Mubadalah.id – Kondisi tatanan sosial kemasyarakatan di masa sebelum Nabi terlahirkan sangatlah memprihatinkan. Dalam catatan sejarah alkisah kondisi Arab Jahiliyah yang suram dari semua sisi kehidupan. Di sinilah peran penting misi pembebasan Nabi.
Dari sisi ekonomi misalnya terjadi semacam penjajahan ekonomi dari yang kuat terhadap yang lemah, sehingga para buruh menjadi orang-orang marjinal yang bekerja dengan upah rendah, hidup dengan kondisi miskin dan merana. Di sisi lain mereka tidak dapat memperjuangkan hak-hak mereka.
Perbudakan juga merajalela. Jumlahny tak terhitung. Mereka terpaksa bekerja tanpa upah. Sedangkan budak perempuan terpaksa melayani tuan-tuannya. Pada saat itu manusia tidak memiliki harkat martabatnya. Lebih luas, para perempuan merdeka juga terkungkung sedemikian rupa, diperlakukan tak ubahnya seperti properti yang bahkan dapat mereka wariskan.
Mereka tidak diberi peluang untuk memainkan peran independen dalam bidang sosial, ekonomi, dan juga politik. Rendahnya nilai perempuan di masa itu dapat kita jumpai dalam Alquran yang mengisahkan kekejaman Arab Jahiliyah terhadap perempuan dengan mengubur bayi perempuan hidup-hidup.”
Kondisi Masyarakat Arab Jahiliyah
Arab Jahiliyah juga sangat tertutup terhadap konsep kemanusiaan suku lain. Mereka tidak dapat hidup berbeda dan berdampingan. Dalam catatan sejarah tersebutkan bahwa mereka terdiri dari banyak suku dan kabilah yang hidup bersebelahan namun saling bermusuhan.
Sikap membangga banggakan suku ini melahirkan keakuan dan keangkuhan yang terpelihara oleh setiap suku. Hanya dengan sedikit kesalahpahaman dengan suku lain, dapat saja menyulut sebuah konflik besar yang akan diwarisi ke beberapa keturunan.
Dalam kondisi sosial seperti inilah Nabi Muhammad dilahirkan. Nabi telah diutus untuk menyelesaikan PR-PR kemanusiaan yang masyarakat Jahiliyah alami pada saat itu. Sehingga tujuan diutusnya Nabi bukan hanya untuk mengajarkan monoteisme semata, melainkan untuk membebaskan manusia dari ketertindasan sosial yang dialami oleh kelompok-kelompok marjinal atau mereka yang disebut Alquran sebagai mustadh’afiin.
Oleh sebab itu menurut Asghar Ali Engineer misi Islam yang Nabi bawa pada dasarnya adalah untuk memerangi kelompok-kelompok berkuasa yang selalu melanggengkan penindasan terhadap mereka yang lemah.
Meminjam ide Asghar Ali Engineer, maka ia menyebutkan setidaknya terdapat 4 misi pembebasan Nabi berdasarkan latar sosial kehidupan Arab pra kelahiran Nabi:
Pembebasan Perempuan
Perempuan Arab yang sebelumnya mereka jadikan sebagai properti dan dianggap tidak layak untuk hidup kemudian terangkat derajatnya oleh Islam. Mereka yang sebelumnya diwariskan, maka setelah Nabi membawa risalah Islam para perempuan itu justru mendapatkan warisan.
Peran-peran sosial mereka yang sebelumnya tidak hanya di Arab melainkan juga di hampir seluruh peradaban dunia tidak terakui atau malah dihentikan, pada periode Islam justru diberi jalan untuk berkontribusi. Peran mereka terakui, kesaksian mereka kita terima, merela mendapat dengan pantas selayaknya manusia.
Dalam pernikahan juga terjadi pembebasan yang tujuannya adalah liberasi terhadap perempuan. Sebelumnya di masa jahiliyah seorang laki-laki bisa beristri berapa saja sekehendak hati. Sehingga tidak ada landasan hukum yang dapat melindungi hak-hak perempuan pada saat itu.
Setelah Islam datang, maka poligami hanya terbatasi menjadi empat saja. Meskipun pada prinsipnya yang Islam inginkan sendiri adalah mendukung prinsip monogami dengan menekankan tentang ketidakmampuan manusia berlaku adil.
Di samping itu juga terjadi perubahan dalam konsep pernikahan yang dulunya adalah perkawinan penundukan yang menurut Amina Wadud dalam bukunya Quran and Women merupakan wajah utama model pernikahan. Di mana konsep itu melegalkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan hanya untuk menuntut kepatuhannya terhadap suami.
Setelah Islam datang perempuan terbebaskan dari perkawinan penundukan model itu. Lalu beralih kepada konsep pernikahan yang saling mencintai mawaddah warahmah. Meskipun konsep kepemimpinan suami atas atas istri dalam rumah tngga adalah prinsip Alquran. Namun Nabi mencontohkan tegaknya kepemimpinan itu mestilah dengan kasih sayang bukan dengan penundukan.
Pembebasan ekonomi
Sebelum Islam turun, riba merupakan gambaran umum yang terjadi di kota Mekah. Ketimpangan ekonomi adalah wajah sehari-hari. Di mana si miskin makin miskin sedangkan yang kaya berkuasa untuk memperdaya. Islam datang dengan semangat liberasi, dengan tidak membiarkan terjadinya pelanggengan terhadap eksplotasi ekonomi atas yang miskin oleh yang kaya.
Islam kemudian mengeluarkan konsep ekonomi kontributifnya melalui zakat dan sedekah. Di samping itu Nabi perlahan menutup semua peluang-peluang yang akan dapat orang-orang berkuasa gunakan untuk meraup keuntungan secara tidak adil dan memperdalam jurang kesenjangan ekonomi.
Pintu-pintu yang tertutup itu misalnya ialah dengan melarang membeli padi yang masih hijau di sawah, penimbunan, pasar gelap dan sebagainya. Perubahan berupa pembebasan ekonomi seperti inilah yang Nabi lakukan untuk menciptakan keadilan ekonomi di wilayah Arab.
Pembebasan kemanusiaan
Tindakan liberative lainnya yang Nabi lakukan sebagai sebuah misi kenabiannya ialah, membebaskan manusia dari keterjajahan dari manusia yang lain. Nabi perlahan menghapuskan perbudakan dengan menjadikan pembebasan terhadap budak sebagai opsi pertama dalam kifarat.
Langkah yang Nabi lakukan merupakan sebuah simbol yang menunjukkan bahwa Islam dengan ajaran yang ia bawa memberi pesan bahwa semua manusia sama di hadapan Allah. Dalam mempromosikan konsep kesetaraan inilah kemudian Nabi memasukkan nilai absolut yang menjadi pembeda manusia. Yaitu hanya ketakwaannya, bukan status sosialnya.
Aksi liberasi ini Nabi tunjukkan dengan memerdekakan serang budak berkulit hitam bernama Bilal bin Rabah. Hingga kemudian tidak hanya menjadi merdeka namun juga Nabi minta untuk menjadi muazin.
Dalam sekejap perubahan status sosial Bilal yang sebelumnya hanyalah seorang budak yang tidak memiliki kemerdekaan terhadap diri itu terbebaskan oleh nabi menjadi seseorang yang mulia dan mengumandangkan azan. Inilah sebuah tindakan liberasi yang revolusioner yang Nabi lakukan.
Pembebasan sosial
Islam sebagaimana yang Nabi ajarkan tidak pernah memaksakan keyakinannya kepada orang lain. Meskipun Islam adalah agama tauhid, namun Nabi tidak serta merta menghunuskan pedangnya untuk memberantas penyembahan kepada selain Allah pada saat itu.
Liberasi agama yang Nabi usung terlihat dari nilai-nilai toleransi yang Nabi bawa ke tanah Arab yang sangat tinggi rasa kesukuannya. Sebelumnya telah tersebutkan bahwa perseteruan di dalam bangsa Arab dapat saja terpicu oleh hal-hal yang remeh, yang menandakan tidak adanya konsep inklusifitas dalam masyarakat Arab pra Islam.
Mereka sangat eksklusif yang walaupun hidup bersebelahan namun tidak pernah berdamai. Lalu Nabi datang dengan prinsip perdamaian. Nabi mencontohkan bagaimana hidup berdampingan dengan rukun dan penuh toleransi.
Nabi membebaskan konsep Masyarakat yang awalnya eksklusif menjadi inklusif dengan mendorong masyarakat Arab untuk dapat bersikap toleran terhadap perbedaan baik suku, budaya maupun agama. Kerukunan melalui toleransi ini dapat kita lihat dari kehidupan Nabi dan umat Islam yang damai dan rukun di tengah umat-umat lain dari agama Kristen maupun Yahudi yang tinggal di Madinah pada saat itu. []