Mubadalah.id – Bangsa Indonesia menyambut datangnya Bulan Oktober dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang jatuh setiap 1 Oktober. Peringatan tersebut tak terlepas dengan peristiwa hari sebelumnya yakni pemberontakan G30S/PKI pada 30 September. Hari kesaktian pancasila kita peringati untuk mengenang jasa 7 pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI tersebut.
Selain itu, peringatan ini juga menjadi pengingat bahwa ideologi pancasila tak bisa tergantikan oleh ideologi apapun. Termasuk pada saat itu yang begitu ingin digantikan oleh ideologi komunis oleh orang-orang PKI (Partai Komunis Indonesia). Pancasila dipertahankan oleh pendahulu kita dengan nyawa, lalu saat ini sebagai warga negara sudahkah kita semua benar-benar mengamalkan nilai-nilai ideologi pancasila dalam kehidupan sehari-hari?
Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari kerap pula kita sebut dengan implementasi sila pancasila. Istilah tersebut tentu tidak asing untuk sebagian besar Bangsa Indonesia khususnya pelajar-pelajar Sekolah Dasar (SD). Pelajaran tentang implementasi sila pancasila memang sudah kita dapatkan sejak SD. Namun tak sedikit yang hanya menghafal pada saat itu dan lupa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Terutama di kehidupan dewasa kini.
Pandangan Hidup Berbangsa
Pancasila adalah sebuah konsep ideologi, landasan kebangsaan, dan pandangan hidup bangsa untuk menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara guna mewujudkan cita-cita negara. Pancasila sebagai dasar negara tentunya sudah terpikirkan dengan sangat hati-hati oleh para pendiri bangsa. Sehingga harapannya dapat seluruh warga negara amalkan demi terwujudnya kehidupan yang sejahtera dari segi apapun. Termasuk di antaranya sejahtera hidup berdampingan dengan alam dan lingkungan.
Isu lingkungan dengan berbagai masalah yang ada semakin hari seolah semakin menjadi-jadi. Mulai dari permasalahan sampah yang kian menumpuk, pencemaran udara, krisis air bersih belakangan ini, maupun masalah-masalah lain yang belum berhasil teratasi.
Barangkali banyak dari Bangsa Indonesia yang lupa bahwa menjaga alam dan lingkungan adalah wujud implementasi sila kedua pancasila. Yakni “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Sila kedua ini menekankan tentang “manusia yang beradab dan adil”.
Manusia yang beradab tentunya tidak akan membuang sampah sembarangan. Tidak akan melakukan eksploitasi alam berlebihan, maupun perbuatan-perbuatan merusak lainnya. Karena ia menyadari bahwa dampak dari perusakan lingkungan akan merugikan banyak orang. Demikian pula ketika menjadi manusia yang adil, maka tidak akan serakah melakukan eksploitasi sumber daya alam (SDA) secara ilegal.
Sumber Daya Alam Melimpah
Seperti yang kita tahu bahwa negara kita dikaruniai SDA melimpah yang dengannya kita harapkan dapat termanfaatkan untuk kepentingan semua rakyat. Kebakaran hutan di Kalimantan misalnya, adalah salah satu bukti keserakahan sebagian warga negara yang menimbulkan kerugian untuk saudara se-bangsa yang hidup di sekitarnya.
Sebagai umat beragama, pada hakikatnya merawat alam dan lingkungan bukan hanya semata-mata implementasi sila ke-dua pancasila. Namun juga ada hubungannya dengan implementasi sila pertama pancasila yakni “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Semua agama tentunya melarang umatnya berbuat kerusakan di muka bumi karena alam semesta ini merupakan ciptaan Sang Pencipta yang wajib kita jaga. Menjaga kelestarian alam merupakan wujud patuh terhadap perintah Tuhan. Sedangkan merusak alam bisa jadi wujud ingkar terhadap perintahNya.
Sebagai umat Islam khususnya, perintah menjaga kelestarian alam ini beberapa kali Allah tegaskan dalam Al-Quran, di antaranya dalam QS Al-A’raf ayat 85, yang artinya:
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman”. Juga dalam QS. Al-Baqarah ayat 205, yang artinya: “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukaikebinasaan.”
Momentum Hari Kesaktian Pancasila
Barangkali berbagai masalah yang bangsa ini hadapi berakar dari terlupakannya dasar negara ini. Banyak warga negara yang mengabaikan pancasila sebagai sesuatu yang konkrit, tidak menjadikan pancasila sebagai sesuatu yang penting, dan melepaskan pancasila dari kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, momentum hari kesaktian pancasila ini bisa menjadi pengingat untuk kembali merefleksi diri sendiri apakah sudah menjadi warga negara yang ber-pancasila secara seutuhnya atau masih sekadar cuma-cuma.
Semoga kita semua mampu memperbaiki diri sembari mengkonkritkan nilai pancasila dalam segala aspek kehidupan sehari-hari, terutama di bidang pelestarian alam. Kontribusi kita tak harus dimulai dari hal-hal besar, melainkan bisa mulai dari hal-hal sederhana. Se-sederhana membuang sampah pada tempatnya. Jika belum bisa turut memperbaiki, maka tidak turut merusak juga merupakan wujud kontribusi. []