Mubadalah.id – Mari kita peringati hari anak perempuan dengan meninjau ulang fasilitas daycare hari ini. Meski sudah terlambat, sebelum memulai tulisan ini, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Anak Perempuan Sedunia. 11 Oktober kemarin, kita memperingati hari anak perempuan sedunia.
Kita semua mengamini bahwa anak perempuan harus memperoleh perlindungan, kesetaraan, dan penghormatan, tidak hanya perempuan dewasa. Anak perempuan juga harus mendapatkan pendidikan berkualitas, akses kesehatan yang baik, dan lingkungan yang berkelanjutan. Tidak hanya makan gratis yang esensinya masih menjadi perdebatan.
Berdasarkan misi pembangunan berkelanjutan, kita akan menuju suatu masyarakat tanpa kemiskinan dan kelaparan, memiliki kehidupan sehat dan sejahtera, mendapatkan pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, dan air bersih serta sanitasi yang layak.
Misi SDGs juga berlaku untuk anak perempuan dan didukung oleh berbagai pihak. Tentu, hal ini tidak kita peroleh hanya dengan program makan siang gratis oleh pemerintah. Tetapi, program-program lainnya yang mendukung secara esensial.
Hal ini disebabkan oleh berbagai berbagai krisis global yang akan anak perempuan hadapi. Hari ini, kita sudah banyak disuguhkan dengan konflik internasional, krisis iklim yang tak cepat tertangani dan eksploitasi semakin menjadi-jadi, kemiskinan, dan kekerasan. Tentu, kita harus membangun harapan anak perempuan dengan mulai berbenah. Salah satunya dengan memberikan layanan daycare terjangkau dan berkualitas untuk pekerja.
Kenapa Harus Daycare?
Sebenarnya, ada banyak hal yang harus kita perhatikan bersama terhadap anak perempuan, seperti ruang aman dalam dunia pendidikan bagi anak khususnya perempuan. Fenomena pekerja anak yang masih banyak terjadi, kekerasan seksual, dan fasilitas kesehatan yang tidak memadaai, serta lainnya. Tetapi, kali ini kita mulai dari fasilitas daycare terlebih dahulu. Mengapa begitu? Seperti yang Nancy Fraser katakan, bahwa sebagian besar penduduk di dunia adalah kelas pekerja.
Kita pikirkan saja, bagaimana orang-orang di sekitar kita adalah orang yang bekerja, entah menjadi karyawan, ibu rumah tangga, interpreneur, desainer, dan lainnya.
Pada abad 21 ini, kelas pekerja di dunia mencapai 2.8 miliar orang. 550 juta orang bekerja di sektor industri dan 850 juta di bidang jasa, sementara 1.4 miliar di sektor pertanian. Sedangkan di Indonesia sendiri, berdasarkan data BPS 2022 terdapat 63.880.500 orang pekerja. Namun, dalam perkembangannya pekerja di Indonesia mengalami informalisasi, yakni sekitar 59,11 persen.
Meski demikian, kelas pekerja baik formal maupun informal tetaplah memerlukan hak fasilitas yang baik dari perusahaan dan negara. Salah satunya adalah daycare yang berkualitas dan terjangkau oleh semua kalangan. Karena kelas pekerja yang mengalami liberalisasi ini tentu akan berpengaruh terhadap kualitas anak bagi pekerja yang sudah memiliki anak.
Di tengah arus kerja yang semakin mementingkan keamanan lapangan kerja dibanding keamanan/kepastian kerja membuat negara dan perusahaan lepas tangan pada hak para pekerja. Negara mengesampingkan hak pekerja dengan asumsi mengutamakan ketersediaan lapangan kerja yang dapat menyerap tenaga kerja. Padahal, hak pekerja harus tetap terpenuhi. Salah satunya dengan menyediakan daycare yang berkualitas dan terjangkau bagi pekerja.
Daycare sebagai Sebuah Awal
Dalam tulisan ini, kita singkirkan dulu pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa perempuan yang menitipkan anaknya di daycare adalah bentuk ketidakbecusan menjadi orangtua. Sebab, kita tak pernah tahu pilihan dan pengalaman seorang ibu dan ayah.
Yang jelas, bekerja menjadi kebutuhan setiap orang untuk melanjutkan hidup. Untuk orang yang hidup di negara berkembang dengan kondisi ketimpangan yang besar, seseorang harus bekerja keras untuk mendapatkan pendidikan, kesehatan, dan layanan lainnya.
Untuk itu, kebutuhan anak dari seorang pekerja terhadap layanan daycare berkualitas tidak boleh seperti kita yang harus berjuang mati-matian untuk hidup. Anak para pekerja perlu mendapatkan jaminan daycare dari perusahaan dan negara. Di dalam prinsip ”no one left behind,” anak tidak boleh dikesampingkan. Bahwa mereka juga membutuhkan perlindungan dan layanan yang baik.
Kemudian apa hubungannya dengan anak perempuan? Anak perempuan merupakan subjek rentan yang seringkali mengalami pelemahan-pelemahan dalam kultur masyarakat kita. Kultur patriarki masih menganggap anak perempuan menjadi beban, menjadi objek pernikahan anak, tidak jarang juga objek seksual, dan kekerasan lainnya.
Sementara, ketika orangtua bekerja, anak perempuan akan lebih rentan. Daycare yang berkualitas dan terjangkau menjadi awal mula bentuk komitmen negara memberikan fasilitas perlindungan dan pendidikan yang baik terhadap anak, khususnya anak perempuan.
Hal ini tentu tidak hanya meningkatkan kualitas anak, tetapi orangtua dapat bekerja dengan baik tanpa dibayang-bayang beban ganda pada saat bekerja. Bukankah negara mengharapkah hal tersebut?
Bermula dari sini, setidaknya kita memberikan dan membantu anak perempuan di masa depan dengan berbagai hal yang akan mereka lalui yang tercantum dalam tema hari anak perempuan internasional “Girls’ Vision for the Future”. Hal ini menjadi salah satu dukungan untuk visi anak perempuan. []