Mubadalah.id – Jika merujuk turunnya ayat 129 surat an-Nisa maka artinya perkawinan poligami adalah perkawinan yang mendapatkan peringatan berkali-kali dan menerima kritik bertubi-tubi.
Sehingga al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt untuk berpihak pada perkawinan monogami daripada poligami. Dalam bahasa al-Qur’an sangat tepat digambarkan dengan redaksi “dzalika adna alla ta’ulu”, bahwa pilihan perkawinan monogami akan mendekatkan seseorang untuk tidak berlaku zalim.
Perkawinan poligami, memang rentan terhadap perilaku tidak adil dan tindak kezaliman terhadap perempuan dan anak-anak. Karena itu, al-Qur’an justru menganjurkan perkawinan monogami.
Ada satu ayat lagi, yang memberikan dukungan kuat terhadap pilihan al-Qur’an terhadap monogami. Ayat ini jarang sekali diungkapkan dalarn pembicaraan mengenai poligami dan monogami. Yaitu ayat 32 dari surat an-Nur (QS. an-Nur ayat 32), yang menjelaskan bahwa perkawinan selayaknya dilakukan terhadap orang-orang yang belum memiliki pasangan, laki-laki maupun perempuan.
وَاَنْكِحُوا الْاَيَامٰى مِنْكُمْ وَالصّٰلِحِيْنَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَاِمَاۤىِٕكُمْۗ اِنْ يَّكُوْنُوْا فُقَرَاۤءَ يُغْنِهِمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
“(Wahai para wali) nikahkanlah (putri-putri kamu) kepada mereka yang belum memiliki pasangan”. (QS. an-Nur, 24: 32)
Dalam bahasa Arab, kata ‘al-ayyama’ adalah bentuk plural dari kata ‘al-ayyim’, yang berarti orang yang belum memiliki pasangan suami bagi perempuan, dan pasangan istri bagi laki-laki.
Anjuran Menikah
Secara literal, berarti ayat ini menganjurkan seseorang untuk menikah dengan orang yang belum memiliki pasangan. Jika objek pembicaraan pada ayat ini adalah laki-laki yang ingin menikah. Maka ia, Islam anjurkan untuk menikah dengan perempuan yang belum memiliki suami.
Jika objek pembicaraan pada ayat ini adalah para wali yang akan menikahkan perempuan. Maka ayat ini menganjurkan mereka untuk menikahkan perempuan dengan laki-laki yang belum memiliki istri.
Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya al-Jami’ li-Ahim al-Qur’an, lebih memilih bahwa objek pembicaraan pada ayat ini adalah para wali perempuan. Jika demikian, berarti para wali, Islam anjurkan untuk menikahkan putri mereka dengan laki-laki yang belum memiliki pasangan.
Karena ‘al-ayyim’, secara bahasa memang berarti orang yang belum atau tidak memiliki pasangan, suami bagi perempuan dan istri bagi laki-laki.
Dengan ayat ini, sekali lagi al-Qur’an sebenarnya lebih memilih dan menganjurkan monogami daripada poligami. Karena itu, sangat tidak tepat jika mereka katakan secara mutlak bahwa poligami adalah jalan Tuhan, tuntunan al-Qur’an. Apalagi menjadi sebuah ibadah dan media ketakwaan. []