Mubadalah.id – Perempuan berkualitas tidak terlihat dari pakaian yang melekat di badannya. Kendaraan yang mengantarkannya. Perhiasan yang menempel di tubuhnya. Tas yang terjinjing di tangannya, dan merek apa saja yang membandroli gaya hidupnya.
Apa itu Perempuan berkualitas?
Belum lama ini, saya diminta untuk menjadi partner diskusi dalam suatu momen podcast komunitas anak muda. Temanya seputar kiat-kiat menjadi perempuan berkualitas. Kita sepakat bahwa ini ikhtiar bersama untuk menjadi perempuan yang berkualitas. Bukan saling menggurui namun saling berbagi.
Ada yang menarik saat itu, pemilihan tema tersebut sebagai wujud responsifitas anak muda khususnya perempuan terhadap tantangan modernitas. Flexing, perilaku menunjukkan prestasi, kebahagiaan, dan gaya hidup mewah secara berlebihan. Akibatnya muncul istilah crazy rich, yaitu orang yang super kaya dan dipuja. Lagi-lagi unsur materil yang menjadi nilai dari seseorang.
Tidak sedikit perempuan yang merasa haus identitas. Bak mencari minum di gurun pasir yang sangat gersang. Sulit sekali mencari figur atau teladan bagi perempuan di zaman modern ini. Oleh karenanya, tokoh-tokoh inspiratif pada masa permulaan Islam harus selalu menjadi acuan. Banyak, seperti Sayyidah Khadijah, Sayyidah Maryam, Sayyidah Asiyah, Sayyidah Fathimah, Sayyidah Aisyah, dan masih banyak lagi.
Berangkat dari keresahan tersebut, perempuan berkualitas menjadi tema yang sangat relevan untuk terus disuarakan. Mengapa? Karena kualitas perempuan tidak bersifat parsial, hanya dilihat dari satu sisi saja yaitu fisik.
Sekali lagi, perempuan berkualitas bukan hanya sebatas unsur materil. Lebih dari itu. Perempuan berkualitas adalah Perempuan yang memiliki value atas konsep diri yang positif. Meminjam kata-kata Ning Widad Bariroh salah satu perempuan inspiratif dari PP Bayt Al Hikam Pasuruan, Jawa Timur.
“Ajari dunia bahwa Perempuan bukan hanya tentang wajah dan badan saja. Kita adalah kesatuan dari cerdasnya akal, lembutnya hati, kuatnya iman, ikhlasnya laku, dan mustajabnya doa. Jangan rendahkan diri kita dengan mengamini hanya memperindah wajah dan badan saja. Kita juga penuh hikmah, bukan sumber fitnah”.
Perempuan berkualitas dalam pandangan Islam
Sesungguhnya, Allah menyeru kepada hamba-Nya untuk menjadi manusia yang berkulitas. Baik itu laki-laki maupun perempuan. Manusia yang berkualitas adalah ia yang beriman kepada Allah. Hanya kepada Allah ia bermunajah serta berbagi manfaat untuk sesama. Lebih spesifik lagi, manusia yang berkualitas adalah manusia yang beriman dan bertakwa.
Artinya, tawakkal, pemaaf, sabar, muhsin, mau bersyukur, berusaha meningkatan kualitas amalnya dan mengajak manusia lain untuk beramal. Untuk itu, keutamaan manusia berpangkal pada adanya iman kepada Allah dan keimanannya diwujudkan dalam perilaku yang memberi manfaat bagi masyarakat, berilmu pengetahuan, dan beramal saleh.
Salah satu firman-Nya yaitu QS Al-Maidah ayat 35.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْٓا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk mendekatkan diri) kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung.
Kiat menjadi Perempuan berkualitas
Banyak tokoh psikolog yang mengemukakan tentang konsep manusia berkualitas seperti Karen Horney (1942), Gordon Allport (1964), Jourard (1980), dan T homas J. Peters dan Robert H. Waterman. Semua pendapat tokoh tersebut bermuara pada satu konsep. Bahwa manusia yang berkualitas adalah manusia yang memiliki kepribadian utuh, sehat, normal, dan produktif.
Selaras dengan Islam, kepribadian utuh adalah kesatuan iman, Islam, dan ihsan. Sehat secara lahiriah maupun batiniah. Normal artinya tidak menyalahi aturan syariat. Produktif maknanya beramal saleh sebagai wujud Syukur atas segala kenikmatan lahir batin yang telah Allah berikan kepada hamba-Nya.
Kiat menjadi Perempuan berkualitas yaitu dengan mencintai ilmu, terus mengembangkan diri, memiliki tekad yang utuh, tidak mudah terpengaruh, dan tidak bergantung secara berlebihan terhadap makhluk. Jadilah mulia dan muliakanlah orang lain. Salah satu sikap memuliakan diri adalah menjauhi mereka-mereka yang tidak mampu menghargai keberadaan kita. Karena setiap dari kita adalah berharga. Wallahu’alam bishawwab. []