Mubadalah.Id- Apa solusi untuk menangkal radikalisme di sekolah? Baru-baru ini publik dikejutkan dengan video karnaval murid Taman Kanak-kanak (TK) di Probolinggo. Karnaval tersebut digelar dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-73.
Video tersebut menampilkan salah satu peserta karnaval anak dengan memakai kostum serba hitam dan bercadar. Tak hanya itu, anak-anak di video tersebut terlihat memegang replika senjata.
Video tersebut viral dan tersebar di media sosial. Bahkan mengundang banyak komentar negatif dari warganet.
Baca juga: Membentengi Keluarga dari Paham Teror dan Kekerasan
Dilansir dari berbagai sumber, belakangan diketahui peserta karnaval tersebut adalah sekolah binaan Kodim 0820 Probolinggo.
Pihak sekolah melakukan klarifikasi atas video tersebut bahwa kostum yang dikenakan anak-anak bertujuan untuk memfungsikan seragam yang sudah dimiliki sekolah, dan mengangkat tema perjuangan Rasulullah untuk meningkatkan Iman dan Taqwa.
Dari video karnaval anak TK yang viral tersebut kita diingatkan kembali, bagaimana peran kita sangat penting dalam menanamkan pemahaman terhadap anak-anak.
Terlebih di lingkup pendidikan anak usia dini karena kurangnya kontrol terhadap materi pembelajaran anak di sekolah.
Materi pembelajaran yang tak melulu sekadar baca tulis dan hafalan bacaan saja. Tetapi penting juga menanamkan pemahaman terkait toleransi, sikap menghargai dan kasih sayang terhadap sesama manusia.
Baca juga: Mendidik Anak dengan Cinta dan Toleransi
Tuntutan orang tua hanya sebatas agar anak bisa baca tulis sebelum masuk Sekolah Dasar (SD). Sebab kemampuan baca tulis turut dijadikan parameter seleksi masuk SD dengan dalih pembatasan kuota kelas.
Ada kebanggaan tersendiri bagi para orang tua jika anaknya sudah dapat menghafal melebihi anak usia SD, sehingga dalam kesehariannya anak lebih dituntut untuk membaca dan menghafal.
Karena kemampuan baca tulis yang dijadikan parameter seleksi masuk SD, banyak TK yang berlomba-lomba meningkatkan kualitas kemampuan baca tulis sebagai salah satu keunggulan sekolahnya. Sialnya, banyak dari kita yang melabeli kualitas tersebut sebagai standar sekolah favorit.
Kontrol atas materi pembelajaran dalam pendidikan tingkat awal bukan hanya dari para guru saja tetapi dari orang tua dan negara juga, sebagai upaya pencegahan terhadap paham radikalisme masuk ke ruang-ruang pendidikan anak.
Negara berperan dalam menyediakan buku pelajaran yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Di Indonesia, buku pelajaran menjadi sumber belajar terbesar pada siswa di sekolah.
Upaya deradikalisasi ini dilakukan dengan sinergitas semua kelompok masyarakat, kepolisian, dan tokoh agama.
Baca juga: Jadikan Keluarga sebagai Pondasi Toleransi
Sinergitas semua pihak perlu ditingkatkan lagi untuk penyatuan tujuan deradikalisasi yang menyeluruh.
Sosialisasi narasi damai dari semua pihak juga diperlukan agar ideologi yang bertentangan dengan Pancasila tak mudah masuk. Sosialisasi ini menyasar kelompok masyarakat yang mempunyai peran penting, seperti guru di sekolah dan tokoh agama di daerah-daerah.
Selain itu, penggunaan media sosial yang baik juga sangat penting agar tidak mudah terpapar ideologi radikal. Sebab massifnya penyebaran ideologi radikal di dunia digital.
Upaya-upaya yang dilakukan ini bertujuan untuk kedamaian negara dan menyatukan keberagaman di Indonesia.
Baca juga: Perempuan, Keluarga dan Terorisme
Sebagaimana yang tercantum dalam QS. At-Taubah ayat 122 tentang mencintai tanah air:
“Dan tidak sepatutnya orang-orang Mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereeka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.”
Demikian artikel terkait apa solusi untuk menangkal radikalisme di sekolah? Semoga bermanfaat. []