Mubadalah.id – Nabi Muhammad Saw telah memberikan banyak teladan bagi kita semua umat Islam. Termasuk meminta kepada umatnya jangan melarang para perempuan untuk shalat di masjid.
Perintah jangan melarang para perempuan untuk shalat di masjid itu merujuk pada hadis yang dicatat Shahih Muslim.
“Janganlah kalian melarang para perempuan mendatangi masjid apabila mereka meminta izin kepadamu untuk mendatanginya” (HR. Shahih Muslim no. 667)
Masjid sebagai ruang bersama, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Keduanya berhak memperoleh manfaat dan kebaikan dari masjid.
Terlebih, Rasulullah Saw sendiri mengajak para perempuan untuk beribadah di masjid. Hal ini tentu menjadi kesempatan bagi perempuan untuk dekat dengan Nabi Saw, dan belajar langsung kepada beliau.
Karena kedekatan perempuan bersama Nabi Saw saat di masjid, salah satu catatan hadis menyebutkan bahwa Ummu Hisyam binti Haritsah mampu menghafal surat al-Qaf.
Ummu Hisyam binti Haritsah berkata, “Aku belajar (ayat) “al-Qaf, demi al-Qur’an yang agung” dari lisan Rasulullah pada hari Jum’at. Beliau membaca ayat tersebut di atas mimbar pada setiap Jum’at” (HR. Shahih Muslim, kitab al-Jum’at no. 1440)
Teks hadits dalam Sahih Muslim ini tentu menjadi fakta bahwa pada masa Nabi Saw, para perempuan datang hadir pada shalat Jum’at di masjid.
Tidak hanya itu, mereka mendengarkan dengan seksama dan bisa menghafalkan seluruh surat al-Qaf yang berjumlah 45 ayat langsung melalui mimbar khutbah pada hari Jum’at tersebut.
Selain itu, di dalam catatan buku Qiraah Mubadalah karya Faqihuddin Abdul Kodir, menyebutkan bahwa Umm Hisyam juga kerap mendengarkan khutbah-khutbah Nabi Saw bersama perempuan lain, di antaranya Hindun bint Usaid al-Anshariyah ra.
Akan tetapi, berbeda dengan sekarang, dimana banyak ustadz justru melarang para perempuan datang ke masjid. Melarang mereka ikut jama’ah shalat tarawih. Melarang ikut pengajian dan dakwah.
Mereka memandang tempat terbaik para perempuan adalah di dalam rumah saja. Tidak boleh keluar, kecuali benar-benar darurat.
Bahkan, ada yang bilang: hanya boleh keluar ketika sudah wafat untuk dikuburkan ke liang lahat.
Larangan ini, dengan alasan apapun, melanggar teladan Umm Hisyam di atas.
Juga bertentangan dengan hadits shahih yang menyatakan: “Janganlah kalian melarang perempuan yang mau hadir ke masjid-masjid Allah Swt” (Sahih Bukhari, no. 908 dan Sahih Muslim, no. 1018).
Mari kita ciptakan masjid yang tidak hanya ramah bagi laki-laki, tetapi juga bagi perempuan, sehingga mereka bisa beribadah dan menimba ilmu, termasuk menghafal al-Qur’an sebagaimana Umm Hisyam ra. (Rul)