• Login
  • Register
Sabtu, 21 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kesadaran Gender

Sekali lagi ini soal kesadaran. Bahwa semua masyarakat membedakan antara laki-laki dan perempuan secara sosial tentu saja betul. Tetapi secara sadar membedakan antara keduanya, tidak semua masyarakat memilikinya.

Redaksi Redaksi
07/08/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Kesadaran gender

Kesadaran gender

404
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kesadaran gender adalah kesadaran untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan secara sosial. Karena secara sosial, maka, menurut Lies Marcoes, aktivis dan pakar gender, relasi gender tidak hanya sebatas antara mereka yang secara biologis laki-laki dengan perempuan. Melainkan juga relasi sosial antar laki-laki dan antar perempuan

Membincang gender dalam wacana Islam sering dituduh kebarat-baratan. Hal itu bermula dari keyakinan kesadaran adanya pembedaan antara laki-laki dan perempuan secara sosial berasal dari Barat. Dan kata gender sendiri berasal dari Barat. Semula penulis pun berpikir seperti itu.

Namun, setelah menyadari bagaimana sistem bahasa Arab beroperasi, membuat penulis berubah pikiran.

Mari bandingkan dengan bahasa Jawa. Orang tidak mungkin bicara bahasa Jawa dengan tepat tanpa mengetahui sistem kelas sosial, sebab sistem ini melekat dalam setiap kata.

Bahasa Jawa memiliki tiga kategori kata untuk makna yang sama ngoko (kelas bawah), madya (kelas menengah), dan inggil (kelas atas), contoh: lungo, kesah, tindak untuk kata pergi Dari sini kita bisa simpulkan bahwa cara pandang dunia masyarakat Jawa adalah kelas sosial.

Baca Juga:

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

Pentingnya Membangun Kesadaran Inklusivitas di Tengah Masyarakat yang Beragam

Melampaui Batasan Tafsir: Membebaskan Narasi Gender dalam Islam Menurut Mernissi dan Wadud

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

Nah, tahukah cara pandang dunia masyarakat Arab itu apa? Bahasa Arab tidak ditentukan oleh konsep kelas sosial. Melainkan oleh konsep mudzakar dan muannats, yakni konsep laki-laki dan perempuan.

Semua kata dalam bahasa Arab kalau tidak laki-laki (mudzakar) pasti perempuan (muannats). Seperti kelas sosial dalam bahasa Jawa, mudzakar dan muannats juga melekat dalam setiap kata (benda, kerja, ganti, sambung, sifat, tunjuk).

Tidak terbatas pada makhluk biologis yang punya alat kelamin, tapi juga benda mati yang jelas-jelas tidak punya alat kelamin, seperti kursiy alias kursi itu laki-laki (mudzakar), sabburah (papan tulis) itu perempuan (muannats). Jadi, mudzakar dan muannats di sini adalah jenis kelamin sosial alias gender.

Nah, istilah gender konon baru muncul di abad 20, yakni setelah 1900-an. Sejak itu, kita diajak untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan secara biologis yang disebut jenis kelamin, dengan perbedaan antara keduanya secara sosial yang disebut gender.

Sementara itu, bahasa Arab yang mengandung sistem pembedaan antara laki laki dan perempuan secara sosial telah ada jauh sebelum kata gender muncul.

Barat

Tentu saja kata gender berasal dari Barat dan ini adalah temuan konsep yang sangat penting. Kita kemudian sadar, tidak semua perbedaan laki laki dan perempuan bawaan lahir alias Tuhan yang menentukan (perbedaan biologis). Ada juga perbedaan yang berasal dari manusia, yaitu gender.

Sekarang kita tahu, meskipun Barat lebih dulu menemukan konsep gender, tetapi kesadaran untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan secara sosial, jelas Arab jauh lebih dulu daripada Barat, bahkan lebih ketat.

Sekali lagi ini soal kesadaran. Bahwa semua masyarakat membedakan antara laki-laki dan perempuan secara sosial tentu saja betul. Tetapi secara sadar membedakan antara keduanya, bahkan menjadi pandangan dunia masyarakatnya, tidak semua masyarakat memilikinya.

Tentu saja kesadaran secara sosial yang memperlakukan laki-laki dan perempuan secara adil itu beda kisah. Lagi-lagi menarik untuk bertanya, kesadaran keadilan gender, lebih dulu Barat atau Arab?

Pertanyaan ini bukan untuk adu keren, tapi untuk menelusuri jejak keadilan gender Islam. Apakah berasal dari luar atau dari dalam tradisi Islam sendiri. []

Tags: Genderkesadaran
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Stereotipe Perempuan

Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

20 Juni 2025
Rumah Tangga dengan

Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara

20 Juni 2025
Seni Kehidupan

Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

20 Juni 2025
Pernikahan adalah Pilihan

Pernikahan adalah Pilihan, Bukan Paksaan

20 Juni 2025
Dipaksa Menikah

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

19 Juni 2025
Perkawinan

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

19 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan adalah Pilihan

    Pernikahan adalah Pilihan, Bukan Paksaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga
  • Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan
  • Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara
  • Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia
  • Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID