Mubadalah.Id– Bagaimana cara menghilangkan trauma keguguran? Akhir-akhir ini saya suka menonton vlog keluarga, salah satunya adalah keluarga artis Kinos Gina. Keluarga ini selalu saja memiliki ide konyol dalam mengisi konten youtubenya, salah satunya adalah saat mereka membuat challenge memakai kaos kaki dan sepatu.
Kala itu Gina sedang hamil dan Kinos diberi balon isi air yang ditumpuk dengan bantal dan diikat di atas perutnya. Kongklusi video tersebut adalah bahwa menjadi perempuan secara fisiologi tidak mudah.
Kodrat alamiah perempuan memiliki banyak fase dan siklus yang harus diperhatikan, baik saat menstruasi, mengandung, melahirkan, nifas, dan menyusui. Inilah lima pengalaman biologis perempuan yang tidak bisa dirasakan dan digantikan perannya oleh laki-laki. Karenanya menjadi wanita menurut kodratnya pun tidak mudah.
Namun Al-Qur’an sebagai pedoman kehidupan telah mengajarkan bagaimana menyikapi pengalaman biologis perempuan. Perhatikanlah fi’il amr (kata kerja perintah) pada surat Al-Baqarah ayat 222, kalimat ‘fa’taziluu’ ‘wa la taqrobuu’ dan ‘fa tuuhunna’ merupakan fi’il amr yang dzamir nya kembali kepada laki-laki.
Pada keadaan dimana menstruasi merupakan kodrat alami perempuan, namun secara jelas perintah dalam ayat ini ditujukan kepada laki-laki, maka barang tentu ayat ini mengajarkan laki-laki untuk bersikap empati dan welas asih kepada perempuan. Pesan ini selalu disampaikan oleh Dr. Nur Rofi’ah bil Uzm dalam setiap ngaji Keadilan Gender Islam (KGI) yang diasuhnya.
Begitu juga dalam surat Luqman ayat 14 yang menjelaskan tentang masa kehamilan dan menyusui. Kata ‘al insan’ dalam ayat ini mencakup makna laki-laki dan perempuan, sebuah perintah untuk menghormati dan berbakti kepada ibu. Penghormatan ini juga berlaku saat perempuan sedang hamil.
Perempuan hamil selalu merasa tidak nyaman, ini disebabkan karena ada makhluk hidup yang berada di dalam perutnya. Dalam ketidaknyamanan ini, laki-laki harus berempati dan memberinya ketenangan. Membantu perempuan berfikir positif saat hamil juga perlu, apalagi jika terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti saat keguguran.
Saat perempuan mengalami keguguran, suami dan orang-orang sekitarnya harus menguatkan dan membantunya untuk bersabar. Bagi seorang perempuan yang mengalami fase ini, ia terluka secara fisik dan psikisnya. Mungkin luka fisik saat pendarahan akan sembuh dalam beberapa hari, namun luka psikis dan trauma keguguran akan sulit dihilangkan tanpa bantuan kerabat dekatnya.
Dalam keadaan ini, suami dan kerabatnya harus menghindari kalimat dan perkataan yang mengintimidasi atas keguguran yang dialami perempuan tersebut. Seperti pernyataan ‘kecapean’ dan ‘kandungan lemah’ sebagai penyebab kegugurannya.
Dua pernyataan ini membuat perempuan pasca keguguran cenderung selalu menyalahkan dirinya terus-menerus. Dalam fase kehilangan ini, dukungan dari orang terdekat sangat dibutuhkan agar Si Perempuan tidak mengalami trauma menahun.
Selain itu, mendekatkan diri kepada Tuhan juga merupakan cara ampuh untuk mengatasi kesedihan yang dialami perempuan pasca keguguran. Karena hakikatnya kehamilan, kelahiran, dan keguguran merupakan kehendak Tuhan secara langsung. Keguguran tidak ada hubungannya dengan faktor kecapean dan rahim lemah.
Dalam beberapa kondisi yang sama, banyak perempuan hamil yang berkegiatan namun tidak mengalami keguguran. Begitupun juga tidak ada alasan ‘kandungan lemah,’ karena tidak ada rahim yang diciptakan lemah. Al-Qur’an telah menyebutkan bahwa Rahim adalah tempat terkuat dan sebaik-baiknya yang diciptakan oleh Tuhan untuk umat-Nya.
Oleh sebab itu, mendekatkan diri kepada Tuhan dan berkegiatan positif, dukungan suami, keluarga, dan kerabat juga sangat penting dalam menyikapi psikologi perempuan pasca keguguran. Satu hal yang harus diingat bahwa hamil dan melahirkan bukan perlombaan balap yang harus dibandingkan antara satu dengan lainnya.