• Login
  • Register
Minggu, 5 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Film The Santri Menuai Kontroversi

Mahmudah Mahmudah
23/09/2022
in Publik
0
Film The Santri Menuai Kontroversi
85
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Belakangan ini film The Santri sedang hangat yang diperbincangkan. Terutama oleh para santri, siswa, musyrif, pengasuh pondok pesantren, mahasiswa, aktifis, dan kalangan lainnya. Film yang disutradarai perempuan asli Blitar, Jawa Timur, bernama Livi Zheng itu menuai kontroversi.

Setelah trailer dirilis 9 September 2019, film yang mengangkat kehidupan santri itu banyak mendapatkan respon, baik yang pro dan kontra. Saya melihat banyak respon justru menjurus pada tanda-tanda intoleransi seperti perundungan atau bully. Itu tersebuar lewat meme, foto, video, artikel, podcast, dan pernyataan terbuka melalui sosial media seperti WhatsApp, Instagram, Youtube, dan media lainnya.

Najeela Shihab, Founder Semua Guru Semua Murid menyebutkan, bahwa perundungan bukan hanya menyoal tentang pelaku dan  korban, tetapi perilaku lingkungan. Begitupun Olweus, ilmuwan kali pertama yang memfokuskan diri pada topik bullying mengutarakan bahwa, bully merupakan sebuah tindakan atau perilaku agresif yang disengaja dan dilakukan oleh sekelompok orang atau seseorang secara berulang-ulang, dari waktu kewaktu dan dijadikan sebagai sebuah penyalahgunaan kekuasaan atau kekerasan secara sistematik.

Bully bertujuan untuk merendahkan atau mengancam pihak lain. Bentuknya berupa celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan dan sebagainya.

Kiai Husein Muhammad dalam bukunya yang berjudul Toleransi Islam menyebutkan bahwa “orang yang menyimpan dendam, dengki dan iri hati hidupnya tidak akan pernah bahagia. Jiwanya senantiasa menderita dan tersiksa.”

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Nizar Qabbani Sastrawan Arab yang Mengenalkan Feminisme Lewat Puisi
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

Baca Juga:

Nizar Qabbani Sastrawan Arab yang Mengenalkan Feminisme Lewat Puisi

Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

Hal yang harus dilakukan adalah seperti dalam syair yang ditulis oleh seorang sufi bernama Jalaluddin Rumi, beliau menuliskan “cintailah semua orang maka kau akan berada di taman-taman sorgawi”.

Selanjutnya ada juga isu bahwa seorang muslim masuk gereja artinya murtad?

Tentu tak terpikir oleh saya. Pengalaman pribadi, banyak teman saya bukan dari muslim, mereka dari berbagai keyakinan dan kepercayaan, diantaranya Khatolik, Hindu, Buddha, Protestan, Konghucu, Sunda Wiwitan, Yahudi, dan yang tidak memiliki agama (atheis).

Selama beberapa hari kami pernah dipertemukan dan tinggal bersama. Saya pun diajak mengunjungi tempat ibadah yang dianutnya. Mengapa saya melakukan hal demikian?

Pertama, saya tinggal di Indonesia yang beragam, termasuk beragam dalam beragama. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Indonesia adalah bhinneka tunggal ika (berbeda tetapi tetap satu jua), berideologi Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Kedua, saya Islam, Islam Indonesia. Islam yang mengajarkan perdamaian. Penuh cinta kasih. Rahmatan lil ‘Alamin. Gus Dur dalam bukunya “Islamku, Islam Anda, Islam Kita” berkata untuk menjadi muslim yang baik, kiranya penuh menerima prinsip-prinsip keimanan. Termasuk soal menerima keimanan orang lain dalam hal beragama. Karena sejatinya yang mengetahui keimanan kita adalah Tuhan yang menciptakan (hablumminallah). Tanpa tidak mengabaikan hal kemanusiaan, hubungan manusia dengan manusia (hablumminannas).

Lantas bagaimana dengan seorang muslim (santri) masuk gereja dikatakan murtad? Tentu tidak bisa dikatakan demikian. Justru ketika melangkah masuk gereja keimanan kita semakin kuat dan bersyukur atas kebesaran-Nya terhadap agama yang kita anut.

Semakin menyadari bahwa semua ini adalah milik Tuhan semata, tidak ada yang disombongkan. Semakin bersyukur atas ciptaan dan keberagaman yang Tuhan berikan. Pun semakin menguatkan iman bukan melunturkan.

Lalu dengan film The Santri yang masuk gereja dan memberikan tumpeng kepada pendeta dianggap murtad? Lagi, lagi dan lagi saya katakan tidak. Ini sebagai bentuk toleransi terhadap agama. Toleransi itu ada karena dirasakan dan dialami. Menyebarkan cinta damai dan merayakan perbedaan adalah keharusan. Karena perbedaan adalah keniscayaan.[]

Mahmudah

Mahmudah

Alumni Pondok Pesantren Buntet, Cirebon. Saat ini pemberdayaan di Patriot Desa Jawa Barat dan aktif di organisasi PMII Cabang Cirebon. Menyukai isu-isu keperempuanan, kesehatan reproduksi, kegiatan kemasyarakatan dan perdamaian.

Terkait Posts

Industri Halal

Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

4 Februari 2023
Hari Kanker Sedunia

Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker

4 Februari 2023
Satu Abad NU

Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

3 Februari 2023
Pengelolaan Sampah

Bagaimana Cara Melakukan Pengelolaan Sampah di Pengungsian?

31 Januari 2023
Aborsi Korban Perkosaan

Ulama Bolehkan Aborsi Korban Perkosaan

31 Januari 2023
Pemakaman Muslim Indonesia

5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia dan Kontribusinya dalam Pelestarian Lingkungan Hidup

30 Januari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Perempuan Miskin

    Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nizar Qabbani Sastrawan Arab yang Mengenalkan Feminisme Lewat Puisi
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam
  • Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Indonesia Meloloskan Resolusi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran Perempuan - Mubadalah pada Dinamika RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang Tak Kunjung Disahkan
  • Lemahnya Gender Mainstreaming dalam Ekstremisme Kekerasan - Mubadalah pada Lebih Dekat Mengenal Ruby Kholifah
  • Jihad Santri di Era Revolusi Industri 4.0 - Mubadalah pada Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist