para santri putri berebut mengambil untuk membacanya.

Tentu perjuangan ulama perempuan di komunitas tidak pernah mudah. Karena ia langsung berhadapan dengan realitas masyarakat, tradisi, budaya dan tafsir agama yang kerap membelenggu perempuan. Ada banyak otoritas adat, dan agama yang harus ia jawab, ditambah dengan kebijakan daerah yang belum berpihak. Teruslah berjuang ulama perempuan di komunitas. Kami akan terus mencatat kiprah dan karyamu, kemarin, hari ini, esok atau lusa nanti. []

 

 

 

 

 

 

Tags: Cegah Kawin AnakKomunitasperkawinan anakPondok Pesantrenulama perempuan
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Hijab

Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

1 Juni 2025
Jilbab

Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

1 Juni 2025
Sukainah

Tren Mode Rambut Sukainah

31 Mei 2025
IUD

Bagaimana Hukum Dokter Laki-laki Memasangkan Kontrasepsi IUD?

31 Mei 2025
Kodrati

Mengenal Perbedaan Laki-laki dan Perempuan secara Kodrati

31 Mei 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

30 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Jilbab

    Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kreativitas tanpa Batas: Disabilitas dan Seni

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an
  • Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan
  • Ketuhanan yang Membebaskan: Membangun Perdamaian dengan Dasar Pancasila
  • Luka Ibu Sebelum Suapan Terakhir (Bagian 1)
  • Tren Mode Rambut Sukainah

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID