Mubadalah.id – Baru-baru ini, laman for your page pada aplikasi tiktok memuat beberapa video pendek mengenai fenomena perploncoan dan kekerasan dalam kegiatan ospek. Tidak hanya sekali dua kali, fenomena perploncoan rupanya masih ada dalam dunia pendidikan kita.
Setiap tahunnya, fenomena perploncoan hingga kekerasan ospek masih sering mewarnai kegiatan penerimaan mahasiswa baru. Dampaknya, banyak mahasiswa yang mengalami kerugian baik dari kerugian materi, fisik, mental hingga yang paling parah terdapat kasus kegiatan ospek yang menimbulkan korban jiwa.
Ospek sendiri merupakan kegiatan tahunan bagi mahasiswa baru untuk mengenal lingkungan pendidikan perguruan tinggi. Saat ini, PKKMB atau Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru lebih terkenal daripada istilah Ospek.
Tujuan dari PKKMB sendiri sebenarnya sangat membantu mahasiswa baru untuk dapat mengenal dan beradaptasi dengan dunia kampus. Namun, dalam prosesnya masih ada hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan PKKMB.
Kekerasan, Pemerasan, dan Senioritas
Pemberitaan mengenai kekerasan ospek, pemerasan, dan senioritas dalam PPKMB dalam beberapa tahun terakhir memang menurun. Meskipun menurun, praktik semacam ini nyatanya masih ada hingga saat ini. Tahun 2022 lalu misalnya, beberapa mahasiswa baru mendapatkan kekerasan berupa mengalami pemukulan oleh beberapa mahasiswa senior di salah satu perguruan tinggi teknik di Makassar seusai kegiatan PPKMB.
Lalu adanya kekerasan pada mahasiswa baru perguruan tinggi Banten dengan peristiwa mahasiswa baru yang merasa terjemur dari pagi hingga siang selama berjam-jam. Tentu, fenomena seperti ini sangat mengundang perhatian dan emosi masyarakat. Masyarakat menilai hal-hal semacam itu sudah tidak relevan dengan nilai-nilai pendidikan kita saat ini.
Terbaru, banyak warganet membicarakan mengenai kebijakan salah satu kampus negeri di Kota Malang yang sangat memberatkan mahasiswa. Pasalnya, mahasiswa baru wajib menyiapkan kertas-kertas sebagai bahan untuk kegiatan papermob kurang dari 24 jam. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan betapa mahalnya bahan-bahan kegiatan PKKMB.
Mahasiswa sampai harus mengeluarkan uang ratusan ribu rupiah hanya untuk membeli dan mencetak kertas. Masyarakat menilai panitia menjadi FOMO dengan kegiatan papermob dari kampus lain. Ke-FOMO-an hal ini menyebabkan persiapan PKKMB menjadi kurang matang, manajemen yang berantakan, dan menyulitkan mahasiswa.
Kekerasan ospek lainnya datang dari salah satu perguruan tinggi islam negeri di Jawa Tengah. Mahasiswa baru wajib untuk mendaftar aplikasi pinjaman online sebagai syarat dalam mengikuti kegiatan PKKMB. Lebih parahnya lagi, perguruan tinggi tersebut tidak tahu menahu mengenai persyaratan mahasiswa dalam mendaftar aplikasi pinjaman online. Hal ini menjadi kekerasan non-fisik bagi mahasiswa.
Hal lain yang sering terjadi dalam kekerasan ospek atau PKKMB berasal dari fenomena senioritas. Mahasiswa baru mendapatkan perlakukan kekerasan baik secara fisik maupun non-fisik (verbal, psikis, mental) dari mahasiswa senior. Misalnya, mahasiswa baru mendapatkan bentakan, pukulan, hukuman, dan makian.
Seringkali terjadi kekerasan model seperti ini karena ada suatu perasaan dalam mahasiswa senior yang menganggap dirinya lebih berkuasa, lebih memahami, dan lebih tau tentang segala kehidupan kampus. Meskipun demikian, sangat tidak benar menggunakan relasi senioritas untuk menindas atau menyakiti mahasiswa baru yang notabene menjadi junior.
Ketimpangan Relasi dalam Dunia Pendidikan
Kekerasan dalam PKKMB merupakan cerminan dari ketimpangan relasi dalam dunia pendidikan. Sistem pendidikan tinggi di Indonesia mengutamakan nilai-nilai pembentukan karakter mahasiswa yang menghargai kemanusiaan dan membangun kesehatan mental mahasiswa. Jelas, kekerasan dalam PKKMB sudah mencorengi nilai-nilai yang diharapkan.
Mestinya, relasi pendidikan yang setara dan saling dalam dunia pendidikan adalah relasi yang sama-sama menguntungkan. Dengan adanya PKKMB, mahasiswa senior dapat membantu mahasiswa baru untuk mengenal kehidupan kampus.
Begitu pula sebaliknya, mahasiswa baru memberikan kepercayaan kepada mahasiswa senior dalam kegiatan PKKMB. Bukannya malah terjadi kekerasan hingga perundungan. Satu sama lain saling memberi, memahami, dan mengasihi, saling membantu dan mendukung.
Jika nilai-nilai tersebut dilaksanakan dalam dunia pendidikan, maka tidak akan terjadi kasus-kasus seperti kekerasan, perundungan, senioritas, hingga kasus berat yang menimbulkan korban jiwa.
Sudah seharusnya dunia pendidikan kita tidak diwarnai oleh hal-hal kekerasan. Baik dari elemen masyarakat, pemerintah, hingga tenaga pendidikan saling membantu untuk menciptakan dunia pendidikan yang aman dan berkualitas. Harapan Indonesia sangat bertumpu pada bidang pendidikan.
Apabila masyarakat mendapatkan pendidikan yang berkualitas maka masyarakat memiliki tingkat SDM yang tinggi. SDM inilah yang kita butuhkan dalam membangun Indonesia khususnya pada Indonesia Emas 2024. []