• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Keterlibatan Perempuan dalam Puncak Upacara Adat Seren Taun di Cigugur

Keterlibatan perempuan dalam semua rangkaian perayaan Seren Taun menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam melestarikan dan menghidupkan nilai-nilai tradisi dan budaya Sunda.

Fuji Ainnayah Fuji Ainnayah
22/07/2024
in Personal
0
Seren Taun

Seren Taun

323
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada tanggal 29 Juni 2024 kemarin merupakan puncak perayaan upacara Adat Seren Taun Masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur Kabupaten Kuningan.

Melansir laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Kemendikbud, upacara adat ini digelar sebagai rasa syukur masyarakat Sunda khususnya para petani kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala hasil pertanian yang didapat, sembari berdoa dan berharap hasil panen di tahun yang akan datang dapat meningkat.

Pada puncak perayaan Seren Taun ini, aku dan teman-teman Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) ISIF Cirebon mengikuti langsung perayaan puncak Masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda (AKUR).

Pada acara puncak Seren Taun diawali dengannmenyanyikan lagu Indonesia Raya dengan 3 stanza, diikuti oleh berbagai pertunjukan tarian.

Aku menyaksikan ada banyak sekali tarian khas tradisi dan budaya Sunda. Mulai Tari Jamparing Apsari, Tari Puragabaya Gebang, dan Tari Buyung.

Baca Juga:

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

Memaknai Aurat Perempuan secara Utuh

Saat awal acara puncak ini dimulai dengan Tari Jamparing Apsari, membuatku sangat terkesima. Terlebih para penari yang terdiri dari 12 penari perempuan berlegak-legok dengan indah.

Mereka mengenakan busana khas Sunda dengan hiasan bunga melati dan selendah merah muda. Apalagi dengan membawa busur dan panah, menambah kesatrian para perempuan Sunda.

Setelah selesai tarian yang pertama, dilanjut dengan Tari Puragabaya Gebang. Tarian ini sangat menggambarkan ketangguhan dan keperkasaan prajurit perempuan Sunda dalam melawan penjajahan dan keangkaramurkaan.

Tari Buyung

Dari rangkaian puncak ini ditutup dengan Tari Buyung. Tari ini merupakan mahakarya dari Ratu Emalia istri Pangeran Djatikusuma.

Dalam Tari Buyung ini para penari perempuan membawa kendi di atas kepala. Ini sangat mencerminkan kebersihan dan keseimbangan alam. Kurang lebih dalam tarian ini memiliki nilai “di mana bumi di pijak di situ langit dijunjung.”

Setelah sesi persembahan tarian, acara selanjutnya adalah iringan para orang tua, pemuda dan pemudi, hingga anak-anak membawa seluruh hasil bumi seperti padi, sayur-sayuran, hingga buah-buahan. Mereka semua menuju Paseban Paseban Tri Panca Tunggal.

Dengan melibatkan seluruh generasi pada prosesi iringan hasil bumi ini menjadi pembelajaran bahwa masyarakat AKUR Sunda Wiwitan selalu menjaga tradisi dan budayanya. Bahkan hingga ke anak cucu mereka.

Setelah semua hasil bumi masuk ke dalam Paseban, acara selanjutnya adalah dengan nutu pare atau menumbuk padi. Pada saat menumbuk padi, masyarakat AKUR Sunda Wiwitan membolehkan semua orang yang hadir untuk melakukan penumbukkan tersebut.

Peran Perempuan

Keterlibatan perempuan dalam semua rangkaian perayaan Seren Taun menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran penting dalam melestarikan dan menghidupkan nilai-nilai tradisi dan budaya Sunda.

Mereka tidak hanya terlibat dalam pertunjukan seni seperti tari-tarian yang banyak akan makna simbolis. Tetapi juga aktif dalam berbagai aktivitas yang menandai keterlibatan mereka dalam menjaga keharmonisan antara manusia dan alam.

Dari Tari Jamparing Apsari misalnya, tarian ini sangat memperlihatkan kehalusan dan keanggunan gerakan. Lalu, Tari Buyung. Dalam tarian ini sangat menggambarkan tentang kebersihan dan keseimbangan alam. Sehingga dalam tari ini, perempuan memainkan peran kunci dalam melestarikan nilai-nilai budaya serta kearifan lokal.

Kemudian, pada saat nutu pare menjadi momen kolaboratif yang menunjukkan kesatuan komunitas dalam merayakan hasil panen. Di mana perempuan turut serta dalam proses tradisional ini dengan penuh semangat dan keikhlasan.

Dengan demikianlah, upacara Seren Taun bukan hanya menjadi sarana untuk memperkuat ikatan sosial antara sesama anggota masyarakat. Tetapi juga sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan nilai sosial dan spiritual yang mendalam. []

Tags: AcaraCigugurKeterlibatanperempuanPuncakSeren Taun
Fuji Ainnayah

Fuji Ainnayah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Tubuh yang Terlupakan

Luka Cinta di Dinding Rumah: Tafsir Feminis-Spiritual atas Tubuh yang Terlupakan

3 Juni 2025
Kurban

Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

2 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • KDRT

    3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID