Mubadalah.id – Belum tuntas memahami istilah dari generasi millenial, generasi Z, dan generasi baby boom, sekarang kita berkenalan dengan istilah baru yaitu generasi strawberry. Mungkin bagi sebagian orang istilah ini tidak lagi asing, namun belum tentu bagi yang lainnya. Kedengarannya unik, namun istilah generasi strawberry mengandung makna positif sekaligus negatif.
Buah strawberry adalah buah semu yang artinya bukan buah sebenarnya. Buah strawberry merupakan pembesaran dari jaringan dasar bunga. Justru buah yang sesungguhnya adalah biji-biji berwarna putih dan berukuran kecil yang kita sebut Achen. Sama halnya dengan anak muda sekarang yang terlihat sangat hebat dan menarik dari luar. Namun ketika kita beri tekanan sedikit saja, mereka langsung hancur layaknya buah strawberry.
Menurut Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya yang berjudul Strawberry Generation, mengatakan bahwa generasi sekarang memiliki banyak ide cemerlang dan kreatifitas yang tinggi. Sayangnya, mereka mudah sekali menyerah, mudah sakit hati, lamban, egois, serta pesimis terhadap masa depan.
Tidak semua anak muda seperti itu, namun sebagian besar darinya termasuk dalam kelompok generasi strawberry. Ada dua sisi yang menarik sebagai pertimbangan sikap atas mereka. Yaitu karakteristiknya yang positif dan negatif. Kabar baiknya, generasi ini lebih menyukai tantangan, bekerja tidak melulu karena uang, berani menyampaikan pendapat, dan mudah beradaptasi dengan teknologi.
Eksplorasi Potensi
Generasi strawberry cenderung menghindari aktivitas yang monoton. Mereka lebih senang mengeksplor potensinya dengan hal-hal yang baru dan menantang untuk perkembangan jenjang karirnya. Selain itu, mereka tidak segan untuk mengutarakan ide-ide cemerlang dalam ruang publik. Tentunya ini sangat berpengaruh terhadap kemajuan bangsa.
Umumnya, bekerja adalah untuk mendapatkan upah berupa uang. Namun, cara pandang generasi strawberry terhadap pekerjaan tidak sebatas itu. Mereka memiliki tujuan lain, yaitu untuk mengembangkan kemampuannya dalam berbagai bidang sesuai minat dan bakatnya. Pantas saja, mereka kita sebut dengan generasi segudang kreatifitas. Tidak hanya itu, generasi strawberry sangat cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Berbeda sekali dengan generasi old alias kolonial.
Di sisi lain, generasi ini lebih mudah terjebak dalam zona nyaman, kurang memiliki rasa tanggung jawab, mudah menyerah, dan memiliki harapan yang tidak realistis. Kurangnya rasa tanggung jawab, seringkali membuat mereka mudah melimpahkan kesalahan kepada orang lain. Mudah menyerah, yaa ini ciri khas yang melekat pada generasi strawberry. Tekanan sosial yang ada justru membuat mereka menjadi pribadi yang mudah mengeluh dan cepat tersinggung. Seringkali generasi strawberry memiliki harapan yang sangat tinggi, namun senjang sekali dengan realitas yang ia lakukan.
Self Diagnose
Intinya adalah, apa penyebab munculnya generasi strawberry? Tentu ada berbagai faktor yang melatar belakanginya. Pertama, self diagnose yang terlalu dini tanpa dampingan ahli. Kemajuan teknologi menjadi ladang bagi informasi terbang berserakan. Banyaknya informasi yang diterima, seringkali langsung ia telan mentah-mentah tanpa melakukan crosscheck terlebih dahulu. Itulah generasi strawberry yang suka terburu-buru. Sekali lagi, kemajuan teknologi adalah keniscayaan, namun harus kita barengi dengan kemampuan literasi yang cukup.
Contoh kecilnya adalah ketika terjadi sesuatu pada diri mereka, mereka langsung berlari meminta jawaban kepada Google atau para netizen di sosial media. Tidak sepenuhnya salah, namun akan lebih berbahaya jika informasi yang ia dapatkan langsung diterima tanpa tersaring terlebih dahulu. Misalnya lagi dalam hal kesehatan, mereka terlihat cukup aware terhadap kesehatan mental dirinya.
Namun, mereka terburu-buru melakukan self diagnose yang dampaknya bisa membuat mereka overthinking atau cemas berlebihan. Fase ini seringkali anak muda alami berusia 20-an yang akrab kita sebut dengan Quarter life crisis.
Parenting
Kedua, parenting atau pola asuh orang tua. Gaya pengasuhan orang tua sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang dan karakter anak. Jika orang tua sering memanjakan, overprotective, dan terus menerus ikut campur dengan urusan anak. Maka sangat memungkinkan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan kesulitan dalam menentukan pilihan yang baik dan buruk atas diri dia.
Jangan abai, jangan melumrahkan segala kesalahan anak tanpa adanya tanggung jawab dan pemahaman akan konsekuensi sebuah tindakan. Bersikaplah layaknya orang dewasa. Ajarkan anak sikap bertanggung jawab dan berjuang. Jangan terlalu kita manjakan, agar mereka mampu menghargai sebuah proses dan tidak egois terhadap lingkungan sekitar.
Labelling
Ketiga, labelling atau panggilan yang tersematkan oleh orang tua kepada anak. Ucapan yang tidak sengaja keluar dari mulut orang tua akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Apalagi jika melakukannya secara sadar dan berulang-ulang. Tentu dampak negatifnya jauh lebih besar terhadap pertumbuhan karakter anak.
Misalnya, orang tua menyebut anak dengan si pemalas, lamban, ceroboh, susah diatur, dan lain sebagainya. Ucapan tersebut akan memengaruhi sikap percaya diri anak ketika dewasa. Mereka merasa diri dia tidak berharga dan engan berjuang meraih sesuatu karena mereka mengamini ucapan orang tuanya.
Tidak hanya itu, pelabelan positif juga kurang baik jika dilakukan secara berlebihan. Orang tua yang menyebut anaknya dengan princess, si paling pintar, terhebat, dan lainnya. Justru membangun karakter anak menjadi pribadi yang sombong dan tidak jarang merendahkan orang lain. Begitu riskannya ilmu parenting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Maka sebagai calon orang tua, sangat dianjurkan memahami ilmu parenting sebelum berumah tangga.
Sedikit tips untuk menjadi generasi strawberry yang lebih tangguh adalah dengan membekali diri dengan literasi digital yang baik, pola asuh dan dukungan positif dari orang tua, dan sistem pendidikan yang kita sesuaikan dengan kebutuhan zaman. Agaknya sulit mengubah sifat strawberry yang rapuh menjadi kuat. Namun paling tidak harus ada upaya yang maksimal untuk membuatnya lebih berkualitas dan daya saing yang tinggi. []