Mubadalah.id – Teks hadis di bawah ini menjelaskan mengenai wahyu yang turun ketika Nabi Muhammad bersama Aisyah. Berikut hadis yang dimaksud:
عن عائشة رضي الله عنها، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لأم سلمة: «لاَ تُؤْذِينِى فِى عَائِشَةَ، فَإِنَّ الْوَحْىَ لَمْ يَأْتِنِى، وَأَنَا فِى ثَوْبِ امْرَأَةٍ إِلاَّ عَائِشَةَ». رواه البخاري في صحيحه، رقم الحديث: 2620، ، كتاب الهبة، باب مَنْ أَهْدَى إِلَى صَاحِبِهِ وَتَحَرَّى بَعْضَ نِسَائِهِ دُونَ بَعْضٍ.
Terjemahan: Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Saw berkata kepada Umm Salamah ra: “Jangan sakiti saya tentang Aisyah, karena wahyu turun pada saya justru ketika berada dalam selimut Aisyah”. (Sahih Bukhari, no. Hadis: 3821).
Sumber Hadis: Hadis ini diriwayatkan Imam Bukhari dalam Sahihnya (no. Hadis: 3821), Imam Turmudzi dalam Sunannya (no. Hadis: 4253), Imam Nasa’i (no. Hadis: 3966 dan 3967), dan Imam Ahmad dalam Musnadnya (no. Hadis: 27155).
Penjelasan Singkat: Mungkin ucapan Nabi Saw ini pada saat itu disampaikan kepada Umm Salama ra sebagai ajakan untuk tidak saling mengejek antara istri-istri, setidaknya tidak kepada Aishah ra. Karena posisi Aisha ra yang begitu istimewa di mata Nabi Saw.
Salah satu alasannya, karena wahyu tetap turun sekalipuan Nabi Saw sedang di dalam selimut Aisha ra. Atau bisa jadi sedang dalam satu selimut dengan Aishah ra. Atau bisa jadi juga tidur bersama. Di samping itu, teks hadis ini sangat relevan untuk mengkritik orang-orang yang masih beranggapan bahwa perempuan akan menjauhkan seseorang dari Tuhan.
Dalam berbagai peradaban, juga pemahaman berbagai agama dunia, perempuan seringkali dianggap sebagai faktor yang menghambat seseorang untuk bisa dekat dengan Tuhan. Pada masa Nabi Saw, beberapa Sahabat juga meyakini hal ini dan memilih tidak menikah demi mencapai kedekatan dengan Allah Swt. Keyakinan inilah yang dikoreksi Nabi Saw. Dan mereka yang meninggalkan menikah karena keyakinan ini dicap sebagai orang yang justru memunggungi Sunnah Nabi Saw.
Anehnya, sampai saat ini keyakinan seperti ini masih banyak bercokol pada pikiran banyak orang. Parahnya, keyakinan ini mendorong sebagian orang untuk menjauhkan perempuan dari segala tempat ibadah dan pusat-pusat pengetahuan. Bahkan dari pusat-pusat kekuasaan.
Hadis di atas menegaskan bahwa persoalannya bukan ada pada perempuan. Tetapi, bisa jadi, justru ada pada cara pandang laki-laki dan sejauh mana komitmen mereka dalam menjaga diri dari ketertarikan terhadap perempuan.