Mubadalah.id – Pengasuh Pondok Pesantren Dar Al-Fikr Cirebon, Buya Husein Muhammad menyebutkan begitu selesai, Jibril menghilang entah kemana. Nabi Saw tetap merasa ketakutan. Tubuhnya menggigil. Keringat dingin mengalir deras dari pori-pori tubuhnya.
Nabi Saw bergegas pulang menemui Khadijah, istrinya, dengan hati yang merasa galau, cemas, dan takut.
Begitu tiba di rumah, beliau masuk kamar dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
“Selimuti aku, selimuti aku, Sayangku,” katanya.
Khadijah, kata Buya Husein, segera menyelimuti seluruh tubuhnya rapat-rapat sambil menungguinya.
Setelah rasa takutnya mereda, beliau menceritakan peristiwa yang dialaminya:
“Aku takut, Sayang. Khawatir sekali. Khawatir akan hari-hari nanti”.
Dengan lembut Sayyidah Khadijah mengatakan, membesarkan hatinya:
كلا. أبشر فوالله لا يخزيك الله أبدا، والله إنك لتصل الرحم وتصدق الحديث وتحمل الكل وتكسب المعدوم وتقري الضيف، وتعين على نوائب الحق
Artinya : “Tidak, Sayangku. Demi Allah, Dia tidak akan pernah merendahkanmu. Engkaulah orang yang akan mempersatukan dan mempersaudarakan umat manusia, memikul beban penderitaan orang lain, bekerja untuk mereka yang papa, menjamu tamu dan menolong orang-orang yang menderita demi kebenaran”.
Kata Buya Husein, betapa indahnya kata-kata Siti Khadijah itu. Hati Nabi menjadi tenang dan damai. Khadijah dipeluknya dengan hangat dan penuh cinta.
Kebersamaan dalam kehangatan saling mencinta antara Muhammad dan Khadijah itu sesungguhnya telah lama.
Relasi antara mereka berjalan sebagaimana diharapkan oleh al-Qur’an: saling membantu, saling menyayangi, dan saling mencintai. Tak ada dominasi satu atas yang lain.
Mengenal Siti Khadijah
Selama bersama Siti Khadijah, Nabi tak pernah punya pikiran sedikit pun untuk mencari perempuan lain, meski tradisi membolehkannya.
Selama 28 tahun usia pernikahan mereka dan menghasilkan dua orang putra: Sayyid Qasim dan Sayyid Abdullah.
Sayang keduanya meninggal dunia pada usia masih anak-anak. Lalu empat orang Putrinya yang cantik: Sayyidah Zainab, Sayyidah Ruqayyah, Sayyidah Ummi Kultsum, dan Sayyidah Fatimah al-Zahra.
Nabi mengagumi dan memuji istrinya Siti Khadijah:
قد امنت بي إذ كفر بي الناس. وصدقتني إذ كذبني الناس. وواستني بمالها إذ حرمني الناس ورزقني الله عز وجل ولدها إذ حرمني أولاد النساء
Artinya : “Dia telah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku. Dia telah membenarkan aku ketika orang-orang lain mendustakan aku. Dia telah membantuku dengan hartanya manakala orang-orang menolaknya. Dan Allah menganugerahi aku anak-anak perempuan, ketika mereka tidak menyukai anak-anak perempuan”.
Untuk diketahui, Siti Khadijah adalah putri Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Ia biasa dikenal juga dengan panggilan Khadijah al-Kubra. Berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy.
Khadijah berasal dari golongan bangsawan Mekkah. Menikah dengan Nabi Muhammad ketika berumur 40 tahun, sementara Nabi Muhammad berumur 25 tahun. (Rul)