Mubadalah.id – Lembaga pendidikan pondok pesantren dapat kita kategorikan sebagai sebuah lembaga pendidikan yang unik yang mempunyai ciri khas tersendiri jika kita lihat dari berbagai sudut pandang. Baik dari segi metode pembelajaran, pergaulan, pendidikan, dan relasi yang terjalin antara santri dan kiai membuat pesantren menjadi salah satu lembaga pendidikan yang masih masyarakat Indonesia minati sampai hari ini.
Sebagai sebuah institusi pendidikan yang mempunyai sistem asrama, pada dasarnya pesantren mempunyai nilai-nilai dan tatanan sosial yang harmonis yang terlihat dalam kehidupan sehari-hari baik antar sesama santri ataupun santri dan kiai.
Hal ini terjadi karena pondok pesantren tumbuh dan berkembang dari sebuah keragaman dan tradisi lokal. Keragaman tersebut terlihat dari para santri yang mempunyai background berbeda. Dari tradisi lokal terlihat pada pengajaran yang masih menggunakan kitab kuning dengan metode pembelajaran bandongan dan sorogan.
Dalam kehidupan di pesantren semua santri berangkat dari latar belakang yang berbeda-beda. Baik terlihat dari konteks finansial, suku, dan lingkungan. Walaupun begitu semua santri dikumpulkan dan belajar berbagai nilai-nilai kehidupan yang sederhana, setara dan tentunya meningkatkan kesadaran solidaritas yang tinggi dalam bergaul sesama santri. Selain ajaran islam, nilai-nilai kehidupan itulah yang nantinya akan santri praktikkan ketika telah lulus dan telah menjadi alumni.
Nilai-nilai Multikultural
Niswatin Fauziah dalam artikelnya mengatakan yang dimaksud dengan multikulturalisme sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pluralisme. Yaitu sistem nilai atau kebijakan yang menghargai keragaman, menerima serta menghormati perbedaan di dalam masyarakat.
Tak jauh berbeda dengan pesantren, di sini pesantren sangat menjunjung tingga rasa hormat tanpa melihat suku dan ras. Baik itu pesantren modern ataupun tradisional. Semuanya menanamkan nilai-nilai kebangsaan dalam pembelajarannya yang identik dengan budaya lokal, kitab kuning misalnya. Oleh sebab itu terdapat beberapa nilai-nilai multikulutral dalam pesantren yang telah para santri praktikkan.
Pertama, Kebersamaan. Para santri yang berangkat dari latar belakang yang berbeda, hidup bersama dalam satu lingkungan asrama sehingga menimbulkan kedekatan sosial di antara mereka. Keakraban yang terjalin ini dapat terlihat dari bagaimana cara mereka makan dalam satu piring atau satu nampan secara bersama-sama.
Ragam tradisi yang mereka bawa secara individu tidak menjadi penghalang dalam membentuk sebuah keakbaran. Justru karena keragaman tersebut mereka dituntut untuk saling menghargai dan menerima perbedaan.
Kedua, Kesetaraan. Jika kita lihat dalam konteks pendidikan pondok pesantren sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kesetaraan. Bagaimana tidak, dalam pesantren tidak ada perbedaan dalam menuntut ilmu, semuanya mendapatkan hak dan kewajiban yang sama tanpa membedakan ras, kulit, etnis, kaya ataupun miskin. Seluruh santri mendapatkan perlakuan yang sama sehingga tidak ada yang mendapatkan privilage bagi orang tertentu.
Ketiga, Gotong royong. Rasa persaudaraan yang telah terbentuk di antara para santri juga turut membentuk pola saling membantu satu sama lain. Dalam tradisi pesantren terdapat sebuah tradisi “roan” yaitu kerja bakti yang biasanya dilakukan satu minggu sekali, setiap hari Jumat atau hari Minggu. Dalam kegiatan ini para santri di tuntut untuk melakukan kerja sama dan gotong royong dengan bersih-bersih di sekitar area pondok pesantren.
Miniatur NKRI
Tiga hal di atas merupakan nilai-nilai multikulutral yang ada di dalam pesantren. Melalui tiga hal tersebut, para santri belajar untuk selalu menjaga persaudaraan meskipun mereka berangkat dari latar belakang yang berbeda-beda. Dari tiga hal itulah secara tidak sadar mereka telah mempraktikkan nilai-nilai toleransi.
Rasanya tidak berlebihan jika penulis mengatakan kalau pesantren adalah miniatur NKRI. Karena kehidupan di pesantren tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Sebagaimana yang kita ketahui kalau Indonesia identik dengan keberagaman.
Sama halnya dengan pesantren, rakyat yang ada di pesantren (baca : santri) juga beragam. Bermacam-macam suku, warna kulit, tradisi dan budaya berkumpul dalam sebuah instansi yang menyatukan mereka semua. Di sisi lain nilai-nilai yang pesantren ajarkan sangat identik dengan pancasila.
Pada sila pertama, pesantren mengajarkan ilmu-ilmu ketauhidan pada santrinya. Sila kedua, para santri diajarkan untuk bersikap menghormati sesama makhluk ciptaan Tuhan. Lebih tepatnya bagaimana berlaku adil dengan landasan hukum-hukum keislaman.
Penerapan Nilai-nilai Pancasila
Lalu pada sila ketiga, para santri diajarkan untuk bersatu dalam berbagai hal. Dengan latar belakang santri yang berbeda-beda tidak menutup kemungkinan terjadinya konflik antara mereka. Oleh sebab itu pesantren mengajarkan sikap saling menghormati, menghargai, dan saling membantu. Hal ini bertujuan untuk membentuk kebersamaan di antara mereka.
Pada sila keempat, dalam memutuskan berbagai hal para santri diajarkan untuk tidak mengambil keputusan sepihak. Maka dari itu pesantren mengajarkan pentingnya mengambil sikap musyawarah dalam memutuskan sebuah keputusan.
Sila kelima, para santri mendapatkan hak yang setara, baik dari segi pendidikan, maknanan dan fasilitas pesantren. Walaupun begitu penerapan nilai-nilai pancasila yang ada di pesantren tentu saja berlandaskan al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.
Adanya nilai multikultural dan pancasila yang ada di pesantren menunjukkan bahwa pesantren merupakan miniatur NKRI. Oleh sebab itu sebagai miniatur maka melihat kehidupan di pesantren sama dengan melihat Indonesia dengan ruang lingkup yang lebih besar. Wallahua’lam. []