Mubadalah.id – Beberapa hari terakhir viral di media sosial video seorang ibu hamil yang melompat dari gedung rumah sakit. Penyebabnya karena dilarang oleh ibu mertua untuk operasi caesar. Sontak saja video tersebut mendapatkan respon dari netizen. Kebanyakan netizen sangat menyayangkan kejadian tersebut. Beberapa dari mereka marah kepada si ibu mertua dengan beragam respon. Ada yang memaki, ada yang memohon agar dijauhkan dari mertua seperti itu.
Melansir dari fadami.indozone.id rupanya kejadian tersebut bukan hanya di Indonesia saja, melainkan juga di China. Ma Nhung Nhung berusia 26 tahun yang tengah mengandung bayi berukuran besar, sehingga dokter menyarankan untuk melahirkan melalui operasi caesar.
Namun, ibu mertua dan suaminya menolak anjuran dokter tersebut karena menganggap operasi caesar sebagai tindakan yang tidak perlu dan pemborosan uang. Dengan kondisi yang sudah sangat kesakitan Ma Nhung Nhung akhirnya putus asa dan mengakhiri hidupnya dengan melompat dari jendela rumah sakit hingga akhirnya tewas seketika.
Stigma Negatif Masyarakat tentang Caesar
Mungkin kita sering mendengar stigma-stigma negatif tentang melahirkan caesar di sekitar kita. Stigma negatif ini biasanya muncul dengan pernyataan-pernyataan miring seperti “kalau bisa Normal kenapa harus caesar”. Bahkan sampai pada statement “gagal” menjadi seorang ibu, atau belum menjadi ibu sejati kalau belum melahirkan dengan normal. Perlu kita ketahui anggapan serta pernyataan seperti itu pada hakikatnya dapat berdampak buruk pada mental para ibu.
Entah siapa yang memulai pernyataan yang mengatakan bahwa melahirkan normal adalah satu-satunya cara “alami” untuk menjadi ibu. Akibatnya kita sering mendengar pertanyaan “melahirkan normal atau caesar? Jika jawabannya adalah normal maka akan direspon dengan “alhamdulillah”.
Namun, sebaliknya jika jawabannya adalah caesar maka akan direspon dengan “kenapa tidak lahiran normal”. Padahal pada hakikatnya baik melahirkan normal atau caesar keduanya sama-sama memiliki tantangan dan beresiko.
Mengutip dari gatra.com psikolog Grace Eugenia Sameve mengatakan bahwa fenomena yang terjadi pada para ibu yang melahirkan caesar masuk kategori Mom Shaming. Menurutnya mom shaming tidak selalu hadir dalam bentuk komentar yang tidak menyenangkan.
Namun, seringkali juga dari pertanyaan yang tidak sengaja telah menghakimi pilihan seorang ibu seperti “mengapa tidak bersalin secara normal?”. Padahal, menurutnya seorang ibu baru justru perlu dukungan dan support karena akan memasuki fase baru dalam kehidupannya.
Jika kita melhat dari konteks kedokteran melahirkan secara caesar dilakukan karena mempertimbangan kondisi ibu dan bayi. Atau karena alasan medis tertentu sehingga menyebabkan seorang ibu tidak bisa melahirkan secara normal.
Oleh sebab itu memilih untuk melahirkan caesar adalah hal yang tidak perlu kita hakimi, baik oleh keluarga, kerabat dan orang lain. Karena pada dasaranya melahirkan secara caesar tidak akan mengurangi esensi seorang ibu. Perempuan akan tetap akan menjadi seorang ibu bagaimanapun proses melahirkannya.
Membutuhkan Support System
Sebagaimana yang penulis sebutkan sebelumnya bahwa stigma negatif terkait operasi caesar biasanya akan berujung pada mom shaming. Hal ini penyebabnya karena umumnya operasi caesar meninggalkan bekas luka jahitan yang membuat perempuan kurang percaya diri. Oleh sebab itu para perempuan yang menjalani operasi caesar membutuhkan dukungan dari orang-orang terdekatnya.
Pertama adalah suami. Seorang suami harus berada di garda terdepan ketika istrinya melahirkan. Baik melahirkan secara normal ataupun caesar. Dalam hal ini suami yang istrinya melahirkan dengan operasi caesar harus memberikan dukungan baik secara mental dan emosional.
Kedua orang tua dan mertua. Selain suami orang tua dan mertua adalah garda kedua ketika seorang perempuan melahirkan caesar. Biasanya memang terjadi perbedaan pendapat antara anak, menantu dan orang tua seperti kasus yang terjadi di China baru-baru ini. Misal anak menginginkan caesar tetapi orang tua menyarankan normal, begitupun sebaliknya. Tentu permasalahan tidak akan terjadi ketika mereka saling memahami kondisi satu sama lain.
Meskipun begitu sebagai orang tua harus tetap menerima keputusan dari sang anak. Karena caesar adalah sebuah pilihan. Ketika pilihan tersebut telah terpilih, orang tua hanya perlu mendukung keputusan mereka. Karena pada dasarnya orang tua masih menjadi tempat ternyaman bagi anak. Sehingga nasihat-nasihat serta dukungan dari mereka dapat memberikan ketenangan bagi anak.
Ketiga sesama perempuan. Seringkali mom shaming yang terjadi pada ibu baru melahirkan pelakunya adalah sesama perempuan. Meskipun tidak semua perempuan memiliki pengalaman yang sama, karena ada di antara mereka yang memilih tidak menikah, atau tidak mempunyai anak. Tetapi itu tidak menghilangkan jiwa “keibuan” seorang perempuan, sehingga tidak menumpulkan rasa empati terhadap sesama perempuan yang berjuang melalui proses kehamilan dan melahirkan.
Melahirkan dengan caesar bukanlah aib bagi seorang ibu. Mereka tetap dapat menjadi ibu yang sejati. Sebab bagaimanapun cara perempuan melahirkan baik caesar ataupun normal tidak akan mengurangi esensinya sebagai seorang ibu. Keduanya sama-sama dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi seorang ibu. Oleh sebab itu, kita hanya cukup menghormati dan mendukung tanpa harus menghakimi. Wallahua’lam. []