• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Bagaimana Cara Menghilangkan Trauma Keguguran?

Vevi Alfi Maghfiroh Vevi Alfi Maghfiroh
13/11/2022
in Keluarga
0
Bagaimana Cara Menghilangkan Trauma Keguguran?

Bagaimana Cara Menghilangkan Trauma Keguguran?

76
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id– Bagaimana cara menghilangkan trauma keguguran? Akhir-akhir ini saya suka menonton vlog keluarga, salah satunya adalah keluarga artis Kinos Gina. Keluarga ini selalu saja memiliki ide konyol dalam mengisi konten youtubenya, salah satunya adalah saat mereka membuat challenge memakai kaos kaki dan sepatu.

Kala itu Gina sedang hamil dan Kinos diberi balon isi air yang ditumpuk dengan bantal dan diikat di atas perutnya. Kongklusi video tersebut adalah bahwa menjadi perempuan secara fisiologi tidak mudah.

Kodrat alamiah perempuan memiliki banyak fase dan siklus yang harus diperhatikan, baik saat menstruasi, mengandung, melahirkan, nifas, dan menyusui. Inilah lima pengalaman biologis perempuan yang tidak bisa dirasakan dan digantikan perannya oleh laki-laki. Karenanya menjadi wanita menurut kodratnya pun tidak mudah.

Namun Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan telah mengajarkan bagaimana menyikapi pengalaman biologis perempuan. Perhatikanlah fi’il amr (kata kerja perintah) pada surat Al-Baqarah ayat 222, kalimat ‘fa’taziluu’ ‘wa la taqrobuu’ dan ‘fa tuuhunna’ merupakan fi’il amr yang dzamir nya kembali kepada laki-laki.

Pada keadaan dimana menstruasi merupakan kodrat alami perempuan, namun secara jelas perintah dalam ayat ini ditujukan kepada laki-laki, maka barang tentu ayat ini mengajarkan laki-laki untuk bersikap empati dan welas asih kepada perempuan. Pesan ini selalu disampaikan oleh Dr. Nur Rofi’ah bil Uzm dalam setiap ngaji Keadilan Gender Islam (KGI) yang diasuhnya.

Baca Juga:

Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan

Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban

Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

Begitu juga dalam surat Luqman ayat 14 yang menjelaskan tentang masa kehamilan dan menyusui. Kata ‘al insan’ dalam ayat ini mencakup makna laki-laki dan perempuan, sebuah perintah untuk menghormati dan berbakti kepada ibu. Penghormatan ini juga berlaku saat perempuan sedang hamil.

Perempuan hamil selalu merasa tidak nyaman, ini disebabkan karena ada makhluk hidup yang berada di dalam perutnya. Dalam ketidaknyamanan ini, laki-laki harus berempati dan memberinya ketenangan. Membantu perempuan berfikir positif saat hamil juga perlu, apalagi jika terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti saat keguguran.

Saat perempuan mengalami keguguran, suami dan orang-orang sekitarnya harus menguatkan dan membantunya untuk bersabar. Bagi seorang perempuan yang mengalami fase ini, ia terluka secara fisik dan psikisnya. Mungkin luka fisik saat pendarahan akan sembuh dalam beberapa hari, namun luka psikis dan trauma keguguran akan sulit dihilangkan tanpa bantuan kerabat dekatnya.

Dalam keadaan ini, suami dan kerabatnya harus menghindari kalimat dan perkataan yang mengintimidasi atas keguguran yang dialami perempuan tersebut. Seperti pernyataan ‘kecapean’ dan ‘kandungan lemah’ sebagai penyebab kegugurannya.

Dua pernyataan ini membuat perempuan pasca keguguran cenderung selalu menyalahkan dirinya terus-menerus. Dalam fase kehilangan ini, dukungan dari orang terdekat sangat dibutuhkan agar Si Perempuan tidak mengalami trauma menahun.

Selain itu, mendekatkan diri kepada Tuhan juga merupakan cara ampuh untuk mengatasi kesedihan yang dialami perempuan pasca keguguran. Karena hakikatnya kehamilan, kelahiran, dan keguguran merupakan kehendak Tuhan secara langsung. Keguguran tidak ada hubungannya dengan faktor kecapean dan rahim lemah.

Dalam beberapa kondisi yang sama, banyak perempuan hamil yang berkegiatan namun tidak mengalami keguguran. Begitupun juga tidak ada alasan ‘kandungan lemah,’ karena tidak ada rahim yang diciptakan lemah. Al-Qur’an telah menyebutkan bahwa Rahim adalah tempat terkuat dan sebaik-baiknya yang diciptakan oleh Tuhan untuk umat-Nya.

Oleh sebab itu, mendekatkan diri kepada Tuhan dan berkegiatan positif, dukungan suami, keluarga, dan kerabat juga sangat penting dalam menyikapi psikologi perempuan pasca keguguran. Satu hal yang harus diingat bahwa hamil dan melahirkan bukan perlombaan balap yang harus dibandingkan antara satu dengan lainnya.

Demikian penjelasan terkait bagaimana cara menghilangkan trauma keguguran? Semoga bermanfaat. []
Vevi Alfi Maghfiroh

Vevi Alfi Maghfiroh

Admin Media Sosial Mubadalah.id

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • KDRT

    3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID