Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Al-Kaysi Buntet, Cirebon, Nyai Hj. Fadillah Munawaroh mengatakan bahwa para istri bukanlah budak suami, dan para suami bukan juga tuan bagi sang istri.
Hal itu disampaikan karena kerap kali setelah menikah para istri menjadi pelayan bagi suaminya. Segela urusan rumah tangga, mulai dari sumur, dapur, dan kasur dikerjakan semua oleh para istri.
Oleh sebab itu, para perempuan, kata Nyai Fadillah, setelah menjadi istri jangan mau dijadikan sebagai budak bagi suaminya.
“Jadi tidak ada anggapan bahwasannya suami adalah tuan istri, istri adalah budak suami, itu tidak ada,” kata Nyai Fadillah, dalam video Ngaji Cinta di akun Facebook Mubadalah.id.
Menurut Nyai Fadillah, suami dan istri itu sebaiknya mewujudkan prinsip perkawinan itu sendiri, keduanya harus wa’asyiruhunna bil ma’ruf (saling berbuat baik).
“Dalam perkawinan itu mengutamakan, satu wa’asyiruhunna bil ma’ruf, harus saling berbuat baik, harus ada kesinambungan, harus saling terbuka, harus saling bahu membahu dan saling tolong menolong bagi keduanya. Tidak boleh timpang,” ucapnya.
“Karena Nabi Muhammad Saw itu mengajarkan kepada kita, kita harus selalu berbuat baik kepada sang istri. Seorang suami yang selalu berbuat baik kepada istri pasti akan dipandang rahmat oleh Allah SWT,” tambahnya.
Nyai Fadillah menceritakan kisah pada masa Nabi Muhammad Saw.
Kata Nyai Fadillah, pernah suatu ketika, Nabi berpergian pulang ke rumah tengah malam. Karena tidak mau mengganggu istri beliau, Siti Aisyah ra yang sedang tidur.
Nabi mengetuk pintu dengan pelan, seraya memanggil “Aisyah”. Tidak dibukakan oleh Aisyah.
Kedua kali lebih pelan lagi, “Aisyah”, tidak dibuka lagi.
Lalu ketiganya lebih pelan lagi, “Aisyah”, baru dibuka oleh Aisyah ra.
Saat tidak dibukakan pintunya yang pertama dan kedua, Nabi Saw tidak marah kepada Aisyah ra, melaikan Nabi Saw memperlakukannya dengan lembut.
“Nabi mengajarkan kepada kita, kita melayani istri dengan baik, kita juga khidmah kepada istri bukan malah kita semena-mena terhadap istri. Karena istri bukan budak para suami,” jelasnya.
“Bukan malah kita langsung marah ketika tidak dibuka sang istri, karena kita merasa istri harus nurut kepada kita, karena dia budak kita, karena dia pembantu kita, lalu kita dengan semena-mena menggedor-gedor pintu, bukan seperti itu,” tukasnya. (Rul)