• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Kisah Bapak Rumah Tangga dalam Film 3 Dara 2

Zahra Amin Zahra Amin
12/10/2022
in Kolom
0
Kisah Bapak Rumah Tangga dalam Film 3 Dara 2

Kisah Bapak Rumah Tangga dalam Film 3 Dara 2

81
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Adakah pembaca yang sudah menonton film 3 Dara 2? Seru dan menarik lho! Drama Romantis Indonesia yang diperankan Tora Sudiro, Adipati Dolken dan Tanta Ginting ini telah berhasil menggerakkan saya untuk menuliskan kisah mereka sebagai bapak rumah tangga.

Pada film sebelumnya, dalam 3 Dara, ketiga lelaki ini sesungguhnya adalah pria mapan yang berusaha menjadi lelaki sejati. Namun ada hal yang aneh ketika mereka mengalami perubahan sikap seperti seorang perempuan karena disumpah serapah oleh seorang wanita.

Tetapi setelah kutukan berakhir, mereka malah membuat kekacauan. Mencoba bisnis baru dengan seorang rekanan ternyata tak membuahkan hasil. Sebaliknya malah mengalami kebangkrutan. Merugi hingga miliaran rupiah.

Hampir semua harta berharga mereka ludes tak tersisa. Disita oleh pihak bank, karena dijadikan sebagai barang agunan pinjaman. Kehidupan mereka dengan para istri masing-masing berjalan tidak normal. Ketiga lelaki ini kemudian terusir dari rumah.

Tak punya tempat untuk berteduh, ketiganya terpaksa memilih untuk menginap di sebuah rumah milik Eyang Putri. Berbagai pekerjaan rumah tangga harus dilakukan oleh mereka, sesuatu yang selama  ini tidak pernah mereka kerjakan dan selalu meremehkan.

Baca Juga:

Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Membaca Novel Jodoh Pasti Bertemu dalam Perspektif Mubadalah

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

Hal itu terpaksa mereka lakukan setelah para istri mengajukan ijin untuk bekerja. Para istri membuat kesepakatan bertukar peran dengan ketiga lelaki ini. Para suami harus melakukan semua urusan domestik. Pekerjaan yang selama ini identik dilakukan istri di rumah.

Saya tidak ingin berkisah bagaimana ending dari cerita film, mungkin bagi yang menonton langsung akan tahu bagaimana jalan kisah selanjutnya. Meski agak didramatisir pada bagian-bagian tertentu. Namun bagi saya, ada nilai yang bisa kita ambil dari film ini.

Pertama, tentang berbagi peran antara suami-istri. Jika sejak awal berumah tangga membangun komitmen untuk prinsip kesalingan, maka tidak akan ada yang sulit untuk dilakukan. Terlebih jika memang antar satu sama lain tetap saling membantu, atau melakukan pekerjaan rumah itu bersama-sama dengan pasangan.

Kedua, seperti pesan yang disampaikan ketiga tokoh utama dalam film 3 Dara 2, jangan meremehkan pekerjaan rumah tangga. Bagi para suami, sudah saatnya untuk menanggalkan kata gengsi, dan mencintai pasangan sepenuh hati. Caranya dengan mau berbagi peran apapun yang bisa dilakukan.

Ketiga, tidak ada dikotomi, atau pemisahan pekerjaan antara ruang domestik dan publik. Keduanya adalah sama, pekerjaan mulia. Mengeluarkan keringat, melewati proses tak mudah dan membutuhkan strategi untuk bisa menyelesaikan sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditentukan.

Selama dalam bekerja kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain, dan membuat diri kita bahagia dengan pilihan itu. Bagi saya, inilah makna bekerja sesungguhnya.

Keempat, dalam kondisi rumah tangga seperti apapun, suami istri punya tanggung jawab yang sama untuk memastikan seluruh anggota keluarga berada dalam kondisi yang aman dan nyaman. Bahkan dalam hal stabilitas ekonomi. Perempuan juga berhak untuk ikut ambil bagian dan menentukan keputusan.

Sebaliknya juga demikian. Dalam hal domestik tidak melulu itu menjadi tugas dan kewajiban istri, tetapi menjadi pekerjaan yang bisa diselesaikan bersama antar suami istri, tentu dengan komunikasi yang telah disepakati. Dalam film tersebut digambarkan para istri yang bertukar peran mencari nafkah sementara suami di rumah melakukan pekerjaan domestik.

Secara garis besar saya mengapresiasi ide dalam film 3 Dara 2, yang memberikan pemahaman baru tentang relasi suami-istri. Bagi sebagian orang mungkin sudah biasa dengan konsep kesalingan seperti ini. Namun untuk sebagian yang lain, dengan kultur patrarkhi yang masih kuat tentu tak mudah menerima begitu saja.

Maka saya sarankan bagi generasi milenial yang sedang merencanakan berumah tangga, atau sedang menapaki gerbang baru kehidupan rumah tangga, tak ada salahnya untuk melihat film ini. Yakinlah bunga-bunga cinta dalam keluarga akan semakin bermekaran ketika antar pasangan selalu mengedepankan prinsip kesalingan.[]

Tags: 3 darabahagiaFilmharmoniskasihkeluargaKesalinganmenghormatiMubadalahpasanganrumah tanggasakinahsayang
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Pembagian Daging Kurban

3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

6 Juni 2025
Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Raja Ampat

Tambang Nikel Ancam Kelestarian Alam Raja Ampat

5 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Ibadah Kurban

Ibadah Kurban dan Hakikat Ketaatan dalam Islam

4 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berkurban

    Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memaknai Istilah “Kurban Perasaan” Pada Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Khutbah Iduladha: Teladan Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail tentang Tauhid dan Pengorbanan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 3 Solusi Ramah Lingkungan untuk Pembagian Daging Kurban
  • Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha
  • Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang
  • Makna Wuquf di Arafah
  • Iduladha sebagai Refleksi Gender: Kritik Asma Barlas atas Ketaatan Absolut

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID