Mubadalah.id -Tak ada yang mampu menangkal kecantikanmu engkau cantik berdasarkan versi terbaikmu. Titik. Di era industrialisasi dan pemberhalaan kosmetik sebagai alat kecantikan, dewasa ini rasanya setiap orang berlomba membeli apa saja dan mendapatkan apa saja untuk memoles tubuhnya sedemikian molek bak ratu sejagat semalam. Apapun dicari dan dibeli demi untuk terlihat tampil hits dan menarik. Tak jarang, bahkan ada yang sampai memberanikan diri merubah bentuk tubuhnya demi melalui operasi plastik demi mendapatkan bentuk yang ideal. Pernahkah kita membayangkan kecantikan Sayyidah Khadijah, Ummul Mukminin?
Kecantikan memang sejatinya banyak versi, bagi yang melihat dari bentuk fisik cantik bisa ditafsirkan sebagai bentuk elok dari beberapa organ tubuh seperti hidung mancung, mata memikat, bibir mempesona alis menawan dan warna kulit yang putih terang.
Sejarah perjalanan kosmetik tidaklah pendek ia bertransformasi seiring dengan berkembangnya peradaban manusia, dahulu kosmetik terbuat dari bahan herbal yang terbuat dari tetumbuhan, bunga-bunga, biji tanaman hingga esktrak minyak dan susu yang konon juga digunakan pada masa Mesir Kuno.
Kitab suci pun menganjurkan kita untuk berhias, termasuk Al-Qur’an yang secara lugas memerintahkan kita untuk memperindah dan mempercantik diri karena sejatinya Tuhan mencintai keindahan. Sayang seribu sayang standar pasar membombardir kita sekian rupa agar kita (khususnya perempuan) tergila gila dengan apa yang diperdagangkan. Lebih lebih, parahnya adalah agar kita merasa ketergantungan dan tidak bahagia dengan apa yang kita punya sehingga terus mensugesti agar selalu butuh dan merasa kurang.
Mari meninggalkan hidup yang penuh dengan hingar bingar dan foya foya, ada baiknya dan justru perlu kita meniru apa yang dilakukan oleh istri Baginda Nabi, ya sang Ummul Mukminin Sayyidah Khadijah binti Khuwalid atau Khadijah Al kubra. Ia merupakan perempuan revolusioner Arab dengan dedikasi yang besar, pengusaha ulung yang cekatan dan sukses juga punya kecerdasan sosial yang punya efek positif secara luas dan besar.
Ia lahir ketika masih marak budaya penguburan paksa bayi perempuan di Mekah, saat perempuan masih dijadikan budak dan bahan warisan bahkan saat perempuan di pandang tak bisa berdagang dan mengurus urusan diluar rumah. Khadijah juga sang pendobrak nilai, dengan ikrar dan tekadnya mempersunting Nabi SAW ia mengutarakan cinta dengan tulus dan penuh keberanian.
Meski demikian, Khadijah adalah perempuan yang lemah lembut. Dalam tulisannya, Buya Husein menceritakan. Betapa Khadijah sangat cekatan dan penuh perhatian, mengurus Nabi dengan penuh kasih sayang dan selalu jadi penyejuk tatkala Baginda Nabi membutuhkan. Saat Nabi pulang dari Gua Hira dan menerima wahyu pertama ia memperlakukan Baginda Nabi dengan penuh cinta kasih bahkan bersedia apabila Nabi hendak mengarungi lautan dan apabila tak ada sampan untuk ia naiki maka ia bersedia kuburannya digali demi suksesnya misi sang Nabi.
Menggetarkan sekali sungguh cinta yang besar dan mulia. Inilah rahasia kecantikan Ibunda Khadijah, ia cantik karena akhlak dan perangainya, wajahnya bersinar memancarkan keteduhan, perilakunya menuntun pada kebaikan, teladannya menjadi hikmah dan pelajaran. Begitupun apa yang ia perbuat sesungguhnya adalah jelmaan Alquran, menjadi Rahmat, menjadi penenang, menjadi rumah tempat senang dan berkeluh kesah juga muara semangat dimana semua akan didukung dan diperjuangkan.
Ibunda Khadijah tidak pernah memakai embel-embel kosmetik yang begitu berjamur di pasaran, ia mendidik kita untuk menjauhi pola hidup boros (konsumtif) dan menghamburkan apa yang sesungguhnya tidak kita butuhkan. Ia cantik dari dalam hatinya (inner beauty) meski tanpa make up tebal ia selalu bersinar dan bercahaya, kunci kecantikannya adalah syukur menjalani hidup, menerima sepenuhnya apa yang ia miliki.
Bukannya memang saat kita bahagia, kita akan rupawan dan bercahaya. Inilah yang patut kita tiru dari keteladanannya. Ia juga menghibahkan hartanya untuk kepentingan umat, menjadikan seluruh hidupnya untuk melayani kaum muslimin. Ia tegar dan kuat juga menyejukkan.
Diceritakan bahkan sampai beliau wafat, Nabi sampai terpukul begitu hebat hingga saat itu dinamai tahun kesedihan. Sebetulnya bisa saja saat Khadijah masih ada, Nabi memutuskan untuk menikah lagi, namun Nabi adalah sang manifesto cinta sejati ia begitu setia dan mencintai dengan sangat tulus dan mulia.
Khadijah sendiri konsmetiknya adalah perangai baik (inner beauty/akhlak) sebuah sifat yang mampu meneduhkan siapa saja disekitarnya, ia bahagia dan membahagiakan, bersinar dan bercahaya karena kebaikannya, keshalehannya terus terpancar sepanjang hari, kebahagiaan terus dipersembahkan untuk Sang Nabi dan sikap welas asihnya luas tak terperi. Itulah mengapa ia sangat cantik dan membuat Nabi tak ingin berpaling. Semoga Allah menghimpun kita dengan para kekasihnya. Aamiin. []