• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Tips Mendidik Adil Gender di Sekolah Dasar

Vika Inayati Vika Inayati
27/03/2020
in Publik
1
keadilan, gender
33
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Sedari kecil, lingkungan tempat kita berada sudah tertata tidak adil gender. Hal ini bisa dibuktikan dengan hal-hal sepele yang ada di sekitar kita. Kalau kita mengingat kembali alat permainan apa saja yang kita miliki di masa kecil, banyak hal yang sepertinya lumrah tapi sebenarnya menunjukkan bias gender.

Biasanya, anak perempuan bermain boneka dan masak-masakan, sedangkan anak laki-laki bermain layangan dan mobil-mobilan. Jika yang terjadi keterbalikkannya, maka masyarakat akan memandang hal tersebut sebagai sebuah ketidakwajaran. Anak perempuan akan dikatakan tomboy dan anak laki-laki akan dikatakan feminim, padahal sudah jelas bahwa alat permainan tidak memiliki jenis kelamin, ia boleh dimainkan oleh siapa saja.

Persoalannya adalah bagaimana peran kepemimpinan dijalankan, otoritas moral berlaku, serta hak sosial maupun penguasaan properti dibagi, cenderung didominasi oleh sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pihak dominan. Inilah yang kita sebut sebagai budaya patriarki. Budaya ini merupakan sebuah konstruksi sosial yang telah tertanam sejak lama. Di Indonesia, budaya patriarki sangat kental melekat pada alam bawah sadar masyarakatnya.

Ketimpangan ini berlaku di berbagai ranah kehidupan masyarakat, tak terkecuali sekolah. Saya sebagai pengajar, seringkali menemukan praktik patriarki yang dilakukan oleh siswa (maupun guru). Pernah suatu ketika mengajar pelajaran Bahasa Jawa kelas 3 SD, saya bertanya kepada anak didik, “Angsal mboten menawi lare jaler dolanan masak-masakan?” (Boleh atau tidak, jika anak laki-laki bermain masak-masakan?). Ruang kelas hening seketika, mereka diam cukup lama, dengan ragu-ragu beberapa anak menjawab boleh dan anak yang lainnya menjawab tidak. Peristiwa Ini juga menjadi bukti bahwa lingkungan anak belum adil gender.

Kita tidak bisa menuding satu pihak untuk menyelesaikan “persoalan” yang tidak terlihat sebagai persoalan ini. Budaya patriarki tentu saja diinternalisasikan sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan, kemudian dilestarikan melalui keluarga, teman sebaya, masyarakat, dan bahkan sekolah. Terlebih untuk anak kecil, struktur keluarga yang kaku membuat anak tidak punya alternatif pilihan sikap lain terhadap isu-isu gender. Disini menurut saya pentingnya sekolah mengambil peran sebagai agen kesetaraan gender.

Baca Juga:

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

Peran guru menjadi vital dalam memberikan pemahaman kesetaraan gender kepada anak di lingkungan sekolah. Guru dapat menggali materi-materi mana saja yang dapat diaplikasikan dengan adil gender. Mereka juga bisa mengolahnya dengan kreativitas agar mudah dipahami oleh anak dan menjadi pembelajaran yang bermakna.

Untuk itu, saya akan berbagi tips mendidik adil gender di sekolah, bagaimana caranya?

Pertama, banyak materi pelajaran yang dapat guru aplikasikan dengan adil gender, dalam muatan pelajaran PPKn tema 6 untuk kelas 6 SD misalnya, ada materi tentang hak dan kewajiban, dimana guru dapat menjelaskan materi tersebut dengan menyelipkan kesetaraan gender di dalamnnya.

Kedua, jelaskanlah kepada anak, bahwa kewajiban anak di rumah seperti menyapu, mencuci piring, mengasuh adik bukan hanya menjadi kewajiban anak perempuan saja, anak laki-laki juga memiliki kewajiban yang sama. Agar lebih efektif, guru bisa memberikan tugas praktik kewajiban seorang anak di rumah yang dibuktikan dengan dokumentasi foto dalam kurun waktu seminggu.

Ketiga, dalam tema 7 di kelas yang sama dengan tema Kepemimpinan, pada tema ini guru dapat menceritakan tokoh perempuan yang pernah menjadi pemimpin, karena selama ini pengetahuan anak tentang pemimpin hanya tertuju pada pemimpin laki-laki saja. Penting kiranya menekankan kepada anak didik bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin. Tambahkan pula ayat al-Qur’an tentang peran manusia sebagai khalifah di bumi untuk memperkuat penjelasan.

Keempat, kesetaraan gender juga bisa diciptakan melalui budaya sekolah, seperti dalam pengelolaan kelas, guru dapat memberikan peluang kepada anak perempuan untuk maju sebagai calon ketua kelas, sebab biasanya anak perempuan cenderung malu dan kurang berani untuk tampil menjadi pemimpin, sehingga guru perlu memberikan motivasi agar rasa percaya diri tumbuh pada anak.

Hal serupa juga bisa diterapkan ketika upacara bendera, seringkali petugas pemimpin upacara adalah anak laki-laki. Padahal anak perempuan juga mampu menjadi pemimpin upacara, oleh karena itu, dalam pembuatan jadwal petugas upacara, guru harus memperhatikan gender equality agar kesetaraan gender terbentuk di lingkungan sekolah dan akhirnya membudaya.

Guru memegang peranan utama dalam menanamkan pemahaman kesetaraan gender di lingkungan sekolah. Jika sejak dini anak sudah terbiasa hidup di lingkungan yang adil gender, maka perjuangan untuk menjadikan laki-laki dan perempuan setara akan lebih mudah. Pengalamannya di waktu kecil akan terpatri dan akan diaplikasikan sampai dewasa nanti.

Mengajarkan gender equality sejak dini menjadi penting untuk dilakukan. Pendidikan tentang kesetaraan gender dapat dilakukan utamanya di lingkungan keluarga, karena lingkungan keluarga merupakan tempat anak tumbuh dan berkembang yang pertama.

Selain itu, pendidikan adil gender juga penting diajarkan di lingkungan sekolah, sebab seperempat waktu anak dihabiskan di sekolah. Dengan demikian, budaya patriarki perlahan dapat dikikis dan berubah menjadi budaya kesalingan atau adil gender. Semoga harap ini menjadi nyata. []

Vika Inayati

Vika Inayati

Terkait Posts

Peran Aisyiyah

Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

20 Mei 2025
Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas

Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

20 Mei 2025
Inses

Grup Facebook Fantasi Sedarah: Wabah dan Ancaman Inses di Dalam Keluarga

17 Mei 2025
Dialog Antar Agama

Merangkul yang Terasingkan: Memaknai GEDSI dalam terang Dialog Antar Agama

17 Mei 2025
Inses

Inses Bukan Aib Keluarga, Tapi Kejahatan yang Harus Diungkap

17 Mei 2025
Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Jejak Aeshnina Azzahra Aqila Seorang Aktivis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman
  • Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version