Mubadalah.id – Berhari-hari trending di Youtube dikuasai oleh Akun Deddy Corbuzier, menandingi acara menuju bAHHAgia Atta dan Aurel. Video tersebut bukan podcast close the door apalagi prank, tapi pertandingan catur. Iya, pertandingan catur. Kalau di dunia nyata nonton catur pasti bikin ngantuk dan membosankan. Dan ini malah diserbu penonton. Selain itu, catur juga identik dengan laki-laki dan maskulinitas.
Orang yang bisa bermain catur kerap dipandang sebagai orang yang jenius, karena bukan hal mudah untuk memainkannya, perlu taktik dan perhitungan khusus. Tidak banyak sekolah yang memasukkan catur secara khusus dalam pelajaran olahraga.
Kebanyakan pelajaran olahraga di isi oleh sepak bola, futsal, bola voli dan basket. Hanya segelintir orang yang benar-benar menggeluti bidang catur secara serius. Padahal catur merupakan salah satu cabang olah raga yang universal. Bahkan memiliki kejuaraan hingga tingkat internasional. Setara dengan sepak bola. Namun peminatnya tidak seramai sepak bola.
Pertandingan catur yang diadakan oleh Deddy Corbuzier berhasil menjadi babak baru, bahwa catur bisa menarik minat penonton. Terbukti video yang ketika live nya saja berhasil menarik hampir 2 juta penonton. Kini bahkan sudah ditonton oleh 11 juta pengguna youtube. Tentu saja, tontonan ini menarik karena ada “Drama” Dewa Kipas atau Dadang Subur sebelumnya.
Bukan drama dewa kipas yang membuat saya tertarik, melainkan lawan dari Dewa Kipas yang berhasil membuatnya menelan kekalahan. Yaitu Irene Kharisma Sukandar. Perempuan kelahiran Jakarta, 7 April 1992, saat ini berusia 28 tahun. Salah satu atlet catur perempuan yang bahkan sebelumnya tidak pernah saya dengar. Irene mengalahkan Dewa Kipas dengan telak 3 : 0.
Wow, menurut saya ini menakjubkan. Apalagi Dewa Kipas disebut-sebut telah berhasil mengalahkan Levy Rozman aatau GothamChess, di platform daring Chess.com. Yang memicu drama karena diduga ada kecurangan. Levy Rozman atau dikenal sebagai GothamChess, adalah seorang komentator sekaligus pemain catur internasional.
Dalam pertandingan catur kemarin menjadi renungan bagi saya. Bahwa ada pertandingan yang bisa membuat laki-laki dan perempuan bertarung secara sportif. Tidak melihat gender dan membedakannya. Selama ini, ketika mendengar kata olahraga. Selalu identik dengan maskulinitas laki-laki dengan segala aktivitas berbau fisik.
Kita mungkin mempertanyakan mengapa catur masuk menjadi salah satu cabang olahraga, padahal kalau dilihat aktivitasnya hanya duduk dan memindahkan bidak catur. Jujur saja, saya bahkan tidak mengerti alur permainan catur. Apalagi dikampung catur bukanlah hal yang lumrah dimainkan oleh anak perempuan. Di sekolah saat ada pertandingan catur selalu laki-laki yang mewakilinya.
Sosok Irene mematahkan asumsi saya, perempuan juga bisa bermain catur bahkan menjadi pecatur Internasional. Dan Irene mungkin berhasil menyentil sebuah pemikiran yang masih cukup langgeng dan dilanggengkan, bahwa perempuan hanya diberi satu akal dengan sembilan nafsu. Sedangkan laki-laki sembilan akal dan satu nafsu.
Perempuan sering dianggap lemah akalnya, hal ini tentu menjadi sebuah pemikiran bahwa yang sempurna akalnya adalah laki-laki. Mungkin sebab itu pula, perempuan sulit mengisi ruang publik karena diragukan kekuatan daya pikirnya. Selain harus pintar dalam strategi, bermain catur juga memerlukan fisik yang prima, dan konsentrasi yang penuh. Maka jelas, bukan perempuan tukang galau yang bisa memainkannya. Melainkan orang yang fokus dan penyabar.
Irene Kharisma Sukandar menyandang gelar sebagai Women Grand Master. Grand Master menjadi gelar tertinggi bagi para pemain catur. Selain pintar bermain catur, Irene juga merupakan lulusan S2 dari Webster University Amerika Serikat dengan beasiswa penuh, berkat prestasinya dibidang Catur. Selain itu, pada tahun 2019 Irene masuk Irene akhirnya berhak masuk ke daftar Forbes 30 Under 30 Honoree. Gelar ini diberikan kepada orang-orang yang sukses dan memiliki prestasi membanggakan sebelum berumur 30 tahun.
Dari Irene Sukandar kita bisa belajar, bahwa menjadi perempuan tidak membuatnya berhenti menggeluti kecintaannya pada olahraga catur. Terbukti dengan gelar yang berhasil dia raih, Women Grand Master dan Internasional Master. Kini, Irene digadang-gadang sedang bersiap untuk meraih gelar Grand Master pada kategori Umum.
Catur yang selama ini kita pandang sebagai olahraga yang sering dimainkan oleh laki-laki ternyata juga bisa dimainkan oleh perempuan. Terbukti, selain Irene ada juga Medina Warda Aulia, S.I.A. yang memegang gelar Master Internasional sejak 2020, dan Grandmaster Wanita sejak 2013.
Medina adalah Grand Master perempuan termuda di Indonesia. Ia meraih gelar ini saat berusia 16 tahun 2 bulan, mengalahkan rekor sebelumnya. Dari kancah Internasional ada Judit Polgár, seorang grandmaster catur Hongaria. Dan ia dianggap sebagai pemain catur perempuan terbaik sepanjang masa.
Sosok pemain catur perempuan hanyalah sedikit gambaran bahwa perempuan boleh dan bisa menjadi apapun dalam segala bidang kehidupan. Bahwa perempuan bukan hanya menjadi objek, melainkan subjek kehidupan dalam berbagai peran. Bukan hanya domestik rumah tangga, perempuan berhak berkarier di luar rumah sesuai dengan passionnya. []