Mubadalah.id – Hadis larangan perempuan memakai parfum harus dimaknai dalam semangat positif. Islam menganjurkan setiap orang untuk tampil pantas, baik, dan menyenangkan pandangan orang lain.
Simak apa yang dikatakan Ibu Hj. Sinta Nuriyah Wahid dan Tim FK3 (Forum Kajian Kitab Kuning) mengenai teks Hadis larangan perempuan memakai parfum ini:
“Hadis ini sering dipahami sebagai dasar untuk melarang perempuan tampil pantas dan indah, lebih-lebih di hadapan publik. Padahal tampil jelek, tidak bersih dan berbau badan yang mengganggu orang lain adalah tidak sesuai dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya kebersihan dan kesucian diri.”
“Dengan kebersihan dan kesucian seseorang akan merasa nyaman dengannya, demikian pula orang-orang yang ada di sekitarnya. Wajibnya wudhu setiap kali hendak shalat, sunah untuk wudhu dan bersiwak (menggosok gigi) setiap saat menunjukkan bahwa kesucian dan kebersihan hidupnya sangat kita utamakan.”
Ajaran Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an, ada ajaran-ajaran umum yang menegaskan bahwa Allah Swt menghalalkan segala hal yang baik. Bahkan memerintahkan umat mengambil hiasan ketika berada di ruang publik (QS. al-Araf (7): 31-33).
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ (31) قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِيْنَةَ اللّٰهِ الَّتِيْٓ اَخْرَجَ لِعِبَادِهٖ وَالطَّيِّبٰتِ مِنَ الرِّزْقِۗ قُلْ هِيَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَّوْمَ الْقِيٰمَةِۗ كَذٰلِكَ نُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ (32) قُلْ اِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْاِثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَاَنْ تُشْرِكُوْا بِاللّٰهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهٖ سُلْطٰنًا وَّاَنْ تَقُوْلُوْا عَلَى اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ (33)
Artinya: “Wahai manusia, anak cucu Adam, gunakanlah hiasanmu ketika berangkat ke masjid, makan dan minumlah, tetapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Dia (Allah) tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan. (31)
Katakan (wahai Muhammad): siapakah (yang berani) mengharamkan (keindahan) hiasan Allah yang memang Allah Swt ciptakan untuk semua hamba-Nya? (Dan siapa pula yang berani melarang mereka dari) segala karunia yang baik dan enak? Katakan (wahai Muhammad), semua itu (keindahan dan karunia yang baik) itu (halal) bagi orang-orang yang beriman, dan akan menjadi khusus (milik mereka) kelak nanti pada hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat ini kepada orang-orang yang (mau) mengetahui. (32)
Katakanlah (wahai Muhammad): sesungguhnya, Tuhanku hanya mengharamkan keburukan-keburukan, baik yang tampak atau tersembunyi, berbuat dosa, berlaku curang, tanpa hak sama sekali, juga menyekutukan Allah, padahal jelas hal ini (menyekutukan Allah) tidak ada dukungan argumentasi (akal maupun wahyu) sama sekali, juga (yang haram adalah) mengatasnamakan Allah pada sesuatu yang tidak kamu ketahui. (33) (QS. al-A’raf (7): 31-33). []