• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Sulitnya Regenerasi Para Petani Muda di Desa Pasawahan  

Sebetulnya yang para petani muda butuhkan adalah dorongan, dan dukungan. Serta penyediaan sarana prasana pertanian yang mengikuti perkembangan zaman

Muhammad Farid Najah Muhammad Farid Najah
31/07/2023
in Publik
0
di Desa Pasawahan

di Desa Pasawahan

887
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada tanggal 04 hingga 10 Juli 2023, saya bersama teman-teman Mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan (SUPI) ISIF Cirebon akhirnya diberi kesempatan untuk bisa belajar bersama masyarakat di Desa Pasawahan, Kabupaten Kuningan.

Selama satu minggu di Desa Pasawahan, saya melakukan mini riset. Di mulai dengan transek, lalu melakukan pemetaan di Desa Pasawahan.

Saat melakukan pemetaan di sana, saya akhirnya bisa mengetahui bahwa di Desa Pasawahan, sebagian besar profesi para warga di sini adalah seorang petani.

Namun sayangya, dari sekian banyak petani yang saya jumpai di Desa Pasawahan, saya sama sekali tidak menemukan para anak muda yang ikut bertani ke sawah bersama ayah dan ibu.

Menurut data dari desa, jumlah petani di Desa Pasawah ada sekitar 1700 orang, dan itu kebanyakan para orang tua.

Baca Juga:

Sebutir Nasi sebagai Simbol Keadilan

Regenerasi Kepemimpinan Perempuan untuk Penyelamatan Lingkungan Hidup

Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

Revolusi Hijau : Seni Bertani sambil Merusak Lingkungan

Jika merujuk data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa jumlah petani Indonesia pada tahun 2019 tercatat ada sebanyak 33,4 juta orang. Dari jumlah itu, sekitar 91 persen atau 30,4 juta petani, telah berusia di atas 40 tahun dan mayoritas ada di kisaran 50-60 tahun.

Sementara jumlah petani muda yang berusia di kisaran 20-39 tahun hanya delapan persen, atau sekitar 2,7 juta orang. Dan jumlah ini setiap tahunnya terus mengalami penurunan. Sehingga hal inilah yang menjadi sulitnya untuk regenerasi para petani muda.

Menemui Anak Muda

Saat saya menemui anak muda di Desa Pasawahan, dan menanyakan terkait alasan mereka tidak mau menjadi petani. Sebagian dari mereka menyebutkan bahwa bekerja menjadi seorang petani gajinya kecil, tidak keren. Bahkan tidak bisa menjamin kehidupannya di masa depan.

Selain itu, para pemuda juga beranggapan bahwa menjadi petani itu membutuhkan skill, pengetahuan dan modal yang cukup besar. Sedangkan untuk hasilnya masih belum tentu. Karena bisa saja mengalami gagal panen dan sebagainya.

Bahkan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Pasawahan mengakui bahwa para pemuda di desa ini sangat menurun untuk melanjutkan pekerjaan ayah dan ibunya menjadi seorang petani.

Menurut laporan tahunan 2023 Fakultas Pertanian Universitas Muhamadiyah Sumatera Utara (UMSU) menyebutkan beberapa dampak akibat dari penurunan jumlah petani.

Pertama, penurunan produktivitas. Karena semakin sedikit petani muda yang berpengalaman, semakin rendah produktivitas pertaniannya.

Kedua, inovasi terbatas, yang membuat petani muda lebih terbuka terhadap inovasi teknologi karena memiliki pengetahuan yang lebih baik daripada petani yang lebih tua.

Ketiga, menimbulkan pengangguran. Krisis petani muda telah menyebabkan pengangguran, terutama di daerah pedesaan. Hal ini dikarenakan para pemuda tidak berminat untuk menjadi petani, dan lebih memilih bekerja di bidang lain atau non-pertanian.

Petani Milenial

Oleh sebab itu, dalam upaya untuk meningkat semangat para pemuda untuk tertarik dalam dunia pertanian adalah dengan meniru dari salah satu program petani milenial yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Melalui program ini, Ridwal Kamil berharap generasi muda Jawa Barat terdorong untuk ikut berkontribusi dalam kegiatan ekonomi pada sektor pertanian.

Dalam programnya, para petani milenial akan mendapatkan beberapa fasilitas pembiayaan dan perizinan, penyediaan sarana dan prasarana pertanian. Serta peningkatan kapasitas dan pendampingan.

Oleh karena itu, sebetulnya yang para petani muda butuhkan adalah dorongan, dan dukungan. Serta penyediaan sarana prasana pertanian yang mengikuti perkembangan zaman atau yang milenial. Dengan konsep pertanian yang mengikuti perkembangan zaman akan memudahkan para anak muda untuk mau terjun menjadi seorang petani.

Maka, dengan begitu, konsep petani milenial itu saya kira, dapat menembus ke seluruh desa-desa di Indonesia. Tentunya, agar para pemuda dan pemudi di seluruh desa, terutama Desa Pasawahan memiliki kesadaran bahwa menjadi petani itu keren, dan menjadi peluang besar untuk di masa depan. []

Tags: Desa PasawahanmudapetaniRegenerasiSulit
Muhammad Farid Najah

Muhammad Farid Najah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon

Terkait Posts

Pacaran

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

30 Juni 2025
Pisangan Ciputat

Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

30 Juni 2025
Kesetaraan Disabilitas

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

30 Juni 2025
Feminisme di Indonesia

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

28 Juni 2025
Wahabi Lingkungan

Wahabi Lingkungan, Kontroversi yang Mengubah Wajah Perlindungan Alam di Indonesia?

28 Juni 2025
Patung Molly Malone

Ketika Patung Molly Malone Pun Jadi Korban Pelecehan

27 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID