Mubadalah.id – Tentu di antara kita masih banyak terjadi ketimpangan relasi suami-istri. Di antara kawan saya masih ada seorang suami yang “mengatur” gerak istri dan tidak mau mendengar apapun yang diusulkan atau dikeluhkan istrinya. Sang suami merasa sebagai pemimpin rumah tangga yang keputusan dan pendapatnya tidak boleh dibantah. Jika hal ini terus berlanjut dan tidak ada perubahan sepertinya para perempuan dituntut untuk selalu “bersabar” untuk tidak kesal, tidak marah karena tidak dihargai. Bagaimana dengan Rasulullah? Apakah Rasulullah pernah berdebat dengan istrinya? (Baca: Sikap Laki-laki terhadap Perempuan Tentukan Kualitas Iman dan Takwa)
Apakah sikap para lelaki itu sesuai dengan ajaran Rasul? Tentu saja tidak. Dalam suatu hadits: Dari Ibnu Abbas ra, Umar bin Khattab ra. berkata: “Kami pada masa Jahiliyah tidak memperhitungkan perempuan sama sekali, sehingga Allah menurunkan ayat untuk mereka dan memberikan hak-hak mereka. Ketika saya memiliki suatu pendapat tertentu, tiba-tiba istri saya menimpali: “Cobalah berbuat yang ini atau yang itu”, saya jawab: “Apa hakmu ikut campur pada hal-hal yang menjadi urusan saya?”, sang istri menimpali: “Aneh kamu ini anak Khattab tidak mau menerima pendapat istri, padahal puterimu biasa bertukar pikiran dan mendebat bahkan sampai pernah membuat Rasul gundah seharian.” Umar langsung bergegas mengambil selendangnya masuk ke kamar Hafshah, putrinya yang juga istri Nabi Saw, Umar berujar: “Putriku, kamu biasa mendebat Rasulullah bahkan sampai ia gundah seharian?” Hafsah menjawab: “Demi Allah kami semua biasa mendebatnya”.