Mubadalah.id – Salah satu kisah heroik perempuan yan jarang didengar oleh masyarakat Muslim adalah perempuan yang menyelamatkan Nabi Muhammad Saw saat Perang Uhud.
Saat semua laki-laki justru lari terpukul mundur dan menyelamatkan diri, meninggalkan Nabi Muhammad Saw terdesak oleh musuh dan sangat mungkin sekali terbunuh.
Bahkan sudah diisukan terbunuh karena rapatnya pasukan musuh yang meringsek barisan Nabi Muhammad Saw. Justru yang menjaga, melindungi, dan menyelamatkan Nabi Muhammad Saw adalah perempuan heroik yang bernama Nusaibah binti Ka’ab al-Anshariyah Ra.
Nusaibah binti Ka’ab al-Anshariyah Ra menyandang panggilan Ummu al-Asyaf, atau perempuan yang banyak luka pedang. Hal itu karena lebih dari 18 tempat di tubuhnya, terluka oleh pedang dan panah karena menyelamatkan Nabi Muhammad Saw.
Ini semua karena perempuan heroik merasa terpanggil sebagai bagian yang tak terpisahkan dari umat Islam. Mengapa banyak perempuan terlibat dan menjadi pemeluk Islam awal paling gigih? Jawabannya adalah seperti yang Umar bin Khathab Ra nyatakan sebagai berikut:
“Dulu, pada masa Jahiliah, kami tidak memperhitungkan perempuan sama sekali. Lalu ketika Islam datang, dan Allah menyebutkan (hak-hak) mereka.
Kami (para laki-laki) lalu memandang bahwa perempuan memiliki hak atas kami, sekalipun kami masih enggan melibatkan mereka dalam urusan-urusan kami.” (Shahih Bukhari, no. 5904).
Jika melihat jejak catatan dari al-Qur’an, para perempuan sering tidak penting oleh masyarakat Arab saat itu. Bahkan menguburnya saat bayi menjadi kebiasaan, karena mereka malu memiliki bayi Perempuan (QS. an-Nahl (16), 49).
Islam datang mengangkat harkat perempuan sebagai manusia utuh, dan membunuhnya saat bayi adalah kejahatan besar yang harus kita lawan di sini, di dunia, dan akan ia pertanggung jawabkan di akhirat nanti (QS. at-Takwiir (81): 8-9).*
*Sumber: tulisan Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Qiraah Mubadalah.