• Login
  • Register
Sabtu, 3 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Revolusi Sepak Bola Nasional Harus Mempertimbangkan Aspek Gender

Ruang ramah perempuan dan anak di stadion yang belum terwujud di Indonesia seakan membenarkan bahwa dunia sepak bola menyisakan banyak pekerjaaan rumah

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
12/10/2022
in Publik, Rekomendasi
0
Sepak Bola Nasional

Sepak Bola Nasional

459
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada 1 Oktober lalu, masyarakat Indonesia dan dunia terkejut dengan tragedi banyaknya suporter sepak bola nasional yang meninggal. Peristiwa naas tersebut akibat berdesak-desakan setelah melarikan diri dari tembakan gas air mata di Stadion Kanjuruhan, Malang. Kejadian ini tidak hanya memakan banyak korban jiwa, namun juga rentetan pekerjaan rumah untuk memperbaiki citra sepakbola sebagai olahraga yang dapat dinikmati oleh semua kalangan.

Terlebih, tragedi Kanjuruhan tidak hanya menewaskan orang dewasa saja, bahkan anak-anak di bawah umur juga turut menjadi korban. Mereka yang hanya berniat menonton olahraga sebagai hiburan, malah tinggal nama karena kesalahan pengaturan keamanan dan minimnya prevensi mitigasi.

Dari peristiwa yang terjadi, desakan untuk memperbaiki sepakbola nasional terus bermunculan. Dari semua solusi yang ditawarkan, saya kira salah satu aspek yang perlu kita pertimbangkan adalah perlunya memasukkan perspektif keadilan gender dalam pengelolaannya.

Spesifiknya seperti apa? Bukan rahasia umum lagi bahwa sepak bola adalah cabang olahraga yang kerap identik dengan olah raga kaum laki-laki. Karena stigma ini, pencitraan sepak bola selalu maskulin dan berhubungan dengan kekuatan fisik.

Walhasil, ketika dunia semakin terbuka dan majemuk, manajemen sepak bola kita masih amat tradisional. Padahal, kini sepak bola menarik lebih banyak kalangan untuk menikmatinya, termasuk perempuan dan anak-anak. Meski di Indonesia, sepak bola perempuan masih kalah populer dibandingkan sepak bola laki-laki.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Prinsip Kesetaraan Dalam Islam
  • Keadilan Bagi Perempuan Harus Didasarkan Pada Hak Asasi Manusia
  • Instrumen Hukum Gagal Memenuhi Keadilan bagi Perempuan
  • Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila
    • Manajemen Sepak Bola
    • Ruang Aman Perempuan

Baca Juga:

Prinsip Kesetaraan Dalam Islam

Keadilan Bagi Perempuan Harus Didasarkan Pada Hak Asasi Manusia

Instrumen Hukum Gagal Memenuhi Keadilan bagi Perempuan

Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

Manajemen Sepak Bola

Dominasi maskulin tersebut tidak hanya berkaitan dengan kurang terakomodasinya sepak bola perempuan saja. Tapi dalam hal lain seperti hadirnya penonton dan jurnalis perempuan dalam pertandingan masih mereka sikapi dengan perilaku misoginis dan seksis.

Pada bulan Juli 2022 kemarin, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) mendapatkan laporan bahwa seorang wartawati mereka dilecehkan oleh suporter sepakbola ketika meliput pertandingan antara PSS Sleman melawan Borneo FC. Kejadian kurang menyenangkan tersebut membuktikan bahwa ruang aman bagi perempuan belum sepenuhnya hadir dalam potret sepak bola kita.

Padahal stadion, sama halnya dengan fasilitas publik lainnya harus memenuhi standar kesetaraan. Di mana siapapun yang berada di sana perlu mendapatkan jaminan keamanan dan kenyamanan.

Mirisnya, pelaku pelecehan tersebut usai kejadian justru menggiring opini bersama kawan-kawannya dengan cara mengirim pesan langsung atau direct message Instagram ke akun instagram saudara korban. Perilaku tersebut tentu membuat korban khawatir pelaku berlindung di balik nama besar kelompok suporternya. “Saya beberapa hari seperti ketakutan setiap mau ke stadion atau berhadapan dengan orang banyak,” begitu pengakuan korban.

Meski selanjutnya, Ketua AJI Yogyakarta, Shinta Maharani menegaskan, bahwa pelecehan dan serangan terhadap jurnalis tidak bisa ia biarkan. Namun nyatanya apa yang jurnalis alami tadi masih terulang kembali di tempat berbeda. Menurut pengakuan suporter klub PERSIB Bandung, Risna, ia mengungkapkan bahwa pelecehan seksual terhadap perempuan di stadion masih kerap terjadi. Padahal sebagai fans klub lokal, ia ingin dengan aman menonton langsung di stadion seperti halnya pendukung laki-laki.

Ruang Aman Perempuan

Ruang ramah perempuan dan anak di stadion yang belum terwujud di Indonesia seakan membenarkan bahwa dunia sepak bola menyisakan banyak pekerjaaan rumah. Bahkan di Inggris yang manajemen sepakbolanya sudah maju saja, sikap misoginis masih membumi.

Sebuah studi survei dari University of Durham yang memperlihatkan bahwa separo dari responden suporter sepak bola secara terbuka masih membenarkan sikap memandang rendah perempuan. Dari hasil penelitian tersebut, kita temukan juga bahwa sebagian fans sepak bola masih melihat perempuan sebagai makhluk inferior. Bahkan secara terang-terangan tidak mempermasalahkan catcalling kepada suporter perempuan saat menyaksikan pertandingan di stadion.

Fakta tersebut tentu perlu menjadi catatan bagi semua pihak, termasuk semua pihak berkepentingan di Indonesia. Sebab, sebelas dua belas dengan di Inggris, kasus pelecehan seksual dan tewasnya suporter perempuan di stadion membuktikan bahwa sepak bola nasional perlu kita revolusi secara total.

Pemecahan masalahnya pun tidak bisa sebatas hanya meningkatkan visibilitas perempuan semata. Sebab itu tidak cukup untuk mengakhiri seksisme dan kebencian terhadap perempuan oleh fans sepak bola laki-laki. Apa yang sejatinya kita butuhkan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan di dalam maupun luar lapangan adalah revolusi gender.

Sepak bola nasional membutuhkan semua orang yang terlibat. Mulai dari pemain, manajer, penggemar hingga sponsor, untuk mengambil sikap yang jelas. Dan, tanpa kompromi terhadap sikap misoginis dan membantu menciptakan lingkungan yang ramah bagi perempuan dan anak-anak.

Kesetaraan, keragaman, dan inklusi harus tertanam kuat di dalam klub, pihak suporter hingga pengelola termasuk PSSI. Walau perlu kita sadari bahwa mengubah pola pikir ini tentu akan memakan waktu yang tidak sebentar. Ttapi tidak ada kata terlambat daripada di masa mendatang kejadian Kanjuruhan dan peristiwa pelecehan seksual terulang kembali. []

 

 

 

Tags: GenderIndonesiakeadilanKesetaraanolahragaPSSISepak Bola NasionalTragedi Kanjuruhan
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Perkembangan Islam di Gorontalo

Peran Putri Owutango dalam Perkembangan Islam di Gorontalo

3 Juni 2023
Relasi Gender dalam Agama Budha

Menilik Relasi Gender dalam Agama Budha

3 Juni 2023
Lahir Pancasila

Hari Lahir Pancasila: Upaya Mempererat Persaudaraan dan Menumbuhkan Sikap Toleransi

2 Juni 2023
Maria Ulfah Santoso

Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

2 Juni 2023
KDRT

KDRT Tidak Sejalan dengan Ajaran Islam

1 Juni 2023
Energi

Mari Menjaga Lingkungan Dengan Menggunakan Energi Terbarukan

1 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Maria Ulfah Santoso

    Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Childfree sebagai Pilihan Hidup

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dewi Suhita, Ratu Majapahit : Sosok di Balik Tegarnya Karakter Alina Suhita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Unearthing Muarajambi Temples: Menyingkap Kemegahan Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mendengarkan Suara Perempuan Korban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Prinsip Kesetaraan Dalam Islam
  • Peran Putri Owutango dalam Perkembangan Islam di Gorontalo
  • Keadilan Bagi Perempuan Harus Didasarkan Pada Hak Asasi Manusia
  • Menilik Relasi Gender dalam Agama Budha
  • Mendengarkan Suara Perempuan Korban

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist