Mubadalah.id – H-7 Pendaftaran KUPI 2 ditutup, “Yah, kamu aku daftarin KUPI 2 ya?”. Setelah terfikir oleh Saya agar tidak seorang diri di Jepara atau pun mengurus Kafa – anak kami yang kemungkinan akan ikut saat KUPI 2. Pun jika ia ikut, setidaknya ada ayahnya yang bisa bergantian menjaganya.
Penulis Tema Khusus
Sudah sejak awal tahun 2022 Mubadalah.id mempersiapkan KUPI 2. Salah satunya adalah dengan adanya program penulis tema khusus. Mendapatkan banyak benefit dengan salah satunya adalah akomodasi selama mengikuti serangkaian acara KUPI. Akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar pada program ini.
Meski begitu, penulis atau kontributor lepas yang mendaftar pada program ini tidak serta merta lolos begitu saja. Ada penyaringan pertama yang harus kita lalui yaitu menulis artikel dengan tiga tema khusus yang dapat terpilih salah satu (isu toleransi dan kebangsaan, isu keadilan gender, dan isu lingkungan). Penulisan artikel tersebut harus selesai minimal setiap satu minggu menulis satu artikel.
Saya yang notabene merupakan alumni Jurusan Kesehatan Lingkungan akhirnya memutuskan untuk mencoba menulis di isu lingkungan. Meskipun sejujurnya agak kesulitan karena sudah lama sekali tidak berkecimpung di isu ini semenjak lulus S1.
Tetapi Alhamdulillah akhirnya saya berhasil menjadi salah satu penulis tema khusus Mubadalah.id bersama teman-teman penulis lepas lainnya. Seperti Mba Aspiyah Kasdini, Mba Hasna Fadhilah, dan Mas Ahmad Asrof Fitri serta teman-teman penulis tema khusus lainnya.
Benefit Penulis Tema Khusus
Meskipun tema yang kami pilih adalah tema yang rasanya kami dapat konsisten menuliskannya. Nyatanya ada saja writers block yang menyebabkan adanya penumpukan artikel di folder draft.
Namun beruntungnya kami diperbolehkan untuk mengeksplor tulisan dengan tema lainnya. Misal seperti saya yang semula tema khusus isu lingkungan sesekali menulis dengan tema kebangsaan atau isu kesetaraan gender. Di mana kata kuncinya telah tim redaktur Mubadalah.id. siapkan.
Kami juga diberikan pelatihan-pelatihan online. Seperti menulis dengan kaidah SEO untuk mempermudah tim redaktur mengedit artikel. Tujuannya agar dapat mencapai peringkat satu halaman Google. Dan masih banyak pelatihan maupun arahan lainnya dalam grup maupun kelas daring.
Menjelang KUPI 2, penulis tema khusus semakin giat menulis khususnya pada tema isu kebangsaan. Karena artikel yang kami tulis akan redaksi bukukan dan launching saat serangkaian KUPI 2 berlangsung di Semarang.
Tim Redaktur Mubadalah.id yang juga masuk dalam kepanitiaan KUPI 2 selalu memantau dan memberikan informasi pada penulis tema khusus dengan sigap. Khususnya terkait informasi kegiatan penulis tema khusus selama KUPI 2 mulai dari launching dan bedah buku “Yang Muda Merawat Bangsa”, Writers Empowerment, Mubadalah Postgraduated Forum, International Conference, hingga agenda KUPI 2 yang berlangsung di Jepara.
Pergi Ke KUPI 2 Bersama Keluarga
Singkat cerita akhirnya Saya pun terbesit untuk mendaftarkan pasangan agar dapat mengikuti KUPI 2 lantaran ada banyak hal yang harus kami pertimbangkan. Tanpa ba-bi-bu, H-7 penutupan pendaftaran, saya pun mendaftarkan suami melalui kelembagaan Yayasan Masjid al-Mahallie yang kami kelola bersama keluarga dan kerabat. Sedangkan saya mendaftar sebagai individu dengan afiliasi Mubadalah.id.
Saat pengumuman peserta KUPI 2 tiba, alhamdulillah nama saya dan suami termasuk di dalam daftar peserta KUPI 2. Oleh karena itu, maka si kecil pun fix akan ikut kami dalam perhelatan KUPI 2. Menjadi salah satu peserta batita KUPI 2 berkumpul bersama batita lainnya yang ada di KUPI 2.
Selama ada Fahmina Institute, saya tidak meragukan apakah acara KUPI 2 akan berlangsung dengan konsep Kids Friendly atau tidak karena sebelumnya saya sudah pernah mengikuti acara Fahmina Institute yang diadakan oleh Mubadalah.id yaitu Women Writers Conference yang sangat mom and kids friendly.
Bahkan dalam formulir online pendaftaran KUPI 2 pun ditanyakan apakah anda membutuhkan fasilitas anak yang tentu saja saya jawab “Ya”.
Haul Solo
Namun justru perjalanan kami menuju KUPI 2 ini seakan perjalanan ziarah. Hal ini karena, meski KUPI 2 berlangsung sejak tanggal 21 November 2022 di Semarang, tetapi kami berangkat dari Jakarta sejak 14 November 2022. Yakni untuk menghadiri Haul Solo. Sebelum berangkat ke Semarang kami ziarah ke makam KH. Mufid Mas’ud di Yogyakarta.
Pada saat 21 November, karena ada tempat persinggahan di Magelang yaitu rumah mertua. Sehingga kami memutuskan untuk menggunakan kendaraan roda dua ke Semarang dari Magelang dengan berbagai pertimbangan.
Launching dan Bedah Buku “Yang Muda Merawat Bangsa”
Kami berangkat pukul 09.00 WIB dengan estimasi sampai di Semarang sebelum pukul 12.00 WIB. Alhamdulillah, cuaca mendukung dan perjalanan kondusif. Sehingga kami tiba di Semarang tepat sebelum adzan dzuhur berkumandang.
Karena saya ada kewajiban sebagai penulis tema khusus, maka ketika acara berlangsung, suami bekerja sama untuk membersamai si kecil hingga acara launching dan bedah buku selesai. Ulasan saya tentang acara tersebut dapat kita lihat di sini.
Malam harinya pun ketika saya harus mengikuti Writers Empowerment. Yaitu side event yang Mubadalah.id gelar untuk penulis tema khusus, suami menemani si kecil di penginapan yang telah panitia sediakan.
Keesokan harinya karena saya tidak mendaftar acara Mubadalah Postgraduated Forum dan International Conference, akhirnya di hari selanjutnya saya beserta suami dan si kecil berwisata keliling Semarang dan keesokan harinya kembali berangkat menuju Jepara.
Berziarah Ke Makam Para Wali
Kami berangkat ke Jepara pagi hari dengan perjalanan santai. Karena kami niatkan untuk berziarah sejenak ke makam para wali. Seperti ziarah ke Sunan Demak atau Raden Fattah dan Sunan Kalijaga.
Sesampainya di Jepara karena ada teman (Mbak Ifah) yang dulunya kami pernah bertemu di Sahabat Lingkungan Walhi Yogyakarta, maka saya pun mampir ke rumah Mba Ifah untuk melepas rindu dan melepas lelah karena perjalanan dari Semarang ke Jepara tidak sedekat Magelang-Semarang.
Kami bercengkrama dan membahas banyak hal termasuk tentang perhelatan KUPI 2 yang ternyata banyak sekali merekrut penduduk sekitar lokasi PP. Hasyim Asy’ari sebagai tuan rumah untuk menyukseskan KUPI 2.
Bahkan di kampung Mbak Ifah sendiri ada warga yang turut rewang atau berpartisipasi menjadi panitia konsumsi selama KUPI 2 berlangsung. Singkat cerita setelah mencicipi hidangan khas Jepara yaitu Ikan Pindang Serani yang sangat segar, akhirnya kami kembali menyalakan si roda dua menuju PP. Hasyim Asy’ari.
Menginap di PP. Hasyim Asy’ari
Ada beberapa kategori penginapan selama KUPI 2 berlangsung yaitu ADP (Akomodasi Dalam Pesantren), ALP (Akomodasi Luar Pesantren), Hotel terdekat. Karena kami memutuskan untuk menggunakan akomodasi dalam pesantren, akhirnya saya dan suami berpisah menyesuaikan penginapan yang telah ditentukan oleh panitia. Saya berada di gedung C dan suami di gedung D.
Saya merasa bersyukur mendapatkan gedung C karena di gedung ini hampir seluruh kegiatan KUPI 2 berlangsung. Mulai dari panggung utama hingga halaqah di beberapa kelas yang telah panitia siapkan.
Berdasarkan grup Jaringan KUPI 2 yang saya baca di grup, ternyata penempatan kamar tersebut panitia sesuaikan berdasarkan usia dan kebutuhan khusus. Seperti saya yang memiliki kebutuhan khusus karena membawa batita.
Jadi, meskipun usia saya masih di bawah 30 tahun, tetapi karena memiliki batita, jadi saya masuk di dalam kamar peserta yang notabene merupakan para petinggi-petinggi di beberapa universitas maupun lembaga. Seperti Ibu Laily Liddini, Ibu Liliek Noer Chalida Badrus, Ibu Lilik Hamidah, dan termasuk Ibu Prof. Alimatul Qibtiyah, S.Ag. M.Si. MA. Ph.D. juga para petinggi lainnya. Masya Allah.
Saya senang berada di sekitar beliau-beliau, begitu pun sebaliknya. Beliau-beliau yang sadar akan keadilan gender dan ramah anak sangat senang dengan kehadiran si kecil. Di mana ia menemani saya dengan kondusif karena telah terbiasa turut serta pada events seperti ini.
Waktunya tidur ya tidur, waktunya makan ya makan. Alhamdulillah sajian yang tersedia selama KUPI 2 pun bisa si kecil konsumsi. Kecuali pada saat sajian telur balado sehingga kami harus keluar pondok untuk mencarikan si kecil makan malam. Karena ia belum bisa mengonsumsi makanan pedas.
Tetapi justru karena hal tersebut kami bertemu dengan redaktur Mubadalah seperti Kang Dul, Mas Mumu dan juga Buya Husein yang sedang bercengkrama di kafe. Dan sebelum Buya Husein kembali ke penginapan beliau, kami sempat menyaksikan Buya bernyanyi diiringi alunan gitar Kang Dul. Selalu ada hikmah di setiap kejadian.
Hari Pertama KUPI 2
Di hari pertama KUPI 2, saya dan suami membawa si kecil bergantian. Di hari pertama, ketika saya menyimak sambutan dan materi-materi yang disampaikan oleh narasumber, suami membersamai si kecil bermain di playground yang telah panitia siapkan.
Kemudian di siang harinya kami mengikuti city tour yang diadakan oleh panitia KUPI 2 ke beberapa destinasi jejak kepemimpinan perempuan di Jepara yang ulasannya saya tulis di sini.
Malam harinya ketika pembukaan, sambil mendengarkan sambutan dari Bunyai Badriyah Fayumi, saya bertemu dengan teman-teman Komunitas Puan Menulis.
Saya juga bertemu dengan teman-teman yang dulunya pernah satu almamater seperti Mbak Ning Najhati Sharma (teman sekamar sewaktu di PP. Sunan Pandanaran). Dan Mbak Siti Maryati (teman satu asrama sewaktu di Ndalem Dongkelan Krapyak) serta beberapa teman lainnya.
Tidak hanya saya, suami pun bertemu dengan teman dan dosennya. Bahkan seluruh peserta KUPI seakan sedang reuni dengan peserta lainnya.
Yap, seiya dengan yang Bunyai Badriyah sampaikan. Bahwasannya KUPI adalah ruang temu sehingga di event besar ini kami banyak sekali bertemu sahabat, rekan kerja, dan orang-orang yang visi misinya bersisian dengan 5 pandangan keagamaan KUPI 2. Di mana tema ini juga masuk dalam tema penulis tema khusus.
Hari Kedua KUPI 2
Hari kedua KUPI 2, saya terbangun sejak pukul 3 karena melihat salah satu teman sekamar yang sedang salat tahajud. Tanpa berpikir lama, saya segera ke kamar mandi dan pikiran saya seakan mengenang kehidupan di masa lalu saat sedang menjadi santri.
Kebetulan sekali, si kecil pun terjaga. Sehingga saya memutuskan untuk bersegera karena di perhelatan besar seperti ini harus sat set sat set. Apalagi jika membawa batita. Alhamdulillahnya meski tidak ada penghangat air, tetapi si kecil mau saya mandikan di pagi hari tanpa drama. Sehingga ketika acara pertama di hari kedua berlangsung ia telah rapi dan bisa ayahnya handle. Hal itu ia lakukan sambil menyimak isi materi KH. Faqihuddin Abdul Kodir, Bunyai Nur Rofi’ah dan masih banyak lagi pemateri lain yang menyampaikan.
Saat siang hari, di mana kelas-kelas dibagi menjadi beberapa halaqah, akhirnya saya dan suami kembali lagi terpisah. Ia yang seharusnya ada di kelas Majelis Ta’lim berada di kelas Keberagaman Agama. Sedang saya yang seharusnya berada di kelas isu lingkungan ditempatkan oleh panitia di kelas isu pekerja migran.
Awalnya saya ingin pindah kelas seperti beberapa peserta lainnya. Tetapi saya ingat bahwa pembagian yang telah diatur sedemikian rupa oleh panitia bertujuan untuk pemerataan jumlah peserta kelas. Sehingga saya memutuskan untuk tetap di tempat meski merasa topiknya cukup berat bagi saya.
Tetapi justru ketika kelas berlangsung, apa yang disampaikan oleh Ibu Yuniyanti Chuzaifah, Ibu Anis Hidayah, Ibu Judha Nugraha, dan Ibu Siti Badriyah sangat membuka pikiran saya yang amat minim pengetahuan tentang pekerja migran.
Mulai dari isu-isu pekerja migran yang terabaikan seperti hak seksual, makna kepemimpinan perempuan yang bekerja, konsep muhrim dan mobilitas untuk migran, serta anak korban kekerasan seksual yang kehilangan data diri ayahnya.
Tentunya pula dari kelas ini ada sangat banyak peran ulama perempuan yang dibutuhkan dan masih sangat banyak kekosongan dan bisa kita isi bersama-sama untuk kemaslahatan bersama khususnya pekerja migran.
Karena hari ini si kecil tidur lebih cepat, saya pun tidak pergi ke lapangan untuk melihat pertunjukan yang telah panitia siapkan. Tetapi saya menyempatkan diri untuk mengunjungi booth-booth penyelenggara KUPI 2. Membeli beberapa buku dan souvenir sebagai bentuk dukungan atas gerakan-gerakan KUPI 2.
Hari Ketiga KUPI 2
Ini adalah hari penentu. Di mana pada hari ini setelah dua hari berturut-turut mendapatkan pemaparan tentang isu-isu yang selama ini erat kaitannya dengan kehidupan. Di hari ini pula KUPI 2 mencetuskan 5 pandangan keagamaan KUPI 2 antara lain adalah pertama tentang peminggiran perempuan dalam menjaga NKRI dari bahaya kekerasan atas nama agama.
Kedua, pengelolaan sampah untuk keberlanjutan lingkungan hidup dan keselamatan perempuan. Ketiga, perlindungan perempuan dari bahaya pemaksaan perkawinan.
Keempat, perlindungan jiwa perempuan dari bahaya kehamilan akibat pemerkosaan. Kelima, perlindungan perempuan dari bahaya P2GP tanpa alasan medis. Di hari kemarin dan hari terakhir KUPI 2 pula, akhirnya ada banyak isu yang saya dan suami bicarakan. Padahal sebelumnya jarang kami berdiskusi terkait isu-isu seperti ini.
Tentang apa yang kami dapatkan selama mengikuti KUPI 2 yang kedepannya tentu akan berdampak pada si kecil. Di mana ia kelak akan menjadi generasi penerus di masanya.
Seperti konsep toleransi antar agama yang menurut suami saya berdasarkan kelas halaqah yang ia ikuti. Ada beberapa peserta yang mungkin masih miss-perception padahal apa yang disampaikan oleh para guru seperti Buya Husein maupun KH. Faqihuddin Abdul Kodir sudah sangat jelas. Bahwasannya kegiatan atas nama kemanusiaan meskipun berbeda agama dan dalam bentuk apapun hakikatnya kita lakukan lantaran karena Tuhan atau lillahi ta’ala. Namun tetap saling menghormati antar pemeluk keyakinan.
Sehingga ketika yaumul hisab tiba, amalan kemanusiaan yang Tuhan hisab bukan karena menomor satukan kemanusiaan. Tetapi tetap menomor satukan Allah atau Tuhannya masing-masing atas dasar beribadah kepada Tuhan melalui aktivitas kemanusiaan. Seperti yang pernah KH. Faqihuddin Abdul Kodir tulis dalam artikel Ayat-ayat Relasi antar Umat Berbeda Agama dalam Perspektif Mubadalah. Yaitu meskipun berjalan beriringan, masing-masing dari kita harus memperkuat pondasi untuk saling menghormati keyakinan masing-masing (QS. al-Kaafiruun [109]: 6).
Terima kasih KUPI 2, saya pun akhirnya kembali pulang ke Jakarta bersama keluarga setelah sowan ke ndalem Bunyai Fatma di Dongkelan Krapyak. Masih ada banyak tulisan yang harus tertuangkan yang semoga bisa saya ulas di artikel yang akan datang. []