Mubadalah.id – Hari ini saya diingatkan oleh facebook terkait peringatan hari kesehatan mental. Ada ya? Ada dong. Kebetulan algoritma Facebook itu tahu saja kapan kita menulis tentang trauma pasti langsung muncul peringatan terkait tema yang relevan di bagian lain lini masa kita. Well, kebetulan saya menulis #Ning_Salsabila dan terdapat tokoh dengan gejala post traumatik di sana. Makjegagek muncul peringatan hari kesehatan mental ini. Canggih emm.
Nah, sedikit cerita nih, Men. Ketika kuliah dulu saya memiliki seorang kakak tingkat yang ‘aneh’ menurut saya. Bagaimana tidak. Dia mencuci tangannya berkali-kali sampai bersih bahkan sampai berbusa-busa tetapi dirasa masih kurang. Bukan itu saja. Malam hari dia akan mengecek pintu dan jendela entah sampai berapa kali sebelum akhirnya dia benar-benar yakin kalau sudah aman dan bisa tidur.
Lama, setelah membaca ini dan itu barulah tahu kalau hal seperti itu adalah gejala orang dengan gangguan kesehatan mentalnya. Berlatih mengurangi kecemasan dan ketakutan, konsultasi ke dokter atau psikiater adalah salah dua hal lainnya yang harus dilakukan.
Mencoba mengurai semua itu jelas memerlukan latihan. Melatih ketenangan jiwa, melatih sikap pasrah dan melatih hati.
Cara lainnya adalah dengan mendekat kepada para guru kita, para alim, jangan malah mendekat kepada orang-orang yang toxic. Gejala seperti itu bukan untuk dinyinyirin atau di-bully tetapi untuk diberi dukungan agar diperiksakan lebih lanjut. Atau, memakai terapi zikir. Melatih fokus ketenangan hati hanya dengan memikirkan bahwa Allah-lah segala-galanya Yang Maha Kuasa.
Metode ketenangan hati seperti ini ternyata sudah diajarkan oleh Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf Gresik. Beliau mengijazahkan Do’a yang kemarin dulu saya baca di sebuah majalah ulama’.
Doanya apa?
Laysa lahaa min duunillAahi kaasyifah
Menurut ijazah beliau itu harus dibaca seratus kali. Dibiasakan perlahan-lahan kemudian lama-lama akan semakin terlatih dan istiqamah.
Apapun yang namanya kerisauan, kesumpekan, kegundahan, kegalauan dan segala ketakutan itu memang bisa mempengaruhi mental kita, akan tetapi jika kita mau mendukung mereka yang terindikasi memiliki gejala itu untuk mau speak up kemudian mau diterapi.
Bukan kemudian di bully atau setidaknya kita bersikap diam saja tanpa mencelanya kalau memang kita tidak mampu memberikan solusi dan kontribusi maka itu akan menjadi dukungan yang mujarab untuk mereka.
Setelah dipikir-pikir ternyata Tuhan memang akan memberikan banyak obat lewat bacaan zikir yang bagus, yang dilatih oleh mereka yang memang ahli, dan bukan asal serta dukungan keluarga yang memberikan kehangatan bukan celaan. Apalagi yang dibutuhkan kalau bukan yang demikian, kan?
Selamat mengamalkan doa tersebut pada hari kesehatan mental ini. Semoga segala kesumpekan, kegalauan dan kebimbangan yang membuat kita sering kebingungan akhirnya berangsur hilang, membaik dan memulihkan ketenangan di hati dan jiwa kita.
Allahumma Sallimna ya Allah
Sallimna ya Allah
Sallimna ya Rabbal’Alamin. []