Mubadalah.id – Ketua Majelis Musyawarah Keagamaan (MM) Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI), Nyai Hj. Badriyah Fayumi, menegaskan bahwa perempuan memiliki peran besar dalam periwayat hadis sejak masa Rasulullah.
Dalam ceramahnya di Masjid Istiqlal pada 22 Maret 2025, ia mengungkapkan bahwa para sahabiat (sahabat perempuan) tidak hanya meriwayatkan hadis, tetapi juga menjadi penyampai yang andal dan guru bagi banyak ulama besar.
“Kita telah mendapatkan contoh luar biasa dari para sahabat perempuan (sahabiat) dalam proses periwayat hadis,” ujar Nyai Badriyah.
Salah satu contohnya adalah Ummul Mukminin Aisyah Ra, yang termasuk dalam tujuh sahabat dengan jumlah periwayatan hadis terbanyak. Ia meriwayatkan lebih dari 2.200 hadis, sejajar dengan para perawi besar seperti Abu Hurairah, Ibnu Umar, dan Ibnu Abbas.
Menurut Nyai Badriyah, banyak ulama laki-laki yang berguru kepada perempuan alim tanpa rasa malu atau gengsi.
“Imam Syafi’i memiliki guru perempuan bernama Sayyidah Nafisah, cicit Rasulullah dari jalur Hasan bin Ali. Imam Malik berguru kepada Aisyah binti Sa’id, sedangkan Imam Ahmad bin Hanbal belajar dari ibunya sendiri, Shafiyah binti Maimunah,” jelasnya.
Hal ini, lanjutnya, menunjukkan bahwa dalam tradisi keilmuan Islam, pengajaran dan pembelajaran tidak dibatasi oleh jenis kelamin. “Perempuan mengajar laki-laki, laki-laki mengajar perempuan. Yang menjadi ukuran adalah keilmuan, bukan gender,” tegasnya.
8.000 Perawi Hadis Perempuan
Nyai Badriyah juga mengutip penelitian Muhammad Akram Nadwi dalam kitab Al-Muhaddithat: The Women Scholars in Islam, yang mencatat bahwa terdapat sekitar 8.000 perawi hadis perempuan lintas generasi yang berjasa dalam periwayatan hadis.
Lebih lanjut, ia menyoroti pandangan Imam Adz-Dzahabi, seorang ahli dan kritikus hadis pada abad ke-7 hingga ke-8 Hijriah. Dalam kitab kritik hadisnya, Imam Adz-Dzahabi mencatat para perawi yang hadisnya dinilai lemah atau bahkan tertuduh berdusta. “Namun, yang menarik, tidak ada satu pun perempuan perawi hadis yang masuk dalam daftar tersebut,” ujar Nyai Badriyah.
Ia menegaskan bahwa hal ini menjadi bukti kuat bahwa perempuan tidak hanya berperan sebagai perawi dan guru dalam periwayatan hadis, tetapi juga memiliki kredibilitas tinggi dalam menjaga keabsahan hadis. “Para perempuan perawi hadis ini adalah sosok-sosok yang layak kita jadikan inspirasi,” pungkasnya. []