• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Membaca Realitas Romantisme Peran Perempuan sebagai Ibu

Kita boleh memiliki pandangan bahwa ibu adalah sosok yang tidak pernah memiliki rasa lelah dan selalu dipenuhi rasa kasih sayang. Tetapi, hal tersebut bukan sebagai alasan kita untuk memberikan berbagai beban pekerjaan kepada seorang ibu, karena itu bagian dari penindasan. 

Khoniq Nur Afiah Khoniq Nur Afiah
16/06/2021
in Keluarga
0
Perempuan

Perempuan

217
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Baca Juga:

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Mubadalah.id – Perempuan yang telah memiliki buah hati akan secara otomatis memiliki peran sebagai ibu. Menjadi seorang ibu bukanlah hal yang sederhana, karena banyaknya peran yang harus diselesaikan. Konstruksi masyarakat tentang ibu juga memberikan dampak yang serius terhadap keadaan seorang Ibu. Tulisan ini akan sedikit mengulas dan membaca mengenai realitas yang terjadi tentang romantisme peran perempuan sebagai seorang ibu di masyarakat.

Peran yang dikonstruksi oleh masyarakat mengatakan bahwa pengasuhan anak adalah tanggung jawab seorang ibu. Karena seorang ibu memiliki keharusan untuk selalu siap siaga dalam urusan pengasuhan anak. Kewajiban mengasuh anak secara sepihak dilimpahkan kepada seorang ibu. Hal tersebut merupakan sebab dari konstruksi masyarakat yang mengatakan bahwa mengsuh adalah pekerjaan seorang ibu dan pekerjaan tersebut bersifat terus-menerus.

Seorang ibu juga selalu digambarkan dengan sosok yang penuh kasih sayang, tidak akan pernah mengenal lelah, dan selalu menjadi sosok yang tangguh. Tentu hal tersebut sangat lazim terdenar di kalangan masyarakat tentang anggapan terhadap ibu yang digambarkan dengan malaikat yang berlumur kasih sayang dan tak pernah memiliki rasa lelah. Nah, demikian yang selanjutnya disebut dengan romantisme keibuan.

Uraian tentang konstruksi sosial sejatinya memberikan beban berat terhadap seorang ibu. Sehingga, label negatif akan lahir pada seorang ibu yang tidak bisa memberikan pengasuhan terhadap anak sesuai dengan paradigma yang dikonstruksikan oleh masyarakat. Kontruksi tersebut memberikan beban yang selanjutnya menjadikan perempuan sebagai kelompok rentan. Realitasnya, ibu akan secara terus menerus diberikan berbagai beban kerja kerena anggapan tersebut.

Romatisme keibuan terlihat sepele dan wajar. Namun, bagi para pejuang perempuan tentu harus lebih serius dalam melihat realitas tersebut. Dalam artikel Linda Davies, Sara Collings, dan Julia Krane (2003) yang berjudul Making Mother Visible Implication For Social Work Practice and Education in Child Walfare mengatakan bahwa perlunya pengakuan dan memberikan sedikit ruang mengenai ambivalensi yang bisa terjadi pada seorang Ibu.

Rozsika Parker dalam artikel di atas mengatakan bahwa ambivalensi ibu ialah posisi emosional dimana keadaan pikiran yang kompleks dan kontradiktif, yang dimiliki bersama oleh semua ibu dimana perasaan cinta dan benci terhadap anak secara berdampingan. Perasaan ini lahir tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya banyaknya beban yang harus diperankan oleh seorang ibu, khususnya peran pengasuhan.

Contoh sederhananya, bagi seorang ibu yang bekerja, menyelesaikan pekerjaan kantor adalah suatu kewajiban. Kewajiban sebagai wanita karir memang telah selesai tetapi beban terhadap urusan rumah tangga belum selesai, seperti menyelesaikan pekerjaan domestik dan mengasuh anak. Beban-beban tersebut dikerjakan secara terus-menerus dan wajar jika akan merasa kelelahan. Nah, ambivalensi bisa lahir akibat faktor-faktor beratnya beban yang diterima oleh seorang ibu, seperti contoh yang disampaikan diatas.

Pengakuan atau anggapan lazim terhadap terjadinya ambivalensi ini akan memberikan sedikit ruang atau justru dapat perlahan menghapus pandangan negatif tentang seorang ibu yang memilih tidak menggunakan standar pengasuhan yang dikonstruksikan oleh masyarakat umum. Khususnya, bahwa romantisme keibuan tidak selalu memiliki dampak yang positif,

Kita boleh memiliki pandangan bahwa ibu adalah sosok yang tidak pernah memiliki rasa lelah dan selalu dipenuhi rasa kasih sayang. Tetapi, hal tersebut bukan sebagai alasan kita untuk memberikan berbagai beban pekerjaan kepada seorang ibu, karena itu bagian dari penindasan.

Islam telah membahas mengenai pengasuhan anak, salah satunya telah dijelaskan dalam kitab Manba’us sa’adah karya Kiai Abdul Faqihuddin Qodir telah menjelaskan pentingnya pembagian tugas pengasuhan anak. Seorang suami maupun istri harus mempunyai kesadaran bahwa mengasuh adalah tugas bersama, bukan hanya tugas seorang suami satu saja atau istri saja tetapi keduanya. Anjuran tersebut tentu berdasar pada konsep mubadalah yang memiliki tujuan menciptakan kemaslahatan dan keharmonisan dalam keluarga.

Tulisan ini memberikan sedikit pengetahuan mengenai pentingnya memahami seorang ibu yang juga manusia biasa. Manusia yang berhak untuk istirahat, mendapatkan ruang untuk meluapkan emosinya dan mendapatkan kasih sayang yang tepat dari orang sekelilingnya. Semoga tulisan ini memberikan pengantar pada para pembaca dan membuka kesadaran bahwa terdapat beberapa hal di sekeliling kita yang perlu kita perhatikan. Sekian. []

 

 

Tags: anakIbukeluargaorang tuaparentingpengasuhanperempuan
Khoniq Nur Afiah

Khoniq Nur Afiah

Santri di Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek R2. Tertarik dengan isu-isu perempuan dan milenial.

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • KDRT

    3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID