• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Anak Perempuan Jawa: Beban Orang Tua?

Kami menunjukkan kepada dunia bahwa anak perempuan Jawa bukanlah beban, tetapi penuh dengan potensi yang luar biasa

Alifah Nurul Fadilah Alifah Nurul Fadilah
20/09/2023
in Personal
0
Anak Perempuan Jawa

Anak Perempuan Jawa

919
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.Id – Saat itu, saya berlibur ke Desa teman saya. Desa itu adem, asri dan kricik-kricik air sungai di belakang rumah menambah keakraban cengkrama kami. Saya duduk bersama seorang perempuan dengan rok coklat dan jilbab segiempat yang terlilitkan di lehernya.

Ia seorang perempuan Jawa yang tumbuh dalam budaya dan tradis yang kuat. Bukan hal yang baru dalam tradisi orang Jawa, tentang kekhawatiran yang tersembunyi di balik senyum dan kehangatan keluarganya. Kekhawatiran itu adalah memiliki seorang anak perempuan. Di kalangan masyarakat Jawa sering menganggap anak perempuan  rentan dan melihatnya sebagai beban yang memerlukan perlindungan ekstra.

Ani (sebutan akrabnya), merasakan cemas yang tidak terucapkan dalam setiap percakapan tentang perempuan di keluarganya. Dalam pengasuhan, anak perempuan diingatkan untuk selalu berhati-hati dan menjaga batasan agar tidak mengundang masalah.

Ani percaya keluarganya sangat peduli dengan keselamatan dan reputasinya sebagai seorang perempuan. Mereka khawatir bahwa dunia di sekitar tidak selalu adil dan bahwa Ani bisa saja menjadi korban dalam situasi yang tidak diinginkan.

Saya menangkap kecemasan itu, Ani bercerita dengan nada yang datar tetapi matanya mengutarakan kepasrahan. Jika boleh berkomentar, kekhawatiran orang tuanya yang overprotecting membuat Ani mengikat sayap kebebasannya dan menghalangi potensi Ani untuk bereksplorasi dan menggapai impiannya.

Baca Juga:

Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

Belajar Nilai Toleransi dari Film Animasi Upin & Ipin

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

Tauhid sebagai Dasar Kesetaraan

Saya memahami dalam posisi orang tua yang merasa tekanan untuk membatasi gerakan dan pengalaman Ani adalah agar tetap aman dan terlindungi. Tetapi, Meskipun cinta dan perhatian keluarga Ani terasa tulus, namun kekhawatiran mereka terhadap keamanan Ani sering kali membentuk ekspektasi yang membatasi kebebasannya sebagai perempuan.

Namun, saya juga menyadari bahwa perjuangan ini bukan hanya Ani yang mengalami. Banyak anak perempuan Jawa di banyak budaya dan tradisi juga merasakan kekhawatiran serupa. Sore itu, kami berbagi keinginan untuk mengubah persepsi dan membebaskan diri dari pembatasan yang ada.

Meski saya juga percaya, ini sulit untuk Ani dan juga saya. Tetapi, satu tekad dan semangat kami yang sama bahwa ingin membuktikan perempuan Jawa dapat mencapai segala potensi dan memberikan kontribusi besar bagi masyarakat. Meski menentang norma dan tradisi dalam budaya Jawa kami.

Berdaya Meski di Desa

Mengejutkannya, Ani saat ini adalah Ani yang baru. Ani berdaya meski tidak berkesempatan menempuh sekolah tinggi sebagaimana orang-orang kota pada umumnya. Tetapi, Ani mampu memberikan manfaat bagi anak-anak di desanya. Kami bertemu lagi satu tahun setelah percakapan pertama kami.

Perubahan luar biasa itu, kemudian membawa kami pada harapan-harapan dan usaha kami untuk melangkah maju, dan mengubah pandangan stereotip tentang perempuan, khususnya anak perempuan Jawa. Kami merangkul pendidikan, pengetahuan, dan kemandirian sebagai alat untuk memperkuat otonomi tubuh perempuan.

Kami berjuang untuk mendapatkan kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kesempatan pendidikan, karier, dan pengambilan keputusan yang memengaruhi hidup kami.

Meskipun terkadang masih ada ketakutan dan hambatan yang harus dihadapi, tetapi semangat kami tidak pernah padam. Kami mengangkat suara kami, saling mendukung, dan menjalin jaringan yang kuat untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan. Kami menunjukkan kepada dunia bahwa anak perempuan Jawa bukanlah beban, tetapi penuh dengan potensi yang luar biasa.

Saya berharap suatu hari nanti, kekhawatiran tentang memiliki anak perempuan di masyarakat Jawa akan menghilang. Kami ingin melihat setiap orang mampu menghargai perempuan dan mengerti keseetaraan perempuan dengan laki-laki, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang kuat dan berdaya. []

Tags: Anak PerempuanBudayaGenderkeadilanKesetaraanperempuan jawaTradisi
Alifah Nurul Fadilah

Alifah Nurul Fadilah

saya seorang pembelajar dan pejuang kesetaraan. isu perempuan, hak asasi manusia dan keberagaman adalah minat saya. Ig: @alifadilah_

Terkait Posts

Vasektomi

Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?

2 Juli 2025
Narasi Pernikahan

Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

1 Juli 2025
Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID